"Rasti? Kamu ada di sini?" Dia menyapaku, dengan logat jawa yang masih begitu kental, ah kamu masih seperti dulu. Aku terpaku, tak tahu harus menjawab apa. Setelahnya aku hanya mampu mengangguk dan tersenyum. Terpesona lebih tepatnya.
Â
"Ras.. Kamu nggak apa-apa kan?" Dia berkata lagi, lamunanku buyar.
Â
"So.. Sorry, aku pikir tadi tangan Vika." Mukaku memerah.
Â
"Rastiiiiii, aku di sini." Teriak Vika, hingga akhirnya Vika tersadar aku sedang bersama lelaki. "Lho Rafli? Kamu Rafli kan?"
Â
"Iya Vik, aku Rafli, kamu masih inget? Kalian udah berapa lama di Malang? Dalam rangka apa ke Malang?"
Â
Dan obrolan kami pun berlanjut, kami, ya aku dan Rafli, pada malam harinya kami menikmati dinginnya malam Kota Batu di alun-alun. Mencoba untuk mengingat dan menceritakan masa lalu kami yang manis.