Mohon tunggu...
Jamur Pena
Jamur Pena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Media hiburan berwawasan, agar bisa kenal lebih dekat bisa follow akun instagram @putranug__ .

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi? No, Indonesia Butuh Gerakan "Viral"

24 Juli 2024   05:58 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (diolah pribadi) / masyarakat overthinking tentang sistem demokrasi

Pada masa orde baru Indonesia terkesan bahkan dicap sebagai rezim memiliki sistem otoriter karena Presiden saat itu dengan bebas mengatur pemerintahan sehingga melakukan sedikit penyimpangan ideologi yang dianut bangsa yaitu pancasila.

Faktanya pada masa orde baru adalah jika ada yang mengkritik pemerintahan pada masa itu dapat dipastikan si pengkritik akan menghilang seperti yang kita ketahui pada kasus hilangnya aktivis pada tahun1997-1998.

Setelah pengundurannya Presiden Soeharto pada masa perubahan dari orde baru menjadi era reformasi maka dilakukanlah amandemen sebanyak empat kali dengan menganut sistem "Demokrasi".

Perlu diketahui berdasarkan KBBI demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya yakni pemerintahan rakyat.

Tapi apakah demokrasi di Indonesia sudah berjalan?

Beberapa sudah diterapkan seperti adanya pemilu dan hadirnya para perwakilan rakyat di kursi pejabat. Namun, kenapa indonesia yang bisa dibilang demokrasi tapi anti kritik? Contohnya ketika ada public figure membuat joke mengkritik pemerintahan maka joke tersebut akan dibilang "Joke pinggir jurang". Sebegitu kejamnya pemerintah membungkan rakyatnya hingga terkesan masih anti kritik

Mengapa bisa demikian?

Karena Indonesia masih menganut konsep budaya kejawen yang disebut priyai atau darah biru --kaum bangsawan.

Bukan hanya dipemerintahan saja, konsep budaya priyayi juga masih dilestarikan baik di suatu perusahaan atau di lembaga sekolahan dengan sebutan "Senioritas".

Budaya inilah yang masih mengganggu sistem demokrasi di Indonesia sehingga Indonesia masih terkesan anti kritik. Lebih parahnya jika sampai mengancam karena tidak terima dengan suatu kritikan yang memang faktanya seperti itu.

Namun, setelah saya telusuri, saya menemukan salah satu kekuatan yang membuat Indonesia sedikit demi sedikit menjadi sistem demokrasi, yaitu sistem "Viral".

Kenapa harus viral?

Karena dengan viral-lah suara warga didengar, dan kaena viral juga bisa membuktikan bahwa jejak-jejak digital dari pemerintah bisa terlihat oleh seluruh warga sehingga jika terjadi problematika dikalangan masyarakat yang semena-mena tidak mau ditangani oleh para pemerintah maka para netizen akan mempermalukannya dan membesar-besarkan beritanya agar para pemerinta gercep dan melek untuk menangani problematika tersebut.

Telah banyak peraturan-peraturan yang  blunder dari pemerintah tidak jadi diterapkan karena kekuatan viral ini. Berkat para netizen yang selalu mantengin berita terbaru tentang isu pemerintahan kalian sangat berjasa untuk Indonesia.

Tidak hanya peraturan yang blunder saja tapi fasilitas yang menjadi rakyat yang menjadi tanggung jawab rakyat seperti: jalanan rusak, jembatan, hingga penaganan beacukai pun tetap dipantau oleh netizen sampai viral. Jika tidak begitu pemerintah tidak akan menurunkan anggaran untuk memperbaiki fasititas masyarakat yang rusak atau barang-barang akan tetap tersita di bea cukai.

Sebenarnya masih banyak lagi kasus-kasus viral yang membuat pemerintah turun tangan untuk menagani masalah yang ada. Maka berterima kasihlah kepada netizen Indo karena sudah menciptakan sebuah gerakan baru dari demokrasi, yaitu viral. Karena dengan adanya viral pemerintahan sedikit demi sedikit bisa mengalami perubahan.

Terima kasih netizen

Mungkin netizen termasuk salah satu pahlawan tanpa tanda jasa setelah guru. Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun