Mohon tunggu...
Rafli Rahman
Rafli Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Kendari

Saya hanyalah orang yang berusaha menjadi baik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Lebih dari Sekadar Nilai: Menavigasi Lahan Pragmatisme dalam Pendidikan Modern"

8 Januari 2024   22:10 Diperbarui: 8 Januari 2024   22:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kajian mengenai sikap pragmatis mahasiswa, kita bisa merujuk pada konsep teori pragmatisme yang diungkapkan oleh tokoh seperti John Dewey. Menurut Dewey, pendidikan seharusnya tidak hanya difokuskan pada akumulasi pengetahuan dan nilai numerik semata, melainkan lebih kepada pengalaman nyata dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari.

Mahasiswa masa kini sering kali terjebak dalam sikap yang terlalu pragmatis, di mana penilaian akademis menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan mereka. Pragmatis di sini merujuk pada orientasi yang terlalu praktis dan berorientasi pada hasil yang konkret, tanpa memperhatikan nilai intrinsik dari proses itu sendiri. Dalam konteks perkuliahan, mahasiswa yang pragmatis cenderung hanya memandang penilaian dan prestasi akademis sebagai tujuan utama, tanpa memperhatikan nilai-nilai abstrak, pemahaman konsep, atau penerapan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, mereka mungkin hanya fokus pada memahami materi ujian dan menyelesaikan tugas akademis untuk meraih nilai tinggi, tanpa melihat bagaimana konsep-konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata atau bagaimana proses belajar itu sendiri dapat memberikan manfaat jangka panjang. Dengan bersikap terlalu pragmatis, mahasiswa bisa kehilangan makna mendalam dari pendidikan tinggi, yang seharusnya tidak hanya berfokus pada nilai semata, tetapi juga pada pengembangan pemikiran kritis, kreativitas, dan keterampilan yang dapat membawa manfaat dalam berbagai konteks kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk tidak hanya terpaku pada nilai, melainkan juga memahami nilai intrinsik dari proses pembelajaran untuk mencapai kesuksesan yang lebih holistik dan berkelanjutan.

Selain sikap yang terlalu pragmatis, sebagian mahasiswa juga terlihat kurang peduli terhadap pemahaman konsep dalam suatu materi perkuliahan. Bagi mereka, yang terpenting adalah menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai tanpa memperhatikan sejauh mana mereka memahami materi tersebut. Sikap ini dapat terlihat dalam kecenderungan hanya untuk mengejar target penyelesaian tugas, meskipun pemahaman mereka terhadap konsep-konsep tersebut mungkin minim.

Mahasiswa yang memiliki sikap seperti ini cenderung menganggap tugas kuliah hanya sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, bukan sebagai peluang untuk mendalami dan menguasai materi secara mendalam. Mereka mungkin mengandalkan sumber-sumber eksternal atau sekadar menyelesaikan tugas dengan cara yang paling cepat, tanpa benar-benar meresapi dan memahami substansi dari setiap topik yang dipelajari.

Ketidakpedulian terhadap pemahaman materi dapat menghambat perkembangan intelektual dan profesional mahasiswa di masa depan. Seharusnya, mahasiswa memahami bahwa tujuan utama perkuliahan tidak hanya terletak pada penyelesaian tugas semata, melainkan pada pengembangan pemahaman yang mendalam terhadap materi dan penerapan konsep-konsep tersebut dalam berbagai konteks. Dengan cara ini, mereka dapat membangun dasar pengetahuan yang kokoh, yang lebih bermanfaat dalam menghadapi tantangan di dunia nyata setelah lulus dari perguruan tinggi.

Mahasiswa yang terlalu pragmatis mungkin kehilangan esensi dari proses pembelajaran yang seharusnya membangun keterampilan kritis dan pemahaman yang mendalam. Sementara itu, penggunaan media sosial yang berlebihan, tekanan dari dunia industri, dan budaya prestasi sementara dapat memperkuat sikap ini.

Penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa nilai bukanlah satu-satunya tolak ukur keberhasilan. Menurut Dewey, penting untuk memahami nilai intrinsik dari proses pembelajaran, di mana pemahaman konsep dan penerapan praktis menjadi kunci. Oleh karena itu, solusi holistik dalam mengatasi sikap pragmatis melibatkan perubahan budaya akademis, penyesuaian sistem evaluasi, dan memberikan dukungan psikososial yang memadai bagi mahasiswa.

Perguruan tinggi seharusnya tidak hanya tentang akhir dari suatu proses, melainkan juga mengenai pengembangan keterampilan dan pemahaman yang dapat membawa manfaat jangka panjang dalam kehidupan pribadi dan profesional mahasiswa setelah mereka meninggalkan lingkungan perguruan tinggi. Dengan demikian, mahasiswa dapat mencapai kesuksesan yang lebih berkelanjutan dan holistik dalam perjalanan akademis mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun