Transformasi ini telah memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Media sosial kini menjadi platform utama untuk bersosialisasi, berbagi ide, dan bahkan menjalankan bisnis, mencerminkan dampak besar dari kemajuan teknologi komunikasi dalam kehidupan modern.
Era Revolusi Industri 4.0, yang dimulai pada 2011, memperkenalkan teknologi canggih seperti IoT (Internet of Things), kecerdasan buatan (AI), big data, dan cloud computing. Inovasi ini meningkatkan efisiensi dan otomatisasi di berbagai sektor.
Di Indonesia, perkembangan ini terlihat dalam sektor e-commerce, transportasi, dan perbankan, dengan platform seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee memanfaatkan AI dan big data untuk mempersonalisasi pengalaman belanja, serta layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab yang mengoptimalkan rute pengantaran. Selain itu, digitalisasi perbankan semakin meluas dengan aplikasi mobile banking seperti BCA dan OVO, yang memungkinkan transaksi nontunai secara praktis.Â
Meskipun demikian, kemajuan ini juga menghadirkan tantangan, seperti kesenjangan digital dan ancaman terhadap privasi data, yang perlu mendapat perhatian serius.
Memasuki awal tahun 2020-an, Revolusi Industri 5.0 muncul sebagai respon terhadap kekurangan Revolusi Industri 4.0. Berfokus pada kolaborasi antara manusia dan teknologi yang lebih berkelanjutan dan personal. Salah satu contohnya adalah robot kolaboratif (cobots). Di sektor smart home, teknologi IoT diterapkan di beberapa perumahan modern di Jakarta, memungkinkan penghuni mengontrol berbagai perangkat rumah tangga melalui aplikasi. Selain itu, aplikasi AI Chat seperti ChatGPT mulai banyak digunakan di berbagai sektor di Indonesia untuk membantu dalam layanan pelanggan, pendidikan, dan bisnis, memberikan respons otomatis yang lebih personal dan efisien.
Teknologi komunikasi mulai diimplementasikan dengan pengembangan infrastruktur seperti internet cepat, perangkat keras, dan perangkat lunak pendukung. Awalnya berkembang di kota besar dan perusahaan, teknologi ini kini menjangkau daerah terpencil. Aplikasi pesan instan dan media sosial memungkinkan komunikasi jarak jauh, sementara platform virtual mempermudah kolaborasi dan layanan publik berbasis online.
Perkembangannya didorong oleh inovasi seperti kecerdasan buatan, jaringan 5G, dan komputasi awan, yang membuat komunikasi semakin cepat dan efisien. Globalisasi dan perubahan gaya hidup turut mempercepat adopsinya, meskipun masih ada kesenjangan akses teknologi di beberapa wilayah.
Namun, di balik manfaatnya yang meluas ke berbagai bidang seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik, teknologi komunikasi juga membawa tantangan, seperti berkurangnya interaksi sosial langsung akibat ketergantungan pada perangkat digital. Ironisnya, teknologi komunikasi seringkali mendekatkan yang jauh tetapi justru menjauhkan yang dekat, karena perhatian lebih tercurah pada dunia digital dibandingkan dengan orang di sekitar.Â
Pada akhirnya, teknologi komunikasi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang besar untuk kehidupan yang lebih baik, namun di sisi lain, ia membawa risiko yang perlu diwaspadai.
Dengan literasi dan kesadaran yang tepat, kita dapat memanfaatkannya untuk menyatukan, bukan memisahkan. Masa depan ada di tangan kita. Gunakan teknologi dengan bijak, karena pilihan kita hari ini menentukan arah dunia esok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H