Kepada senyum yang melukis pelangi
Ingin kusampaikan jutaan aksara
Yang telah lama tertanam di jiwa
Namun belum mampu tercabut jemari
Terkurung dalam tempurung waktu
Bersembunyi di balik lembayung
.
Kepada senyum yang melukis pelangi
Ku tahu kini senja telah merenda usiamu
Seolah Ia kuat mengajakmu bersenandung
Senandung senja,
Yang kepada siapapun Ia pasti akan datang
.
Kepada senyum yang melukis pelangi
Kini guratan lelahmu begitu terlihat
Menutupi semua jeruji kesakitan
Yang selama ini kau genggam
Mungkin tidak sendiri
Dulu ada kekasihmu yang selalu setia
Tapi kini tidak lagi
.
Kepada senyum yang melukis pelangi
Bahkan pelangi kemarin mungkin tak seindah senyummu
Kau lukis dengan ketulusan yang tentunya begitu apik
Katamu, aku tak boleh mendendam pualam
Aku tak perlu risaukan jalak yang congkak
Aku tak usah pedulikan tebing-tebing sinting
Pun aku tak penting mendengar periuk busuk
Terimalah karena semua ada balasnya
.
Kepada senyum yang melukis pelangi
Mungkin lidah ini kelu
Mungkin cinta ini terlihat samar
Mungkin aku hanya mampu mencurahkan pada rembulan
Tapi, Tuhan tahu hati ini begitu erat memelukmu
.
Kepada senyum yang melukis pelangi, Bapak..
Dpk, 13 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H