Aku mendatangi kembali ibuku, lantas berkata, "Bu, maafkan aku, selama ini banyak sekali melakukan dosa pada Ibu."Â Sontak, tangis kami pecah, di antara suara-suara jangkrik yang sedang bernyanyi.
Malamnya aku mendapat giliran menjaga ibu. Baru kali ini aku merasa benar-benar dekat kembali dengan ibu. Sekali lagi aku merasa bodoh, kemana saja aku selama ini? Kulihat ibu tak bisa memejamkan mata. Biasanya aku suka menanyakan perihal popoknya, apakah ingin diganti atau tidak. Namun tadi sore sepupuku yang juga seorang perawat memasang kateter pada saluran kencing ibu.
Â
***
Â
Masih kuingat, kemarin sore ibu memintaku untuk membelikannya seporsi soto ayam yang kedainya berada di dekat kantorku. Tapi sayang, aku tak sempat membelikannya karena pada saat itu aku harus segera pulang, mengingat kondisi ibu yang semakin mengkhawatirkan. Dokter sudah angkat tangan atas keadaan ibu, katanya "tinggal tunggu waktu saja."Â Persetan dengan itu semua. Hei, kau bukan Tuhan yang tahu kapan ajal menjemput ibuku!
Â
Pernah suatu ketika aku sedang menggantikan popok ibu, ibu berkata padaku "maafkan Ibu ya Ndhuk, selama ini Ibu banyak salah sama kamu, waktu Ibu sudah nggak lama lagi."Â
Aku tertunduk, menghela napas, kemudian mendongakkan kepalaku seraya berkata, "Ibu kenapa ngomongnya begitu? Umur itu cuma Allah yang tahu, Bu." Kami terdiam, susasana mendadak hening.
Â
***