Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HUT RTC] Sesaat Berlalu

4 Maret 2016   13:47 Diperbarui: 4 Maret 2016   14:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="afremov.com"][/caption]

Pernikahan kami menginjak bulan yang ke delapan, namun entah mengapa hatiku sedikitpun belum tertuju padamu. Dari awal aku sudah katakan, aku benci perjodohan ini, karena aku punya pilihan sendiri, dan dia kini terkatung-katung karena cintanya–aku–telah pergi meninggalkannya.

 

Tak banyak hari yang kulewatkan bersamamu. Sepulang kerja aku lebih memilih menghabiskan waktuku bersama teman-teman hingga pulang larut malam, ketika kau sudah tertidur di meja makan, dengan berbagai menu kesukaanku. Kamu, ya kamu yang tak pernah lelah mencurahkan cintamu untukku, suamimu.

 

Pernah, ketika aku sakit, kau begitu sabar merawatku dengan penuh cinta. Dan saat tengah malam aku terbangun, aku menemukanmu tertidur di sampingku.

 

Hari-hari berikutnya aku mulai bisa melupakan masa laluku, mencoba perlahan-lahan untuk membuka hati untukmu. Ya, rasanya aku mulai mencintaimu. Kini, aku selalu pulang kantor tepat waktu demi bisa berdua denganmu, dengan lahap menghabiskan semua masakanmu. Sementara kau tak hentinya mengucapkan terima kasih dan mencium tanganku.

 

Hingga pada suatu hari aku merasakan rindu yang begitu dahsyat, aku tengah berada di luar kota pada saat itu, dan bunyi ponselku memecah lamunanku, “dari ibu”, batinku.

 

Le, yang sabar, istrimu sudah menghadap Gusti Allah, mobilnya mengalami kecelakaan tadi siang waktu ingin menjenguk Ibu.”

 

Isak tangis ibuku masih terdengar, namun tiba-tiba semuanya gelap.

 

**

Le/Thole : panggilan untuk anak lelaki (jawa)

 

 

Minggu pertama (terinspirasi oleh puisi)

BJ HABIBIE

 

sebenarnya ini bukan tentang kematianmu

bukan tentang itu

karena aku tahu bahwa semua yang ada

pasti tiada pada akhirnya

dan kematian adalah suatu yang pasti

 

dan kini adalah giliranmu untuk pergi

aku sangat tahu itu

 

tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat

adalah kenyataan bahwa kematian

dapat memutuskan dalam diri seseorang

sekejap saja

lalu rasanya mampu

membuatku menjadi nelangsa setengah mati

 

hatiku seperti tak ditempatnya

dan tubuhku serasa kosong melompong

hilang isi

kau tahu sayang ..

rasanya seperti angin

yang tiba tiba berganti kemarau gersang

ada air mata yang jatuh kali ini

aku selipkan salam perpisahan panjang

pada kesetiaan yang kau ukir

pada kenangan pahit manis selama kau ada

 

aku bukan hendak mengeluh

tapi rasanya terlalu sebentar kau disisiku

 

mereka mengira

akulah kekasih yang baik bagimu sayang

tanpa mereka sadari ..

bahwa kaulah

yang menjadikanku kekasih yang baik

mana mungkin aku setia

padahal kecenderunganku adalah mendua

tapi kau ajarkan aku kesetiaan hingga aku setia

kau ajarkan aku arti cinta

sehingga aku mampu mencintai seperti ini

 

selamat jalan

kau dariNYA dan kembali padaNYA

kau dulu tiada untukku

dan sekarang kembali tiada

selamat jalan sayang

cahaya mataku

penyejuk jiwaku

selamat jalan

calon bidadari surgaku

 

 

Sumber Ilustrasi

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

[caption caption="(Dok.RTC)"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun