Style of Communications Basuki Tjahya Purnama (Ahok); Outspoken In Public Speaking
Abstract
Decision maker is very important for every organization, we Seed a firm leadership and strong leadership but we also cannot disregard ethics in a leadership which will make us be more polite and has ethics in any circumstances such as we speak, attitude and making decision, especially in public relations include how to speech in front of public or Mass media.
Basuki Tjahya Purnama also we know as ahok has very hard behavior and attitude especially in public communication and public speech, we can see and hear in almost every TV station, his not hesitate to speak rough and say not appropriate words even in front of every people in the world that was watching him speaking. Maybe most people think that is great and awesome but i think it’s little awkward, because he said that word to he’s own employee, and sometimes directly to the citizen of DKI Province, he’s Own society, that’s make some people think he’s rude.
If we are a leader, we should be has a manner of public Communications which is Its a different between a leader who has leadership And a leader who doesn’t.
Keywords: Firm, Communication, Ethics, Attitude
A.PENDAHULUAN
Di era reformasi sekarang ini memilih pemimpin dilakukan secara langsung oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemulung, sampai dengan pengusaha besar, alsalkan mereka memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan tercatat sebagai penduduk disuatu tempat, maka dia memiliki hak suara untuk memilih calon pemimpin yang ideal untuk dirinya, dalam hal ini seluruh lapisan masyarakat merasakan atmosfir kebebasan untuk menentukan siapa yang pantas dan cocok untuk duduk sebagai wakil dirinya dalam hal legislatif dan juga eksekutif.
Kita pantas berbangga karena negara kita telah menerapkan sistem demokrasi yang membolehkan kita berekspresi dan mengemukakan pendapat di depan publik sesuka kita, berbeda dengan zaman orde baru maupun orde lama yang semuanya serba tertutup dan rahasia. Namun disetiap metode pasti ada kekurangan dan blunder yang bisa saja terjadi kalau kita tidak dapat mengontrol dan mengantisipasinya. Dalam era reformasi ini tidak terkecuali pemimpin bisa berbicara bebas di depan media yang mana objek dari pembicaraannya tersebut adalah masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri.
Walaupun pada dasarnya manusia dapat berbicara di depan publik, tetapi untuk menjadi pembicara yang baik, kita haruslah melatih pola pembicaraan kita serta menata tata bahasa yang kita gunakan, terlebih pada masyarakat yang heterogen seperti masyarakar luas pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya, tergantung dimana dia berbicara.
Tata krama dalam berbicara di depan publik sering kali kita abaikan dan sering kali kita singkirkan demi menarik perhatian publik dan simpati publik agar kita terlihat “hebat” dan terlihat tangguh, namun dibalik semua itu sesungguhnya kita telah kehilangan etika dalam berbicara di depan publik, baik itu mengandung motiv politik maupun motiv lainnya semua ada etikanya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan bahasa, berbagai macam bahasa dan buyada tersebut tumbuh secara berdampingan satu sama lain, selain itu Indonesia juga di pengaruhi oleh budaya luar, sebut saja contohnya India, Barat, Arab, dan China (Tionghoa), oleh karenanya penempatan etika dalam berbicara di depan publik sangatlah krusial, mengingat negara kita merupakan negara yang majemuk dengan berbagai ciri dan tipikal suku bangsa yang berbeda.
Terkadang seorang pemimpin atau pejabat publik mengenyampingkan etika dalam berbicara di depan publiknya demi mendapat kesan tegas dan pro rakyat, padahal hal itu justru menjadikan dirinya tidak memahami apa yang sebenarnya di inginkan publiknya, mungkin bagi sebagian orang hal itu merupakan shock therapy bagi orang-orang yang melanggar aturan, tetapi jika hal tersebut menjadi budaya, bagaimana nasip etika bangsa kita kedepannya terutama dalam berkomunikasi.
B.KERANGKA TEORI
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A dalam bukunya berjudul Ilmu Komunikasi, disebutkan bahwa Komuniasi Massa merupakan komuniasi dengan menggunakan media massa, misalya surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film.
Werner I. Severin dan Jmaes W. Tankard, Jr. Dalam bukunya, Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan sebagai berikut:
“Mass communication is part skill, part art, and part science. It is a skill in the sense that involves certain fundamental learnable techniques such as focusing a television camera, operating a tape recorder or talking notes during interview. It is art in the sense that it involves creative challenge such as writing a script for a television program, developing an aesthetic layout for a magazine and or coming up with a catchy lead for a news story. It is a science in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verified and used to make things work better.”
