Oke, sip.
Ratna mengenggam ponselnya. Tangannya gemetar, hatinya pun tak kalah bergetar. Kebetulan yang tak terduga. Padahal sebelumnya Ratna lah yang ingin mengajak Lio bertemu, tapi tak disangka-sangka, justru Lio lah yang kemudian mengajak Ratna untuk bertemu, terlebih dahulu.
Di Klinik Kopi, pukul empat sore lebih sepuluh menit. Lio telah datang dan duduk di meja yang mudah ditemukan. Letaknya berada pada garis lurus pintu masuk pengunjung. Ratna yang baru saja masuk langsung saja mengenali bagian tubuh belakang Lio.
“Hei, Lio. Maaf ya aku telat.”
“Nggak kok, aku juga belum lama dateng.” Lio melontarkan senyum manisnya. “Mau pesen minuman apa Na? Masih suka jus alpukat nggak?”
Lelaki itu, nyatanya masih mengenal betul apa yang menjadi kesukaan Ratna.
“Iya, aku masih suka jus alpukat, Lio kamu kok masih inget aja,” ucap Ratna tersipu. “Oh iya, ada apa nih? Tumben ngajakin ketemuan.”
Lio memanggil pramusaji yang tengah merapikan piring-piring kotor di meja sebelah yang baru saja ditinggalkan pengunjungnya, memesan menu pesanan mereka, kemudian meneruskan percakapannya dengan Ratna. “Jadi gini, mau diceritain dulu, apa to the point aja?”
“Duh apa sih, aku jadi penasaran. Hhmm, enaknya gimana?” Ratna balik bertanya.
“Intinya, nggak ada sesuatu yang kebetulan kan di dunia ini? Semuanya udah diatur sama Yang Maha Kuasa.”
Ratna mengangguk. “Lalu?”