Mohon tunggu...
Putra Rully Dwi Pratama
Putra Rully Dwi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh di jurusan Pendidikan Ekonomi S1 dan memiliki hobi membaca, dan bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Keynesian dan Teori Aglomerasi Ekonomi Sebagai Pendekatan Efektif Untuk Resesi Ekonomi Global yang Dipicu Ketegangan Geopolitik

14 Juni 2024   23:35 Diperbarui: 15 Juni 2024   00:26 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.detik.com/berita/d-7208322/situasi-ri-yang-tetap-stabil-kala-geopolitik-global-kurang-baik/ampInput sumber gambar

Teman-teman yang kuliah di bidang ekonomi pasti sering mendengar kata resesi bahkan sudah tidak asing lagi ditelinga. Tapi apa itu resesi? Dilihat dari sudut pandang makroekonomi, kata resesi merupakan istilah yang menggambarkan keadaan dimana produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan atau dapat dianggap sebagai situasi pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua kuartal atau lebih dalam setahun.

Saat ini isu resesi ekonomi global kembali menjadi perbincangan, bahkan bisa dibilang sangat hangat dan sensitif dalam opini masyarakat. Meski resesi ekonomi global yang terjadi saat ini belum berdampak luas dan tidak memporak-porandakan seluruh sektor perekonomian secara bersamaan, namun masyarakat masih merasa khawatir dan takut jika resesi ekonomi global terulang kembali, seperti saat wabah Covid-19 terjadi waktu itu yang hampir melanda seluruh negara di dunia.

Memang saat itu dampak yang sangat besar dirasakan oleh masyarakat, karena seluruh sektor perekonomian tertutup total dan perekonomian tidak berjalan maksimal. Serta dampak lain yang dirasakan masyarakat saat itu, seperti kenaikan tajam suku bunga acuan untuk mengendalikan laju inflasi, PHK massal yang menyebabkan pengangguran meroket, tingginya angka kriminalitas, bahkan harga komoditas pun meroket, khususnya bahan bakar minyak.

Meski wabah COVID-19 telah mereda dan aktivitas perekonomian mulai kembali normal. Namun resesi ekonomi global saat ini sedang berlangsung dan ada beberapa hal yang perlu kita ketahui mengapa resesi ekonomi global saat ini bisa kembali terjadi. Hal ini memang dipicu oleh kondisi global yang sangat kacau dan tidak stabil.

Kondisi tersebut terlihat dari ketegangan geopolitik saat ini yang menjadi faktor utama mempengaruhi stabilitas perekonomian global sehingga menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global saat ini.

Meskipun dampak resesi global saat ini tidak dirasakan secara luas di berbagai sektor ekonomi seperti saat krisis COVID-19, ketegangan geopolitik sering kali menimbulkan gangguan langsung terhadap perekonomian global. Gangguan yang paling nyata adalah gangguan rantai pasokan, yaitu mengganggu produksi dan distribusi barang atau jasa. Selain itu, jika terjadi ketegangan geopolitik di suatu negara strategis, tentu akan berdampak pada negara lain.

Perang antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab ketegangan geopolitik bahkan bisa dianggap sebagai penyebab utama resesi ekonomi global saat ini. Dampak ketegangan geopolitik yang menyebabkan perlambatan perekonomian global saat ini dirasakan di berbagai negara, mulai dari krisis pangan, krisis energi, hingga krisis keuangan. Faktanya, perang antara Rusia dan Ukraina dimulai pada tahun 2014, namun mencapai puncaknya pada tahun 2022. Ketegangan antara kedua negara telah menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan energi dan pangan, karena Kedua negara merupakan eksportir utama gandum dan energi.

Sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Rusia melalui pembatasan ekspor energi Rusia ke Eropa telah menyebabkan kenaikan harga gas dan krisis energi di Eropa. Apalagi dari segi pangan, karena negara-negara Eropa mengkonsumsi gandum menyebabkan kerawanan pangan. Terutama negara-negara yang bergantung pada impor dari Rusia dan Ukraina.

