Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Miss You] The Unspoken

19 Oktober 2018   16:54 Diperbarui: 19 Oktober 2018   16:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di toko Kue Laksmi, Allysa langsung bertemu dengan temannya yang sudah lebih dari 20 menit menunggu. Sementara Randi asik sendiri memilih-milih kue yang akan ia berikan untuk ibundanya.

Singkat, namun begitu berkesan. Setelah kejadian tersebut, mereka berdua semakin intens bertemu, bertukar kabar, dan ada sesuatu yg berbeda. Entah di hati keduanya, atau hanya di salah satunya saja.

Hanya saja, semua berubah ketika Allysa dipindahtugaskan ke luar kota. Semenjak itu pula, intensitas komunikasi mereka mulai berkurang, sementara rindu semakin bertambah setiap harinya. 

** 

Toko Bunga, Enam Bulan Kemudian.

Randi terlihat tengah memilih-milih buket bunga. Matanya berkeliling melihat bunga yang satu ke bunga yang lainnya. Sebuah buket bunga mawar putih dengan nuansa biru putih akhirnya terpilih. Senyumnya merekah.

Diam-diam Allysa memperhatikan Randi dari kejauhan. Mawar putih? Itu kan bunga kesukaan gue. Masa sih Randi tau, tau dari mana? Ah, tapi pasti bukan buat gue. Batin Allysa. Randi meneruskan langkahnya. Kali ini ke sebuah tempat yang tak pernah terpikirkan oleh Allysa.

"Sa, apa kabar? Lama nggak ketemu lo, gue rindu. Andai aja lo tau perasaan gue. Andai aja gue nggak takut untuk ngomong jujur ke lo. Ah, tapi semuanya udah terlambat." Randi terisak. Tangannya meletakkan buket mawar putih pada gundukan tanah yang baru saja ia taburi bunga-bunga lainnya.

Sebentar, ada yang perlu aku ambil. Sebuah sapu tangan, atau cukup dengan jemariku saja? Ada yang mengalir di dahimu, aku perlu menyekanya. Ah, nyatanya menetes juga dari matamu. Air mata bukan hanya milik perempuan saja, bukan?

Allysa heran melihat tingkah Randi, makam siapa yang Randi datangi? Lalu mengapa Randi menyebut nama panggilannya? Allysa semakin penasaran, kakinya mendekat ke arah Randi, ia mencoba menyapa Randi namun tak ada respon. Lalu ia semakin mendekat, dan ia semakin dibuat terkejut ketika ia melihat sebuah nama yang tertulis di papan nisan yang berada tepat di depan Randi. "Itu namaku!" 

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun