Tak hanya sebagai sarapan, dulu Sego Gudangan lebih banyak digunakan sebagai pelengkap beberapa upacara tradisi seperti syukuran kelahiran bayi hingga sadranan. Sego Gudangan biasa ditemui di warung-warung kecil sekitar rumah. Sego Gudangan merupakan menu wajib bila saya mengunjungi Klaten, biasanya saya sering membelinya di warung Mbak Siti yang terletak di Desa Gatak, Ngawen hanya berjarak sekitar 100 meter dari tempat tinggal Mbah saya.Â
Warung baru dibuka pukul 05.30 pagi, namun antrian sudah mengular sejak beberapa menit sebelumnya. Maklum, masyarakat Klaten biasa menyantap Sego Gudangan sebagai sarapan. Oh iya, selain menjual nasi, penjual Sego Gudangan pada umumnya juga menjual bubur santan atau masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan bubur lemu. Isian/bumbu dan pelengkapnya pun sama, yaitu gudangan, lethok dan gorengan.
Bubur lemu dimasak dengan cara tradisional, yaitu dengan menggunakan kompor yang berbahan tanah liat atau biasa disebut sebagai anglo. Proses memasak dengan cara tradisional, kemudian disajikan dengan pincuk daun pisang, membuat sego gudangan/bubur lemu memiliki aroma dan rasa yang begitu khas. Cara tradisional inilah yang membuat sego gudangan/bubur lemu memang lebih nikmat bila disantap di daerah asalnya, Klaten.
Selain Sego Gudangan dan Bubur Lemu, di Klaten anda juga bisa menemukan kuliner khas lainnya seperti Kepelan, Getuk Kurung Pedan, Keripik Welut, dll. Gimana? Tertarik untuk mencobanya? Bila anda sedang berada di Solo atau Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Klaten dan icip menu ini ya? :)
Seluruh foto adalah milik penulis
Diikutsertakan dalam lomba KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) dengan tema kuliner tradisional.
*
Jangan lupa coba yang ini juga ya:
1. Getuk Khas Klaten, Bukan Sembarang Getuk
2. Kepelan, Cemilan Murah Meriah ala Klaten