Materi 1 : Sumber penulisan sejarah
Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (2005), R. Moh. Ali menyebutkan bahwa sumber sejarah adalah segala hal yang berwujud maupun tidak berwujud yang berguna dalam penelitian sejarah sejak zaman purba hingga saat ini. Dengan kata lain, sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai informasi yang mendukung penelitian hingga proses penulisan sejarah.
Sumber sejarah bisa berbentuk apapun seperti artefak, fosil tekstual (prasasti, naskah kuno, surat kabar, dll) dan nontekstual, objek kebendaan, visual, audiovisual, maupun tradisi lisan. Sebagai contoh, sumber sejarah kerajaan Sriwijaya misalnya yaitu Candi Muaro Jambi, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, dan lainnya. Selain itu sumber sejarah Kutai yaitu prasasti yang disebut Yupa berupa batu dengan tulisan dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Menurut Sifatnya, sumber sejarah dibagi menjadi 2 yaitu sumber sejarah primer dan sekunder. Menurut bentuknya, sumber sejarah dapat dibagi menjadi empat, yaitu sumber lisan, sumber tertulis, sumber rekaman, dan sumber benda (Listiyani, 2009: 56).
Sumber sejarah berdasarkan sifatnya:
1. Sumber Primer
Sumber sejarah primer biasanya berbentuk pernyataan saksi ketika melihat langsung suatu peristiwa. Selain kesaksian seseorang, sumber prima juga dapat berupa alat mekanis misalnya dokumen, naskah perjanjian, arsip, maupun surat kabar.
Adapun sumbernya dapat berasal dari lisan, tulisan maupun audio-visual namun harus langsung dari sumber yang satu zaman dengan peristiwa tersebut. Sumber duplikasi asli bisa digunakan karena yang utama adalah isi informasi di dalamnya.
2. Sumber Sekunder
Sumber sejarah sekunder disebut juga sebagai sumber tangan kedua. Informasinya didapat dari kesaksian seseorang yang bukan merupakan saksi langsung atau saksi pandangan mata, misalnya saksi yang tidak hadir fisiknya di suatu peristiwa. Sumber sekunder bisa berupa tulisan, lisan, audio-visual yang tak sezaman dengan peristiwa tersebut.
Sumber sejarah berdasarkan bentuk:
1. Benda
Adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda kebudayaan. Sebaiknya sumber ini dikombinasikan dengan sumber sejarah tertulis dan lisan. Contoh sumber benda: Sumber bersifat monumental, seperti masjid, candi, gereja, makam, dan patung.
2. Lisan
Sumber sejarah lisan didapatkan dari penuturan lisan seorang saksi peristiwa lewat wawancara misalnya kepada tokoh ataupun anggota kelompok yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau masa. Meski begitu, sumber sejarah perlu ditunjang dengan keberadaan sumber tertulis.
3. Tulisan
Sumber sejarah tertulis didapatkan dari peninggalan berupa tulisan yang nyata misalnya surat kabar, majalah, notulen rapat, sertifikat, kartu tanda penduduk, dan lainnya.
4. Audio Visual
Sumber sejarah audio-visual biasanya berbentuk rekaman bergambar dan bersuara. Hal ini bisa didapat seiring perkembangan teknologi pada waktu peristiwa terjadi. Secara fisik, sumber audio-visual dapat berbentuk audio, video, Digital Video Disc (DVD), maupun digital multimedia.
Materi 2 : Penelitian sejarah
Penelitian sejarah adalah tindakan yang mengkaji dan menelusuri kejadian pada masa lalu. Â Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman, dan makna dari kejadian tersebut. Penelitian sejarah dilakukan secara sistematis dengan 5 tahapan, yaitu Penentuan Topik, Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan yang terakhir Historiografi.
1. Penentuan Topik
Langkah pertama yaitu memilih topik yang akan diteliti. Perlu kamu ketahui, topik dan judul adalah dua hal yang berbeda. Sebuah topik dapat menghasilkan beberapa judul, bersifat abstrak, dan cakupannya luas. Sedangkan satu judul hanya bisa dipakai dalam 1 penelitian sejarah, bersifat fokus, dan spesifik.
Contoh: Kamu ingin membuat buku dengan topik Perang Dunia II. Maka, alternatif judul penelitiannya bisa berupa 'Penyerangan Jerman ke Kota Danzig', Â 'Serangan Pearl Harbor', atau 'Dampak Perang Dunia II terhadap Indonesia'.
2. Heuristik
Kalau topiknya sudah ketemu, selanjutnya apalagi? Nah, tahap kedua penelitian sejarah adalah mendapatkan sumber dan bukti-bukti pendukung. Langkah ini disebut dengan heuristik. Heuristik berasal dari kata Yunani 'heuriskein' yang artinya mencari atau menemukan. Jadi, dalam sejarah, heuristik merupakan tahap pencarian dan pengumpulan sumber mengenai masalah yang diteliti. Tujuannya agar peneliti bisa menghasilkan penelitian yang bermutu dengan informasi sebanyak-banyaknya.
3. Verifikasi
Tahap ketiga yaitu verifikasi. Verifikasi adalah proses pemeriksaan terhadap keaslian dan kebenaran sumber sejarah. Tujuannya untuk menguji fakta sejarah dari sumber yang peneliti dapatkan.
4. Interpretasi
Interpretasi adalah tahap keempat penelitian sejarah. Peneliti memberikan penafsiran, pendapat, dan analisis dari fakta yang telah diperoleh dan diverifikasi. Fakta-fakta tadi akan dihubungkan hingga membentuk rangkaian peristiwa dan maknanya.
Kalau dipikir-pikir, interpretasi ini mirip kayak main puzzle, lho. Kita mencoba menyusun potongan-potongan puzzle sampai terlihat keseluruhan gambar aslinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa tahap interpretasi harus dilakukan secara selektif dan tidak melebar kemana-mana. Hanya fakta yang penting dan sesuai dengan topik yang bisa kamu interpretasikan.
5. Historiografi
Historiografi berasal dari kata 'historia' dan 'grafein' yang berarti penulisan sejarah. Kalau di tahap sebelumnya kita sudah menentukan, mencari, memeriksa, dan memaknai fakta sejarah, di tahap ini kita sudah bisa mulai menulis hasil penelitian.
Materi 3 : Historiografi
Di Indonesia Historiografi terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Historiografi tradisional
Historiografi tradisonal adalah tradisi penulisan sejarah setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan,baik pada zaman Hindu dan Budha maupun Islam. Hasil tulisan sejarah pada masa itu disebut naskah. Contoh historiografi tradisional adalah Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, dan Kronik Banjarmasin. Adapun sifat-sifat penulisan historiografi tradisional adalah :
Istana sentris, yaitu penulisan sejarah untuk kepentingan kerajaan (raja dan keluarganya) yang dominan ditampilkan atau dituliskan. Kehidupan yang digambarkan seolah-olah hanya untuk kalangan istana dan sekitarnya. Kebanyakan historiografi tradisional kuat dalam silsilah tetapi lemah dalam hal kronologis dan detail-detail biografi.
Feodalisme sentris, yaitu penulisan yang menggambarkan kehidupan para bangsawan feodal, tidak membicarakan peran masyarakat, segi-segi sosial, dan ekonomi dari rakyatnya
Religi magis, yaitu penulisan sejarah yang dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib
Tidak membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata
Sumber datanya sulit ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan
Besifat region sentris (kedaerahan) , yaitu penulisan sejarah banyak dipengaruhi oleh factor kedaerahan. Misal tentang cerita gaib dan magic yang terjadi di daerah itu
Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan 19olonial yang tinggi, bertuah dan sakti
2. Historiografi Kolonial
Historiografi colonial merupakan penulisan sejarah warisan para penjajah. Penulisan peristiwa dilakukan untuk kepentingan colonial. Penulisan, lebih menjolkan peran bangsa Belanda serta memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Kata-kata yang mereka gunakan sangat merugikan bangsa Indonesia, misal untuk menyebut perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan kata pemberontak. Berikut ciri-ciri historiografi colonial:
Bersifat mitologis
Bersifat deskriminatif
Bersifat eropa sentris
Contoh historiografi colonial; Beknopt Leerboek Gerschiedenis van Nederlandsch Oos Indie Karya A.J.Eijkman dan F.W. Stapel, Schets eener Economische Geschiedenis van Bederlands-Indie karya G.Gonggrijp, Geschiedenis ban den Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke, Geschiedenis van Indonesie karya H.J. de Graaf, dan History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles.
3. Historiografi Modern
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan fakta -- fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian, memakai ilmuilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui sejarah lisan. Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang menggunakan prinsip-prinsip metode penelitian sejarah. Contoh historiografi modern adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo dan Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson. Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman. Historiografi masa kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa sejarah. Adapun ciri-cirinya adalah:
Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan pendekatan multidimensional.
Sebagai kritik terhadap historiografi nasional: lahir sebagai kritik terhadap historiografi nasional yang dianggap memiliki kecenderungan menghilangkan unsur asing dalam proses pembentukan keindonesiaan.
Munculnya peran-peran rakyat kecil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H