Mohon tunggu...
Perdana Putra Gultom
Perdana Putra Gultom Mohon Tunggu... Freelancer - Student at Undergraduate Programme of Anthropology, Universitas Indonesia

Manusia yang sedang mengambil kuliah mempelajari manusia dan kebudayaannya. Seorang penggemar olahraga yang tertarik pada isu sosial-politik, kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan popular culture.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Proses Rakit Ulang Konstruksi Politik dan Hiburan dalam Media Massa di Indonesia

28 Desember 2019   15:47 Diperbarui: 30 Desember 2019   12:48 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beranjak dewasa, pandangan saya terhadap politik kurang lebih sama, kata kuncinya ada tiga: serius, kaku, dan jahat, setidaknya kata terakhirlah yang membuat politik sedikit lebih menarik, apa lagi semakin dewasa idealnya manusia semakin mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat, dan saya memasukkan politik ke kategori jahat. 

Sama halnya dengan film action yang tidak akan menghibur tanpa adanya tokoh antagonis. Aktor-aktor politik hanya memainkan peran untuk saling menjatuhkan demi mendapat suatu barang langka yang disebut kekuasaan, konstruksi tentang politik yang serius dan kaku, serta konstruksi berkharisma politisi dan pejabat yang menjadi aktor di dalamnya seolah runtuh begitu saja akibat kerelaan mereka melakukan apa saja untuk barang langka itu.

Politik yang sebelumnya dipandang serius dan kaku seperti menjadi hiburan di saat aktor-aktornya mempertontonkan kebobrokan negara ini di hadapan rakyatnya. Inilah yang berusaha ditangkap oleh program Mata Najwa, sebuah acara dengan konten berupa diskusi seputar isu-isu "serius" bersama narasumber yang relevan dengan isu yang dibawa.

Program ini awalnya mengudara di Metro TV, sebuah stasiun televisi berbasis berita, dan untuk pertama kalinya saya menyukai tayangan di Metro TV. Isu politik yang sebelumnya selalu dikemas dengan gaya keberita-beritaan menjadi lebih menghibur ketika dibawakan dalam program ini. 

Inilah yang menjadikan acara ini menghibur adalah ketika Najwa Shihab dan programnya seolah menjadi pahlawan di film action yang memihak kepada rakyat saat "menyerang" narasumbernya yang kebanyakan adalah politisi, mungkin perdebatan antara politisi PDI-P yang juga anggota DPR-RI, Arteria Dahlan dengan Prof. Emil Salim saat diundang untuk berdiskusi mengenai isu Revisi UU KUHP adalah yang masih segar di ingatan. 

Di episode ini saya melihat bagaimana sisi emosional seorang politisi seperti dieksploitasi oleh Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa. Melalui raut wajah, gesture, dan nada bicaranya, Arteria Dahlan terlihat begitu emosional saat berdiskusi, dan hal inilah yang saya maksud sebagai hiburan, Intrik antar aktor politik yang ditangkap oleh Program Mata Najwa menjadi hiburan tersendiri bagi penontonnya.

Program Mata Najwa Eps. Ragu-ragu Perpu (sumber: Grid.ID)
Program Mata Najwa Eps. Ragu-ragu Perpu (sumber: Grid.ID)

Bila dibandingkan dengan acara isu politik yang dikemas dengan format diskusi seperti Indonesia Lawyer's Club (ILC), ILC terlihat seperti masih mempertahankan konstruksi yang ada, dengan format diskusi berupa forum yang formal dan cenderung kaku, sehingga cukup membosankan melihat para pengacara dan narasumber berdiskusi seperti itu, walaupun masih ada intrik yang terjadi, ILC masih kalah menghibur dibanding Mata Najwa.

Mata Najwa menjadi fenomena terciptanya warna abu-abu hasil pencampuran dua warna yang berbeda antara politik dan hiburan, baik secara konten dan juga mediumnya. 

Mata Najwa menjadi bukti transformasi dari konstruksi isu politik yang sebelumnya dilihat sebagai sebuah hal yang formal, serius, dan kaku dengan format penyampaian yang keberita-beritaan menjadi lebih menghibur dan tidak kaku. Pergeseran konstruksi diperjelas dengan perpindahan stasiun televisi penyiar Mata Najwa, sejak 10 Januari 2018 Mata Najwa yang awalnya mengudara di Metro TV berpindah ke Trans7.

Secara umum, tayangan di Metro TV tidak jauh dari berita dan isu-isu politik serta kawan-kawannya, dan Mata Najwa yang menjadikan "isu-isu serius" seperti politik sebagai komoditasnya melakukan manuver dengan berpindah ke Trans7 yang tayangannya di dominasi oleh acara hiburan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun