Sudah tiga tahun kami berpacaran tanpa sekalipun bertatap muka. Ya, sekalipun kami belum pernah bertemu. Entahlah apa yang membuat kami nyaman dengan keadaan ini. Padahal, boleh dibilang jarak kami cukup dekat, antara Jakarta-Cirebon.
Sore itu, sepulang aku kerja, Sylva – gadisku menelpon, katanya ia segera ingin bertemu denganku. Ah, sebenarnya kata-kata itulah yang aku harapkan semenjak dahulu. Aku memang lelaki dengan inisiatif yang minimalis.
Pertemuanku yang pertama berakhir dengan bahagia, setelahnya kami memutuskan untuk bertunangan. Sungguh aku tak sabar menanti hari bahagia itu.
Beberapa bulan setelahnya
Pagi itu Sylva menelponku, katanya ia ingin aku datang ke Cirebon, ia meminta aku membawakan sebuah hadiah spesial untuknya. Dasar gadis yang manja, batinku. Sorenya aku langsung bergegas menuju Cirebon, dengan sepeda motor yang melaju 200 km/detik. Aku tak sabar ingin bertemu denganmu, Sylva!
Di Sebuah Rumah Sakit
“Aku di mana? Sylva, aku ingin bertemu dengan Sylva!” Seorang perempuan berbaju perawat mencoba menenangkanku. Menurutnya, aku mengalami kecelakaan dan koma selama sepuluh hari.
Aku harus bertemu Sylva secepatnya, aku harus memberikan kado ini.
Sebuah kado yang Sylva minta, boneka Teddy Bear berwarna pink faforitnya, masih ada dalam pelukanku. Sylva menyodorkan sebuah undangan berwarna pink-silver. Di dalamnya tertulis nama calon pengantin, Sylva dan Ridho!
Mengapa bukan namaku?
***
Sumber Ilustrasi : Teddy Bear
Kamis, 15 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H