Mohon tunggu...
putrakasidwinata
putrakasidwinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengurai masalah kemiskinan dan upaya mengatasinya

26 Desember 2024   20:12 Diperbarui: 26 Desember 2024   20:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemiskinan tetap menjadi salah satu isu utama yang mendapatkan perhatian serius di berbagai belahan dunia. Definisi kemiskinan merujuk pada kondisi di mana seseorang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu, yang umumnya diukur berdasarkan pendapatan harian. Di Indonesia, tantangan kemiskinan masih sangat signifikan, meskipun pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya untuk mengatasinya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, sekitar 9,36% penduduk Indonesia masih tergolong miskin. Meski angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, jutaan orang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Beberapa program, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), telah diluncurkan untuk membantu mengurangi kemiskinan di negara ini. Namun, tantangan seperti tingkat pengangguran yang tinggi dan dampak lanjutan dari pandemi COVID-19 masih terus memengaruhi upaya mengatasi masalah kemiskinan.

Dalam konteks global, garis kemiskinan yang dianggap ekstrem telah ditetapkan sebesar 2,15 dolar AS per hari. Meskipun berbagai negara telah berupaya mengurangi kemiskinan, jutaan orang di dunia masih hidup dalam kondisi yang sangat tidak layak.

Kemiskinan bukanlah akibat dari satu faktor, melainkan merupakan hasil interaksi kompleks antara sejumlah faktor yang saling berhubungan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Ketimpangan Ekonomi: Ketidakmerataan pendapatan dan kesempatan dalam masyarakat menjadi salah satu penyebab utama kemiskinan, baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Hal ini mengakibatkan sejumlah kecil individu menguasai sebagian besar kekayaan, sementara banyak orang tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya ekonomi.

2. Kurangnya Pendidikan: Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam memperbaiki taraf hidup. Sayangnya, banyak orang miskin tidak mampu membiayai pendidikan berkualitas, yang mengakibatkan mereka kurang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak. Akibatnya, mereka terperangkap dalam siklus kemiskinan.

3. Akses Terbatas ke Layanan Kesehatan: Akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan dapat memengaruhi produktivitas individu. Kesehatan yang buruk dapat mengurangi kemampuan kerja, sehingga memperburuk kondisi ekonomi seseorang.

4. Pengangguran dan Pekerjaan yang Tidak Layak: Tingginya angka pengangguran serta ketersediaan lapangan kerja yang tidak layak atau bergaji rendah berkontribusi terhadap kemiskinan. Di sisi lain, minimnya infrastruktur di daerah terpencil juga menghambat kemampuan masyarakat untuk mengembangkan ekonomi mereka.

5. Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi: Laju kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat menyebabkan pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan lapangan kerja yang tersedia. Hal ini membuat masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. Jika pertumbuhan penduduk tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, kemiskinan berpotensi meningkat.

6. Dampak Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat memperburuk kemiskinan, terutama melalui bencana alam seperti banjir, badai, tsunami, atau tanah longsor, yang dapat merusak infrastruktur dan menghancurkan harta benda masyarakat. Dengan demikian, kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks, dipicu oleh berbagai faktor yang saling memengaruhi dan membutuhkan perhatian serius untuk diatasi.

Dampak kemiskinan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun