Mohon tunggu...
Putra Nugraha
Putra Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya bernama lengkap Putra Nugraha memiliki beberapa hobi salah satunya ialah membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kronologi Pergerakan Ideologi Feminis [1]

21 Juli 2024   23:46 Diperbarui: 22 Juli 2024   00:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest 

Diambil dari buku berjudul Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps karya Allan & Barbara Pease mengungkap bahwa pria pada zaman  dahulu berperan untuk melindungi populasi seperti berperang dan berburu dan wanita berperan sebagai penambah populasi dan melindungi wilayah.

Begitulah wanita harus berkembang serta harus menyesuaikan keterampilan mereka dengan peran yang ada. Wanita harus mampu memantau area di sekelilingnya dengan cepat untuk melihat tanda-tanda bahaya, mereka juga memiliki keterampilan navigasi jarak pendek menggunakan patokan-patokan supaya tidak tersesat dan memiliki kemampuan kuat untuk merasakan adanya perubahan perilaku dan penampilan sekecil apa pun yang terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.

Hari-hari wanita akan habis terpakai untuk merawat anak-anak, mengumpulkan buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan, serta bergaul dengan wanita-wanita lainnya dalam kelompok itu. Dia tidak perlu merepotkan diri dengan memikirkan persediaan makanan atau melawan musuh, karena keberhasilannya diukur dari kemampuannya mendukung kehidupan keluarga. Nilai dirinya diperoleh dari penghargaan suaminya karena kemampuannya mengurus rumah dan mendidik anak-anak.

Kemampuan seorang wanita dalam melahirkan anak-anak dianggap sebagai keajaiban bahkan suci karena hanya wanitalah yang tahu rahasia memberikan kehidupan. Maka para wanita pada zaman dahulu tidak diharuskan memburu hewan atau bertempur dengan musuh.

Bertahan hidup memang sulit tetapi hubungan di antara keduanya mudah saja begitulah cara hidup mereka selama ratusan ribu tahun. Di setiap penghujung hari, para pemburu akan pulang membawa hewan buruan mereka. Hewan itu akan dibagi dengan rata dan semua orang makan bagiannya bersama dalam gua milik mereka bersama juga. 

Setiap pemburu akan bertukar hasil buruan dengan buah-buahan dan sayuran yang diambil para wanita, setelah makan para pria akan duduk di sekitar api unggun dan menatapinya, bermain serta menceritakan kisah-kisahnya atau bercanda. 

Semua itu adalah versi orang-orang purba yang bisa dibandingkan dengan versi pria modern yang mengganti-ganti saluran TV atau asyik larut dalam koran yang dibacanya, Mereka letih setelah berburu dan berusaha memulihkan tenaganya untuk kembali berburu keesokan harinya dan para wanita akan melanjutkan merawat anak-anak dan memastikan bahwa suami mereka cukup makan dan istirahat masing-masing menghargai usaha mereka.

Pria tidak dianggap malas sementara wanita juga tidak terlihat sebagai pelayan yang tertindas karena mereka berdua memiliki peran serta tangung jawab masing-masing.

Ritual-ritual sederhana dan perilaku perilaku tersebut masih berlaku dalam masyarakat kuno di beberapa tempat seperti Kalimantan, sebagian Afrika dan Indonesia, dan pada beberapa suku Aborigin di Australia, suku Maori di Selandia Baru, dan suku Inuit di Kanada dan Greenland. Dalam budaya tersebut setiap orang tahu pasti peran masing- masing pria menghargai wanita dan wanita menghargai pria, masing-masing melihat yang lainnya sebagai bagian unik yang melengkapi keutuhan serta kesejahteraan keluarga. 

Intinya sangat sederhana: "Pria adalah pencari makan, sedangkan wanita adalah pelindung tempat tinggal mereka".

Namun, perlu diketahui bahwa disebagian masyarakat modern, tradisional model ini sudah tidak berlaku karena dianggap sebagai sistem patriarki yang membatasi gerak wanita juga karena akses mata pencaharian sekarang lebih mudah dan bisa dilakukan oleh keduanya dibandingkan masa lalu atau di suku pedalaman dimana kita harus berburu untuk mencari makan.

Mungkin dari kita akan bertanya-tanya "kenapa kok bisa muncul ideologi feminisme?", "sejak kapan?", "apa yang mempengaruhinya?", "apakah feminisme muncul murni dari sistem patriarki?", "apakah tidak ada ideologi yang lain yang mempengaruhi munculnya ideologi feminisme?". 

Pertanyaan-pertanyaan yang kurang lebih seperti itu mungkin pernah ada di benak kita semua tapi perlu kita sadari baik dimasa lalu sampai sekarang wanita itu memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan, mungkin jika tidak dengan kontribusi wanita umat manusia telah lenyap entah pada abab setelah atau sebelum masehi.

Terkadang dari beberapa kasus yang menjadi titik dimana wanita tidak dihargai karena wanita berperan dibalik layar sedangkan pria berperan di depan layar, bisa kita lihat jika ada seseorang berperan di depan layar mereka akan mendapat penghargaan, pujian, dan lain sebagainya sehingga sosok yang berjuang dibalik layar diabaikan dan dianggap tidak berguna oleh orang-orang. 

Bisa kita ambil contoh mungkin dari beberapa vidio konten kreator misalnya konten kreator Willy Salim dipuji berkat kontribusinya terlihat oleh masyarakat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa konten Willy Salim bisa sebagus itu juga berkat peran atau kontribusi tim-tim kreatornya yang ada dibelakang layar seperti editor dan lain sebagainya.

Maka tidak heran jika para wanita mungkin merasa terdiskriminasi karena tidak dihargainya peran wanita oleh masyarakat ataupun oleh pasangannya sendiri sehingga masyarakat lebih mengangungkan para pria karena para pria selalu berperan di garda terdepan, di sektor mana pun, sehingga mereka layak untuk dipuji. Maka di titik ini tidak salah jika wanita merasa dirinya terdiskriminasi. Bukannya haus validasi tapi memang selayaknya kita sebagai manusia harus saling menghargai peran masing-masing.

Kita lanjut lagi kepada sejarah munculnya ideologi feminisme, disini saya memakai struktur yang dipakai oleh guru gembul dalam vidionya yang berjudul "Kronologi Kapitalisme" beliau menjelaskan bahwa ideologi feminisme itu muncul dari sistem kapitalisme, sedangkan sistem kapitalisme muncul dari sistem merkantilisme dan sistem feodalisme.

Sumber

Allan & Pease, (2012), Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps. (Isma B. K, Terjemahan). Jakarta: UFUK PRES

Guru Gembul. (2021). EPS 151 | Kenapa Banyak Wanita pilih Feminisme. Diakses pada website: https://youtu.be/09K6cX4YUO0?si=_WET9lenPoWq-aD6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun