Mohon tunggu...
Angga Deka Saputra
Angga Deka Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis_Frelencer

Tulisan adalah gambaran JIWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minggu pagi

6 Juni 2021   09:41 Diperbarui: 27 Juni 2021   11:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mataku makin mengucur deras karena hatiku tersayat belati ketika mengingat ucapan bapak yang ingin menjodohkan ku. Kepada siapa aku mengadu? Kenapa bapak begitu tega denganku? Bisakah bapak lebih mengerti perasaanku? Bisakah bapak paham tentang kemauanku? Karena pernikahan bukanlah hal untuk uji coba, aku harus mempersembahkan jiwa dan ragaku kepada suamiku yang sama sekali tidak ku kenal apalagi aku cintai, sanggup kah aku melihat kekasihku disaat akad ku nanti? Bagaima kecewanya dia?

Tapi aku tidak boleh larut dalam tangis, namaku Zakyiatul Mufarikah adalah nama pemberian ibuku, perempuan yang berbahagia dalam kesucian, bisa juga bermakna perepmpuan yang tangguh, karena kalo tidak tangguh mana bisa bahagia dalam segala keadaan.

Aku tidak bisa mengadukannya pada siapapun, aku selalu berusaha mikul duwur mendem jero, walau hatiku hancur. Aku hanya bisa terdiam melihat puluhan pesan masuk dari kekasihku.

Aku hanya bisa pasrah mengandalkan pusaka keramat yang kupunya untuk berjuang melawan perjodohan ini agar tidak terlaksana.

Diam dan mengaji adalah senjata pamungkas karena aku tau letak seribu do'a adalah al Qur'an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun