Hari demi hari terus berganti dan kita tumbuh bersama-sama
yang membedakan kau sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa dan aku juga berpikir demikian.
Namun aku salah setelah melihat kejadian itu
kau memang sudah bertumbuh dewasa sedangkan aku masih seperti bocah yang bertubuh besar
Aku berpikir saat ada harapan bisa mengubah segalanya
tapi kau memperlihatkan bahwa semua sudah ketetapan takdir
Di dalam gelap kesunyian aku tertawa sambil meneteskan air mata
bukan aku tidak bersedih kau tidak usah kuatir semua baik-baik saja.
Pertanyaan yang timbul di kepala ini menjalar seperti kanker pelan dan perlahan akan membunuh
aku kira kau adalah penawar kanker itu tapi kembali aku salah bahwa kanker itu tidak akan pernah hilang sampai nyawaku melayang
Harapan itu selalu ada meskipun kau sudah memperkenalkan takdir itu kepadaku
tapi aku tetaplah bocah yang keras kepala yang memiliki harapan konyol.
Entah kenapa setiap kali aku melihat kau aku seperti melihat orang yang tidak aku kenal
hanya kesedihan yang terlihat saat aku pandang wajahmu
Aku tidak tahu harus bagaimana saat berjumpa bersamamu
ekspresi apa yang harus kutunjukkan nantinya bahkan tersenyum aku sudah tidak sanggup lagi.
Hanya ada bintang -bintang kecil yang tahu ekspresi wajah ini
dan bersama cahaya kecil itu yang menemani tidak ada wajahmu lagi di bayang-bayang ini
Jika nanti aku sudah tumbuh menjadi seorang yang dewasa masih sanggupkah aku menatap wajahmu
dan mampu mengatakan aku cinta kepadamu kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H