Ada Lima indikator produk yaitu harus stabil artinya stabil dari goncangan ketika nanti terjadi bencana maka kita sudah mitigasi terlebih dahulu kemudian ikutivity yaitu kita mengembangkan sesuatu itu tidak mempertimbangkan kesamaan sehingga tidak terjadi kesepahaman. Equitability prawisata diharapan untuk menjadi omset misalkan memberikan tarif atau apapun itu yang bisa dibangun sehingga ketika bisa merasakan seperti mereka juga akan mampu atau dengan sukarela mereka memperhatikan lingkungan di situ kemudian. kapabilitas ini terutama pengelola di situ kemampuan untuk memahami karakter betul di wilayah lingkungan. Adaptibility ketika terjadi perubahan apapun tidak terjadi masalah. Indikator-indikator ini penting baik itu ekonomi sosial maupun fisik lingkungan. Secara global untuk mengembangkan ke sana mestinya ada referensi investasi dan pencapaiannya.
Lebih lanjutnya "Pariwisata berkelanjutan itu masuk di area utama jadi saya kira ini terjadi kalau kita lihat di konsep green Finance di area utama Green Finance itu ada 5 transportasi berkelanjutan kemudian pariwisata berkelanjutan manajemen sumber daya alam keanekaragaman hayati pencegahan atau peninggalan korupsi.Saya kira 5 transportasi ini ada dalam pengembangan wisata bahari apalagi pencegahan dan pengendalian polusi karena kita kan harus juga mempertimbangkan juga makhluk-makhluk yang dibawa permukaan air."
Narasumber Ketiga Oleh Dr. N. Rusmiati, M.Si
Memperkuat Pariwisata Indonesia)
Tourism port atau pelabuhan wisata adalah ringkasan yang terdiri dari wilayah darat dan laut sebagai fasilitas pelabuhan khusus untuk menunjang mobilitas di daerah perairan dalam kegiatan wisata. Ada beberapa daerah yang telah mengembangkan tourism port yaitu:
- Pelabuhan Batam Center Ferry International Provinsi Kepulauan Riau.
- Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur
- Dermaga Wisata Kalimas, Manado
- Dermaga Cruise Tanah Ampo Bali
Adapun data indbound Indonesia 2021, pada bulan Januari hingga Desember 2021, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 1,56 juta kunjungan, turun 61,57 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 4,052,923 kunjungan.
Berdasarkan data dari UNWTO (The World Tourism Organization), sejak Januari hingga Juni 2020 pariwisata di seluruh dunia kehilangan sekitar 440 juta turis. Tantangan dari perkembangan pariwisata di era pandemi adalah adanya perubahan dari market demand yang perlu untuk diantisipasi dan dihadapi, serta kompetisi di tiap destinasi wisata. Era pandemi membuat preferensi berwisata menjadi berubah sehingga hal ini perlu untuk diperhatikan dan diantisipasi. Selain itu, kondisi pelayanan dan fasilitas di destinasi juga masih dirasa perlu untuk ditingkatkan. Tak bisa dipungkiri bahwa alasan pandemi masih menjadi isu utama sehingga penyediaan lokasi wisata dengan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan sangat perlu untuk diadakan. Berbagai macam penerapan prosedur terkait higenitas menjadi penting untuk diadakan bagi seluruh wisatawan. Jika hal ini dilakukan, tentu diharapkan akan dapat menambah tingkat kepercayaan wisatawan terhadap destinasi wisata di Indonesia. Terlebih Indonesia memiliki potensi wisata yang tak bisa dipandang sebelah mata oleh dunia