Namun apakah hanya itu saja? Tentu saja tidak, ketegangan geopolitik juga terjadi di Timur Tengah. Wilayah ini mempengaruhi harga energi global karena kaya akan sumber daya energi. Ketegangan regional seringkali menyebabkan fluktuasi tajam pada harga minyak dan gas. Melonjaknya harga energi tidak hanya meningkatkan biaya produksi bagi dunia usaha namun juga mempengaruhi daya beli konsumen, karena energi merupakan komponen penting dalam banyak produk dan jasa. Meningkatnya harga energi dapat menyebabkan inflasi global, yang pada gilirannya akan memaksa bank sentral menaikkan suku bunga, memperlambat investasi, dan mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan di Laut Cina Selatan, di mana masing-masing pihak mengklaim kedaulatan wilayah, telah menyebabkan ketegangan militer dan diplomatik di Asia Timur. Alasannya karena kawasan ini merupakan jalur perdagangan internasional yang sangat penting dan jika ketegangan ini terus berlanjut dan meningkat maka akan mengganggu perdagangan maritim global. Tak ketinggalan isu perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang tidak hanya berdampak pada kedua negara tetapi juga mengganggu perdagangan global, dimana tarif yang tinggi menyebabkan peningkatan biaya produksi yang pada akhirnya transisi ke konsumen global.

Kemudian kondisi yang tidak pasti ini mengganggu pasar keuangan yang menjadi sangat rentan. Ketidakpastian karena konflik internasional seringkali menyebabkan volatilitas di pasar keuangan. Investor cenderung menghindari risiko dan memindahkan uangnya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas atau mata uang stabil. Pergerakan besar-besaran dana tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam harga saham dan obligasi, sehingga memperburuk situasi perekonomian. Gejolak pasar juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan dunia usaha, sehingga mengurangi konsumsi dan investasi.

Jika ketegangan geopolitik ini terus berlanjut dan tidak menemukan jalan tengah yang jelas, maka hal ini akan berdampak jangka panjang dan signifikan terhadap perekonomian global dan kemerosotan ekonomi global akan terus berlanjut. Ketidakstabilan ini juga akan mempengaruhi aktivitas investasi dan konsumsi dunia usaha, menyebabkan pertumbuhan ekonomi global melambat dan ketegangan geopolitik akan memaksa negara-negara untuk mencari aliansi dan pasar alternatif yang dapat mengubah peta ekonomi global.

Ketegangan geopolitik yang menyebabkan resesi ekonomi yang berkelanjutan sehingga berdampak pada berbagai negara, termasuk Indonesia. Dampak ini berimplikasi pada Indonesia dalam dinamika perekonomian dan politik global, termasuk berbagai aspek yang berkontribusi terhadap cara negara menghadapi dan merespons tantangan-tantangan tersebut.

Faktanya, Indonesia sudah merasakan dampak resesi ekonomi global ketika COVID-19 melanda, yang pada saat itu terjadi PHK massal yang menyebabkan angka pengangguran meroket. Oleh karena itu, jika resesi ekonomi global terus berlanjut, Indonesia tentu siap menghadapinya.

https://news.detik.com/berita/d-7208322/situasi-ri-yang-tetap-stabil-kala-geopolitik-global-kurang-baik/ampInput sumber gambar
https://news.detik.com/berita/d-7208322/situasi-ri-yang-tetap-stabil-kala-geopolitik-global-kurang-baik/ampInput sumber gambar

Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo juga selalu menekankan dan selalu mengingatkan pejabat pemerintah terkait bahwa Indonesia harus bersiap dalam segala hal untuk menghadapi situasi yang tidak pasti. Dia selalu menekankan hal ini berulang kali.

Kemudian, sebagaimana diberitakan oleh surat kabar DetikNews tentang "Situasi RI yang Tetap Stabil Kala Geopolitik Global Kurang Baik", dalam berita tersebut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto menyinggung situasi perekonomian global saat ini dengan mengatakan bahwa "Dunia saat ini tidak berjalan dengan baik, laju pertumbuhan perekonomian global akan terus menurun". Dapat disimpulkan bahwa Indonesia harus siap menghadapi tantangan tersebut agar perekonomian Indonesia tetap stabil.

Untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang muncul seiring dengan munculnya ketegangan geopolitik dan menyebabkan perlambatan ekonomi yang berkepanjangan serta kondisi global yang tidak menentu, maka peran pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan agar perekonomian Indonesia dapat menjaga stabilitas perekonomian melalui pendekatan teoritik untuk mengatasi tantangan.