Selain itu Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction to the Study of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi masa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut:
“First, Mass communication in communication addressed to the masses, to an extreamly large audience. This does not mean that the audience included all people or everyone who reads or everyone who watch television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined.
Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitters. Mass communication perhaps most easily and most logically defined by its form: television, radio, newspapers, magazine, films, books, and tapes.”
(pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar bisa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk di definisikan.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang di dalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku, dan pita.)
Seperti dikatakan Effendy, Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut
1)Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (Two way traffic Communications, komunikasi masa berlangsung satu arah. Ini berarti bawah tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan demikian si pemberi berita tidak mengetahui tanggapan dari pembaca atau si pendengar berita tersebut.
2)Komunikator pada komunikasi melembaga
Media masa atau si pembicara sebagai saluran atau yang menyampaikan komunikasi merupakan perwakilan dari lembaganya,, oleh karenanya si komunikator memiliki keterbatasan yang harus di ikuti demi menjaga nama baik lembaganya.
3)Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu
Tujuan atau Goal dari Mass Communication menurut Silvo Lenard dalam jurnalnya berjudul “Shaping Political Attitudes: The Impact of Interpersonal Communication and Mass Media”
“The goal of Shaping Political Attitudes is to shed light on questions such as whethermassmedia exposure or interpersonal discussion has a greater impact on attitudes toward candidates, and whether the influences of massand interpersonalcommunicationare competitive or mutually reinforcing.
(Tujuan dari Membentuk Sikap Politik adalah untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah paparan media massa atau diskusi antar pribadi memiliki dampak yang lebih besar pada sikap terhadap calon, dan apakah pengaruh massa dan komunikasi interpersonal yang kompetitif atau saling memperkuat.)
Menurut Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc dalam bukunya berjudul “Pengantar Ilmu Komunikasi” menyebutkan komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung Diana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Komunikasi masa memiliki sifat tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa, ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah di proses secara mekanik. Sumber juga merupakan satu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Masih menurut beliau pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio, televisi maupun internet, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalya melalui program interaktif.
Selain itu beliau juga mengatakan sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
C.PEMBAHASAN
KONDISI ETIKA PEJABAT PUBLIK SAAT INI
Bagi sebagian orang, mendapatkan karir yang cemerlang, serta jabatan yang melompat tinggi merupakan suatu mimpi yang menjadi kenyataan. Tentu saja jika kita tidak bisa mengontrol perasaan gembira dan mengontrol diri kita, maka nafsu akan kekuasaan akan meningkat dan bisa menguasai diri kita sendiri, sebagai contoh Basuki Tjahya Purnama (Ahok), Ahok merupakan satu-satunya wakil gubernur DKI pertama yang berasal dari keturunan Tionghoa, hal ini pastinya merupakan kebanggan yang sangat besar serta menjadi sejarah yang akan dikenang sepanjang masa. Tetapi masyarakat di kagetkan dengat tata krama Ahok dalam berbicara terhadap rakyatnya yang cenderung “Cablak” atau keluar sesuaka hatinya dan berujung dengan penggunan bahasa yang kurang sopan, khususnya pada penduduk DKI Jakarta yang di pimpinnya, hal ini menjadi trend di masyarakat karena Ahok dinilai berani dalam mengambil keputusan, padahal kita ketahui hal tersebut belum tentu benar dan tidak sepenuhnya salah. Beberapa alasan beliau berani berbicara tidak beretika di depan publik dan anti akan kritik dari media adalah :
1.Dana kampenye untuk menjadi Wagub DKI tidak berasal dari kantong pribadinya; hal ini sering beliau sampaikan di depan media, ketia ada awak media bertanya tentang partainya, Ahok berkata dia tidak punya beban dan tidak terikat dengan partainya, karena tidak satu rupiah pun yang keluar dari kantongnya untuk dana kampanye. Oleh karena itu, kalaupun dia mundur atau di mundurkan, dia tidak rugi serupiah pun akan dampak yang timbul.
2.Klaim tidak memiliki kontrak politik apapun dengan siapapun dalam perjalanannya menjadi Wakil Gubernur DKI yang seberntar lagi akan menjadi Gubernur jika Gubernur DKI saat ini Joko Widodo benar-benar terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
3.Ingin menunjukkan ke publik bahwa beliau merupakan seorang pemimpin yang berbeda dan bersih tanpa campur tangan politik manapun.
