Mohon tunggu...
Putra Niron
Putra Niron Mohon Tunggu... Wiraswasta - Owner KedaiNN15

Penikmat Karya Sapardi dan Jokpin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kebaikan Di Rai Malaka

4 Mei 2024   18:24 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:33 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bagian tengah di Indonesia, di antara perbukitan yang hijau dan lautan yang biru, terletaklah Kabupaten Malaka, sebuah tempat yang penuh dengan keajaiban alam dan kehidupan yang kaya akan budaya. Di sana, ada seorang mahasiswa bernama Agung, yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bagian dari perjalanannya dalam mengeksplorasi dunia dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Agung adalah seorang pemuda yang penuh semangat dan antusiasme. Ketika dia mendapat kesempatan untuk menjalani KKN di Kabupaten Malaka, dia tidak ragu untuk mengambilnya. Baginya, ini adalah kesempatan untuk belajar, bertualang, dan memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat.

Perjalanan Agung dimulai ketika dia tiba di desa dekat ibukota Malaka, Betun, tepatnya di desa Wehali, tempat dia akan menjalani KKN selama beberapa bulan ke depan. Desa ini terletak di tengah-tengah kota Betun, dan menjadi desa sentral di Malaka. Agung disambut dengan hangat oleh penduduk setempat yang ramah dan sopan.

Setiap hari Sabtu adalah Pasar Mingguan di Betun, dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial di Kabupaten Malaka. Di sana, Agung selalu bertemu dengan Mama Meri, seorang ibu yang ahli dalam membuat Akar Bilan, hidangan khas Malaka yang sangat dicintai oleh penduduk setempat. Mama Meri selalu menyambut Agung dengan senyum hangat dan sapaan ramah setiap kali dia mengunjungi tempat jualannya di pasar. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan di desa, tentang kekayaan alam dan kebudayaan Malaka, dan tentu saja, tentang proses pembuatan Akar Bilan.

Akar Bilan adalah makanan khas Malaka yang terbuat dari sagu. Proses pembuatannya dimulai dari pencarian bahan baku di hutan sekitar, hingga proses pemasakan dan pengolahan yang memakan waktu. Selain sagu, Akar Bilan juga memerlukan bahan berupa kacang hijau, dan kelapa parut. Ketiga bahan ini diparut dan dipanggang dalam wadah tanah liat. Berbentuk seperti wajan kecil. Kemudian dipanggang di atas tungku api. Untuk memperkuat rasa, terkadang ditambahkan bahan-bahan lain seperti coklat, keju, gula, dan susu. Proses pembuatan akar bilan biasanya memakan waktu sekitar 5--10 menit. Namun, hasilnya adalah hidangan yang lezat dan unik, dengan cita rasa yang khas dan kenangan dari masa lalu yang tak terlupakan.

Selama perjalanannya, Agung tidak hanya belajar tentang kehidupan di desa dan kebudayaan lokal, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat. Bersama dengan Mama dan warga desa lainnya, dia membantu mempromosikan produk-produk lokal, termasuk Akar Bilan, melalui postingan di media sosialnya. Agung juga ikut membantu petani sagu dalam proses panen dan pengolahan sagu menjadi tepung, bahan utama dalam pembuatan Akar Bilan.

Ketika tiba waktunya untuk pulang, Agung meninggalkan Kabupaten Malaka dengan hati yang penuh rasa terima kasih dan kenangan yang tak terlupakan. Dia membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman KKN, tetapi juga persahabatan baru dan pengalaman yang akan membentuknya menjadi individu yang lebih baik. Dan meskipun perjalanan KKN-nya berakhir, jejak kebaikan yang telah dia tinggalkan di tanah Malaka akan selalu menginspirasi dan mengingatkannya akan kehangatan dan keramahan orang-orang Malaka yang telah menyambutnya dengan tangan terbuka.

Kembali ke kampus, Agung menceritakan pengalaman dan pelajaran yang dia dapatkan selama KKN kepada teman-temannya. Dia berbagi tentang kekayaan alam dan kebudayaan Malaka, serta tentang pentingnya menjaga dan mempromosikan warisan budaya lokal. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan budaya lokal mereka sendiri.

Dan meskipun perjalanan KKN-nya telah berakhir, Agung tahu bahwa petualangannya di Kabupaten Malaka tidak akan pernah berakhir. Jejak kebaikan yang telah dia tinggalkan di sana akan terus memperkaya dan menginspirasi kehidupannya di masa depan, dan dia berjanji untuk kembali suatu hari nanti, membawa lebih banyak lagi kebaikan bagi masyarakat yang telah menyambutnya dengan hangat di tanah Malaka yang indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun