Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kini menggambil andil cukup besar untuk perekonomian di Indonesia. Seperti diketahui, UMKM telah banyak menyerap tenaga kerja yakni sekitar 57,9 juta tenaga kerja Indonesia dan dipastikan akan terus meningkat mengingat pemerintah Indonesia terus menggalakkan upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas UMKM.
Makassar merupakan salah kota dengan geliat UMKM yang cukup kuat, bahkan sudah merambah ke dunia kampus. Banyak Mahasiswa mulai mengembangkan produk-produk yang bisa menghasilkan pendapatan sambil menjalani proses perkuliahan.
Seperti halnya yang dilakukan oleh 9 Mahasiswi cantik Universitas Muhammadiah Makassar Siti Jawira H, Irma Yanti, Lusi Pranawula, Nurul Pratiwi, Nur Samsi, Nurfriana Erdilla, Indah Sri Wahyuni, Mia Eriska Putri dan Nur Khalifah Fitria. Kesembilannya berasal dari jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2015.
Mereka mengembangkan produk makanan ringan (cemilan) berupa kripik yang diberi nama Dangkits (Dangke Ngehits).
Keinginan Mengaplikasikan Pengetahuan Bisnis
Mahasiswi-mahasiswi ini mulai mengembangkan UMKM sebagai salah satu pengaplikasian dari pelajaran yang mereka dapatkan dalam perkuliahan. Lusi Pranawula mengatakan bahwa sudah terlalu banyak teori tentang ekonomi dan bisnis yang mereka dapatkan di bangku kuliah. "Jadi sayang jika tidak diterapkan", katanya.
Kembangkan Produk Makanan Khas Daerah
Lusi Pranawula dan kawan-kawan mengembangkan produk Dangke sejak 2o November 2017. Dangkits sendiri merupakan makanan khas dari Bumi Maserempulu atau Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari susu kerbau atau sapi yang diolah secara tradisional dengan direbus sampai mendidih.
Dangke dapat langsung disajikan sebagai lauk tinggi protein atau diolah lagi menjadi makanan lain seperti dangke bakar, dangke tumis, krupuk dangke dan lain-lain.
Produk Dangkits awalnya dirintis oleh 14 orang, namun kini yang bertahan hanya 9 orang. "Kita dulunya ada 14 orang tapi mungkin karena beberapa lainnya memiliki kesibukan lain sehingga tak mampuh lagi untuk bergelut membantu produksi", ungkap Lusi.
Lusi juga mengatakan bahwa modal awal memulai usaha Dangkits adalah Rp. 1.400.000 dan kini telah mencapai omzet 4-5 juta rupiah dengan rata-rata penjualan mencapai 400 - 600 bungkus per bulan. Oleh mereka, keuntungan yang diperoleh dibagi rata ke semua anggota.
Produk dangkits yang diproduksi oleh Lusi dan kawan-kawan seharga Rp 10.000 per bungkusnya dan memiliki berbagai varian rasa. Ada 6 varian rasa yang bisa dipilih oleh pembeli yakni Original, Balado, Cokelat, Gree Tea, Barbeque dan Jagung Bakar. Dangkits-dangkits ini dijual secara online melalui promosi-promosi di media sosial seperti Instagram, Facebook anggota-anggotanya bahkan Shopee. Selain secara online, Produk Dangkits juga dijual secara offline melalui toko oleh-oleh, warkop, dinas koperasi, event-event UMKM dan lain-lain.
Sudah Teruji BPOM
Keseriusan 9 Mahasiswi  Manajemen Universitas Muhammadiah Makassar ini dalam mengembangkan produk UMKM Kripik Dangits terbilang sangatlah kuat. Mereka bahkan telah mendaftarkan produk mereka ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah mendapatkan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Sehingga produk mereka aman dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Dangkits adalah produk yang dirintis Mahasiswi-mahasiswi cantik Unismuh ini saat kuliah dan dikerjakan bersama-sama. Namun Dangkits akan tetap dijalankan meskipun semua anggotanya telah lulus. Lusi mengatakan mereka akan tetap memperkenalkan Dangkits dikampung halaman mereka masing-masing.
 "Karena Nomor Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) nya sudah kami peroleh, maka akan lebih mudah untuk dipasarkan. Bahkan di kampung asal kami masing-masing", pungkas Lusi yang berencana mengembangkan Dangkits di kampung halamannya, di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H