Aku tatap potretmu di tengah deras hujan
perlahan tinta pelukis wajahmu pudar
terbawa oleh tetesan-tetesan hujan
mengalir putih, merah, biru, dan  semuanya bersatu
lalu menghilang entah kemana
Hati yang pecah berkeping-keping
terguyur deras hujan semakin perih
sementara asmara dan cinta pun memudar
terbawa rintik-rintik hujan air mata
bersama dengan tinta di potretmu
Kini tinggalah aku termenung
memegang kertas yang telah buram
diiringi suara senja bah orkresta
bersama belaian angin buritan yang suram
mengantar cahaya surya temaram
Sukabumi, April 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H