Hal inilah yang sering kali menjadi alasan kenapa Ahok sering berbicara sesuka hati di depan publik, tentu saja apapun alasannya berbicara kepada orang lain, baik didepan publik atau didepan bawahan, hendaklah memiliki etika dan sopan santun, pertanyaan timbul, apakah hal ini hanya akal-akalan Ahok supaya dapat ketenaran di depan media, atau memang sifatnya yang “Cablak” atau berbicara tanpa kontrol dengan menggunakan kata-kata yang kurang cocok dengan budaya kita.
Dari pantauan penulis di beberapa media online seperti detik.com dan youtube.com ahok sering marah-marah tidak karuan di dalam rapat yang di rekam oleh kamera secara sengaja, maupun di depan wawancara dengan statisun tv tvone. Bahkan presenter tvone juga menjadi bulan-bulanan “amukan” mantan Bupati Belitung Timur ini, hal ini dikarenakan pertanyaan presenter tersebut cenderung menyudutkan beliau, sehingga beliau merasa tersudut dan akhirnya memainkan jurus marah-marah hal ini dapat kita lihat dan saksikan di http://www.youtube.com/watch?v=Y2XUEjP4Y2Y. Di dalam rapat dengan bawahan juga ahok sering memarahi mereka tanpa menggunakan bahasa yang sopan kata-kata “lu”, “goblok”, dan “bajingan” sering keluar dari mulut Wakil Gubernur DKI ini seperti yang dapat kita baca dalam media Online http://news.detik.com/read/2013/12/03/133543/2431052/10/ketum-gerindra-hanya-keseleo-ngomong-bajingan-ahok-tak-dipecat?nd772205mr, terlebih lagi jika perkataan itu di ucapkan di depan kamera dan di unggah ke media sosial seperti youtube seperti Lin berikut ini http://www.youtube.com/watch?v=Y2XUEjP4Y2Y yang mana akan di tonton oleh seluruh masyarakat dunia pada umumnya, dan masyarakat Indonesia pada khususnya, terlebih sekarang media informasi sudah sangat pesat berkembang, siswa-siswa SD sudah mahir dalam mengakses informasi dari media online seperti yutube maupun facebook, sehingga rekaman situasi di ruang rapat wakil gubernur tersebut menjadi contoh buruk bagi pertumbuhan kepribadian anak.
Tipe komunikasi Ahok termasuk dalam tipe komunikasi massa yang mana berdampak pada khalayak luas melalui media massa baik itu televisi, media online seperti youtube, atau radio, seperti yang di jelaska dalam teory Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction to the Study of Communication, dalam bukunya tersebut Josep menjelaskan secara tegas dampak akan komunikasi massa yang mana akan berdampak pada masyarakat luas termasuk disitu seluruh masyarakat yang melihat dan atau mendengar media tersebut. Hal ini tentulah sangat memilukan bagi kita, disatu sisi masyarakat melihat ahok merupakan pemimpin yang berani, tetapi disisi lain kita melihat beliau tidak patut menjadi ceontoh, karena menampilkan sikap arogansi dan perkataan kasar di media massa.
Hal ini menjadi ironi di masyarakat dimana sebagian masyarakat menganggap hal seperti itu sebagai bentuk dari “keberanian” pemimpin dalam membenahi birokrasi, tetapi masyarakat tidak sadar dalam menjalankan niat yang baik perlu cara yang baik pula. Negara kita dikenal dengan negara yang masih kental akan norma-norma yang tetap di pegang teguh sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga etika dalam menjaga norma-norma tersebut sangat penting bagi siapapun yang ingin berkomunikasi dengan masyarakat termasuk pemimpin itu sendiri.
D.KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam era informasi ini segalanya bisa saja menjadi konsumsi publik jika telah disebarkan pada media massa, apa lagi sekarang ini semua informasi serba tebuka, bahkan yang rahasia sekalipun bisa menjadi terbuka di era ini, seiring dengan fenomena tersebut hendaknya para komunikator terutapa pejabat publik lebih preventif dan selektif dalam menyampaikan sesuatu di depan publik, mereka harus tahu apa yang pantas dan apa yang tidak pantas mereka sampaikan, atau paling tidak mereka hendaklah menggunakan bahasa yang lebih sopan dan dapat di terima seluruh lapisan masyarakat. Terkadang demi popularitas etika dan moral kita lupakan, demi jabatan hal yang taboo kita jadikan hal yang lumrah. Ini merupakan pukulan pagi politik di Indonesia, juga menjadi degradasi moral bagi bangsa kita.
Ahok merupakan sosok baru bagi pemerintahan kita, dengan bermodalkan pengetahuan yang mungkin lebih matang dari yang lain, seharusnya beliau bisa lebih mengontrol bahasa Yang digunakan di depan umum, tata cara yang dilakukan ahok kepada bawahannya merupakan sikap arogansi yang tidak patut di contoh untuk calon pemimpin ke depan, karena tidak seharusnya kita membentak atau memarahi bawahan di depan staf lainnya apa lagi didepan seluruh rakyat Indonesia. Tetapi hal itu dilakukan oleh Ahok dengan alasan tertentu. Penggunan bahasa yang tidak sopan juga acap kali di keluarkan, seharusnya itu menjadi teguran bagi dirinya, tetapi kita malah menganggap beliau hebat dan sigap, sungguh sebuah ironi.
Walau tidak bisa kita pungkiri komitmen beliau untuk memajukan satu daerah yang di pimpinya sangat tinggi, tetapi hendaknya beliau juga bisa mengontrol pola komunikasinya di depan massa, sikap tegas beliau cenderung kebablasan yang berujung dengan terucapnya kata-kata yang tidak enak di dengar serta tidak pantas di dengarkan oleh massa.
Sikap beliau yang cenderung berbicara dengan mengucapkan kata-kata yang tak sepantasnya lambat laun menjadi fenomena dan mulai dianggap lumrah bagi sebagian masyarakat kita, hal ini sangat memprihatinkan bagi generasi muda kita yang kita harapkan memiliki sikap profesionalisme yang tinggi, bak-blakan namun tetap memiliki sikap sopan santun kesesama, hal ini yang hendaknya harus kita jaga dan kita ajarkan pada generasi muda kita, dengan mengedepankan komunikasi massa yang efektif dan efisien namun tetap menjaga manner dalam berbicara di depan umum.
Reformasi birokrasi yang sedang digalakkan pemerintah melalui Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara, Reformasi Birokrasi (PAN-RB) sering menjadi blunder terhadap tata cara komunikasi Pemimpin kita, dengan maraknya birokrasi yang berbelit-belit dan cenderung tertutup untuk publik terkadang pemimpin ingin menunjukkan reformasi birokrasinya dengan berbicara secara terbuka di depan publik guna memperbaiki birokrasi tersebut dan agar masyarakat yakin dengan kepemimpinannya, tak jarang pemimpin menggunakan kata-kata yang tegas dan meyakinkan masyarakat, tetapi perlu diingat, tegas bukan berarti kasar dan tak beretika, tegas harus di barengi dengan tata krama komunikasi publik yang baik guna menciptakan ketentraman dan menjaga budaya bangsa Indonesia yang arif dan bijaksana serta rendah hati, kalimat-kalimat yang sering muncul seperti “emang punya nenek lu apa” atau “bajingan” sering sekali kita dengar dan saksikan di media massa, hal ini seperti dikutip dari artikel http://news.detik.com/read/2013/12/03/133543/2431052/10/ketum-gerindra-hanya-keseleo-ngomong-bajingan-ahok-tak-dipecat?nd772205mr yang mengatakan ahok menyebut kalau pelajar yang membajak bus merupakan “calon bajingan” hal ini dapat mempengaruhi hubungan komunikasi masyarakat, baik sesama masyarakat, atau masyarakat ke pemimpin.
Semoga kedepannya para pemimpin kita tidak hanya mempunyai kemampuan Intelektual yang tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan Emosional yang matang demi menjaga keharmonisan masyarakat dan demi mendidik masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang bermartabat dan bermoral, disamping masyarakat yang Intelektual dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi”, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2010.
Budiharsono, Suyuti S, “Politik Komunikasi”, Grasindo, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, 2009.
Lenart, Silvo, “Shaping Political Attitudes: The Impact of Interpersonal Communication and Mass Media”, Journal search.prouest.com, 2010
Cangara, Hafied, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, PT Rajarafindo Persada, Jakarta 2007.
Werner I. Severin dan Jmaes W. Tankard, Jr, Communication Theories, Origins, Methods, Uses, 2010.
Josep A. Devito, Communicology: An Introduction to the Study of Communication, 2009.
http://www.youtube.com/watch?v=Y2XUEjP4Y2Y.
http://www.youtube.com/watch?v=Y2XUEjP4Y2Y.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H