Mohon tunggu...
Jamur Pena
Jamur Pena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Media hiburan berwawasan, agar bisa kenal lebih dekat bisa follow akun instagram @putranug__ .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerupuk: Dari Sejarah Hingga Menjadi Perlombaan

2 Agustus 2024   19:22 Diperbarui: 3 Agustus 2024   05:53 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal kerupuk?

Lauk pauk yang selalu menemani kita saat makan nasi goreng, ketupat tahu, ketoprak, Dll.

Di sisi lain, kerupuk juga memiliki sejarah unik tersendiri pada masa jawa kuno hingga menjadi suatu perlombaan yang menarik untuk diikuti pada 17 Agustusan.

Menurut KBBI kerupuk adalah makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak dijemur agar mudah digoreng.

Dilansir dari Wikipedia kerupuk berasal dari bahasa Jawa (krupuk). Istilah kerupuk juga terdapat pada Kakawin Ramayana (pupuh 26.25 (31)), Kakawin Bhomantaka atau Bhomakawya (pupuh 81.36), Kakawin Sumanasantaka (pupuh 113.10) yang ditulis oleh Empu Monaguna pada era kerajaan Kediri (abad ke-12 masehi).

Kerupuk sudah ada di Jawa sejak abad ke-9 atau ke-10 masehi. Dalam Prasasti Taji Ponorogo peninggalan kerajaan Mataram Kuno, bahwa krupuk rambak yang mengacu pada kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau, yang masih ada hingga saat ini sebagai krupuk kulit

Dalam perkembangannya kerupuk menyebar ke seluruh nusantara dan rasanya bervariasi sesuai dengan bahannya.  Dari jawa, kerupuk menyebar ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, Sumatera, hingga Semenanjung Malaya.

Pada tahun 1930 - 1940 kerupuk menjadi salah satu makanan pelengkap andalan bangsa Indonesia, karena pada masa itu Indonesia mengalami krisis ekonomi, harga pangan tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh masyarakat kelas menegah kebawah. Akhirnya kerupuk menjadi salah satu penyambung hidup sebab harganya terjangkau.

Kerupuk juga identik sebagai makanan rakyat kecil di masa perang untuk bisa bertahan hidup (Rosi Oktari, 2022).

Pada tahun 1950 perlombaan 17 Agustus-an mulai diadakan dengan tujuan sebagai sarana hiburan dan wujud syukur rakyat Indonesia yang telah bebas dari peperangan dan penjajahan.

Dilansir dari Detikjatim menurut sejarawan kuliner dan penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia", Fadly Rahman mengatakan pada masa agresi militer di tahun 1945 hingga 1950-an, rakyat masih sibuk memperjuangkan kemerdekaan.

Masyarakat kala itu tidak sempat merayakan kemerdekaan dengan berbagai kemeriahan. Sehingga, berbagai perlombaan baru muncul pada 1950-an ketika kondisi politik dan keamanan negara mulai kondusif.

Dikala pertama kali munculnya perlombaan, lomba kerupuk memiliki aturan yang unik yaitu: kerupuk digantung di atas kepala peserta lalu peserta berlomba memakannya dengan kondisi tangan diikat bahkan ada juga yang memakai pemberat batu kecil di tali kerupuk lalu tali panjang itu diikat di kaki peserta agar bisa menjaga keseimbangan postur tubuh untuk memenangkan perlombaan tersebut.

Di setiap daerah memiliki aturan yang berbeda-beda, ada yang ditutup matanya, ada juga yang diberi kecap asin dikerupuknya agar semakin menantang.

Lomba kerupuk ini mensimbolisasikan peran para masyarakat terdahulu yang berjuang demi kemerdekaan hanya ditemani dengan lauk pauk kerupuk.

Kerupuk yang menjadi makanan tertua Indonesia sekaligus teman yang menemani para masyarakat Indonesia pada masa penjajahan . 

Kerupuk akan terus dikenang dan akan mengisi salah satu icon perlombaan yang diadakan pada 17 Agustus agar masyarakat terus mengingat kelamnya masa penjajahan pada zaman dahulu.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun