"Ah, kota besar memang memiliki pesonanya sendiri. Tetapi tak ada yang seperti kampung halaman, kan?" Pak Surya bertanya sambil tersenyum.Â
Dika mengangguk. "Anda benar, Pak. Saya merindukan udara segar dan kebersamaan di kampung halaman." Tanpa menunggu balasan atau pertanyaan dari Pak Surya, Dika kembali menambahkan. "Di kota besar kebanyakan orangnya cuek-cuek pak, dan hidup sendiri sendiri"
Pak Surya tertawa. "Tapi, Dik, di kota besar pasti ada banyak keseruan dan hiburan yang tidak bisa kamu temukan di sini."Â
Dika mengangguk setuju. "Ya, benar juga, Pak. Kota besar memiliki berbagai macam kegiatan dan tempat yang menarik. Mulai dari mal nya yang megah hingga suasana malam yang lebih hidup."
Sementara mereka berjalan, Pak Surya menceritakan pengalamannya saat muda, bekerja di ladang dan mengurus ternak. Dika tertawa mendengarkan kisah-kisah tersebut, terhibur oleh keceriaan dan cerita kekonyolan di masa muda dari petani tua itu.
Tiba-tiba, Dika melihat sebuah pohon mangga yang sudah dikenalinya. "Hei, itu pohon mangga yang selalu saya lihat saat pulang kampung, Pak! Kami sudah dekat!" serunya dengan gembira.Â
Pak Surya tersenyum bangga. "Nah, ternyata kamu masih ingat jalan ini dengan baik. Kamu lebih pintar dari yang kamu pikirkan."
Dengan langkah bersemangat, Dika dan Pak Surya melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman Dika. Ketika mereka tiba di depan rumah Dika, Dika merasa campur aduk antara senang dan sedih. Ia senang karena telah sampai dengan selamat, tetapi juga sedih karena perjalanan bersama Pak Surya akan berakhir.
"Saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya, Pak Surya. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa Anda," ucap Dika dengan penuh rasa syukur.Â
Pak Surya mengusap punggung Dika dengan lembut. "Tidak ada yang perlu ditakutkan, Dik. Kadang-kadang, kita hanya perlu meminta bantuan dari orang lain untuk menemukan jalan pulang. Jika kamu perlu bantuan lagi di masa depan atau sekedar berbincang dengan saya, jangan ragu untuk datang ke rumah saya yang di ujung jalan sana. Saya biasa pulang jam segini."
Dika tersenyum dan mengangguk. "Saya pasti akan sempatkan bertemu bapak lagi. Terima kasih atas segalanya."