Menyikapi dan merancang kebijakan serta intervensi pemerintah yang efektif dan responsif untuk mengatasi resesi melalui penerapan teori ekonomi memerlukan strategi yang komprehensif dan terkoordinasi. Salah satu pendekatan teori ekonomi utama untuk mengatasi resesi ekonomi global saat ini adalah teori Keynesian. Sebab dalam kondisi yang tidak stabil saat ini, yang ditandai dengan krisis pangan dan krisis energi, masyarakat akan lebih memilih untuk berhemat dibandingkan mengkonsumsi produk-produk yang tidak penting, sehingga akan mengganggu stabilitas perekonomian ketika konsumsi masyarakat menurun.

Dalam hal ini, teori Keynesian akan fokus pada kebijakan fiskal ekspansif dan menekankan pentingnya peran pemerintah dalam merangsang permintaan agregat selama resesi. Teori Keynesian mengemukakan bahwa permintaan agregat harus ditekankan karena penting dalam menentukan tingkat produksi dan lapangan kerja dalam perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah harus memainkan perannya secara optimal melalui kebijakan fiskal yang ekspansif dengan banyak instrumen dan peningkatan belanja masyarakat.

Dalam hal ini, intervensi pemerintah dapat mencakup peluncuran proyek infrastruktur besar yang akan menciptakan jutaan lapangan kerja, selain meningkatkan pendapatan rumah tangga dan merangsang konsumsi. Intervensi pemerintah juga harus ditekankan dalam hal insentif pajak. Memang, selain mendorong konsumsi masyarakat, juga mendorong investasi dunia usaha, karena bagi individu dan dunia usaha, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan yang dapat dibelanjakan dan menstimulasi belanja konsumen dan Investasi Dunia Usaha. Selain itu, pemerintah juga harus fokus pada subsidi dengan meningkatkan subsidi untuk mendorong perekonomian dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Dalam teori Keynesian dalam bukunya "The General Theory of Employment, Interest and Money" (1936), Keynes menjelaskan pentingnya menekankan "animal spirit", atau dapat dianggap sebagai psikologi pasar karena mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap tingkat investasi dan konsumsi. Kondisi yang tidak menentu saat ini akibat ketegangan geopolitik dapat melemahkan kepercayaan dunia usaha dan konsumen. Oleh karena itu, intervensi pemerintah penting dalam mengelola ekspektasi dengan memberikan informasi yang jelas dan kebijakan yang konsisten, karena hal ini akan memengaruhi keputusan ekonomi individu dan bisnis, seperti optimisme, kepercayaan diri, dan ekspektasi masa depan.

Intervensi pemerintah dapat berupa reformasi peraturan dan kebijakan struktural yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan bisnis. Pemerintah dapat melakukan reformasi peraturan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih menguntungkan, mengurangi hambatan birokrasi dan mendorong inovasi dan investasi. Hal ini dapat dilihat di Singapura dan Hong Kong, dimana peraturannya mendukung dunia usaha, menciptakan lingkungan investasi yang positif dan meningkatkan kepercayaan di antara para pelaku ekonomi.

Selain teori Keynesian dari sudut pandang ekonomi, menghadapi tantangan tersebut juga dapat dilihat dari sudut pandang geografi ekonomi, khususnya dengan menerapkan teori aglomerasi ekonomi, dimana konsep utama teori ini dipopulerkan oleh Alfred Marshall dan kemudian dikembangkan oleh ekonom seperti Paul Krugman. Teori ekonomi aglomerasi berpendapat bahwa ketika dunia usaha dan industri berkumpul dalam suatu lokasi geografis, maka akan timbul berbagai dampak positif yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Ilustrasinya, dengan dibangunnya pabrik di suatu kawasan akan mendorong dan berdampak pada sektor perekonomian lain, khususnya UMKM lokal. Pasalnya, pabrik-pabrik besar seringkali membutuhkan berbagai layanan dan produk tambahan yang dapat disediakan oleh UMKM lokal, seperti pasokan bahan baku, logistik, dan layanan pendukung lainnya. Hal ini membuka peluang bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang di sekitar pabrik untuk memenuhi kebutuhan pabrik dan pekerja itu sendiri, yang dapat dianggap sebagai multiplier ekonomi.

Intervensi pemerintah melalui penerapan teori aglomerasi ekonomi juga sangat penting. Peran pemerintah dapat mencakup pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus, mendorong investor, mendukung reformasi peraturan dan yang paling penting mendukung UMKM dan startup dengan menciptakan inkubator dan akselerator bisnis untuk mendukung startup dan UMKM dengan memberikan mereka akses terhadap keuangan, pelatihan dan jaringan bisnis.

Hal tersebut juga bisa menjadi perpaduan antara teori Keynesian dengan teori aglomerasi ekonomi, yang menawarkan pendekatan komprehensif dalam merancang kebijakan ekonomi yang tidak hanya bertujuan untuk mendorong permintaan agregat namun juga mengeksploitasi manfaat ekonomi geografis yang terkonsentrasi. Intervensi pemerintah yang menggabungkan kedua teori ini dapat dilakukan melalui investasi strategis di bidang infrastruktur.

Menurut teori Keynesian, pemerintah dapat menstimulasi perekonomian dengan meningkatkan belanja publik, khususnya infrastruktur, untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan permintaan agregat. Oleh karena itu, tepat jika kita memasukkan teori aglomerasi ekonomi, yang mana investasi strategis di bidang infrastruktur dapat diarahkan ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi aglomerasi ekonomi. Infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan, bandara dan jaringan komunikasi dapat meningkatkan konektivitas dan efisiensi, sehingga mendorong perusahaaan untuk berbondong-bondong datang ke wilayah tersebut. Selain perusahaan, UMKM lokal juga akan didukung dan didorong dalam memenuhi kebutuhan perusahaan dan pekerja. Hal ini akan menghidupkan kembali perekonomian dan mengurangi pengangguran.

Resesi ekonomi global yang terjadi saat ini akibat kondisi global yang tidak stabil memberikan tantangan yang tidak mudah dihadapi oleh semua negara. Namun intervensi pemerintah melalui penerapan teori Keynesian dan teori aglomerasi ekonomi akan membawa solusi yang kuat dan efektif untuk mengatasi tantangan ini. Dalam resesi ekonomi global juga memerlukan langkah-langkah strategis dan terkoordinasi. Menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mengadopsi pendekatan yang komprehensif dan inovatif. Dengan menerapkan kebijakan yang menggabungkan teori Keynesian dan teori aglomerasi ekonomi, kita dapat menciptakan landasan yang kokoh bagi pemulihan ekonomi dan pertumbuhan jangka panjang.

Teori Keynesian menekankan pentingnya intervensi pemerintah untuk meningkatkan permintaan agregat melalui belanja pemerintah dan langkah-langkah stimulus ekonomi. Di tengah kemerosotan ekonomi global, pemerintah harus berani meningkatkan belanja infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, serta menawarkan insentif pajak dan bantuan langsung kepada masyarakat. Langkah-langkah ini akan segera meningkatkan konsumsi, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketidakpastian perekonomian.

Pada saat yang sama, teori aglomerasi ekonomi mengajarkan kita bahwa konsentrasi geografis industri dan bisnis dapat menciptakan efisiensi, inovasi, dan pertumbuhan yang lebih cepat. Pemerintah sebaiknya fokus pada pengembangan kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan klaster usaha yang dapat menarik investasi dan memanfaatkan keunggulan geografis. Berinvestasi pada infrastruktur pendukung, seperti transportasi dan teknologi, akan meningkatkan daya saing dan menarik lebih banyak pelaku usaha ke bidang-bidang tersebut.

Menggabungkan kedua pendekatan ini memberikan strategi komprehensif untuk mengatasi resesi. Dengan meningkatkan belanja publik dan menciptakan lingkungan yang mendukung perekonomian, kita tidak hanya dapat memitigasi dampak negatif jangka pendek dari kemerosotan ekonomi namun juga meletakkan landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan komprehensif di masa depan.

Oleh karena itu, pemerintah dan pengambil kebijakan harus bertindak cepat dan berani dengan menerapkan kebijakan yang menggabungkan kekuatan teori Keynesian dan ekonomi aglomerasi. Dengan cara ini, kita dapat mengatasi pelemahan ekonomi global dengan lebih efektif, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan, dan menciptakan perekonomian yang lebih kuat dan stabil untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun