Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Felis Silvestris Catus

17 September 2014   19:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:25 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Putri Apriani No Peserta : 64

.

Bulan Ketiga Pernikahan

Aku meninggal dua hari yang lalu, karena bis yang kutumpangi terperosok ke jurang. Istriku – Sita, sepertinya tidak siap dengan kepergianku yang begitu mendadak. Ia ingin aku bisa hidup kembali. Ya, reinkarnasi.

*

Sita bergegas membuka lemari, jemarinya cekatan mencari-cari sebuah benda yang telah lama ia simpan, bahkan belum sempat digunakan. Sebuah kotak musik, benda terakhir pemberian almarhum ayahnya. Bahkan ia masih ingat betul pesan mendiang ayahnya bahwa jika kotak musik tersebut dibuka diatas pukul sebelas malam, maka akan ada sesosok ibu peri menawarkan dua permintaan yang kelak akan dikabulkannya.

.

Hari semakin gelap, tampaknya malam ini sang ratu malam bersembunyi di balik awan, hanya ada puluhan bintang yang berjejer dan bercengkerama satu sama lain. Suasana mulai hening. Tepat pukul sebelas malam. Dengan perlahan Sita mencoba membuka benda mungil berwarna merah keemasan itu. Musik klasik mulai mengalun pelan. Tetiba ada pancaran cahaya yang begitu terang, mata Sita terbelalak ketika melihat sesosok peri keluar dari kotak musik mungil tersebut.

.

“Sita, ada apa kau memanggilku?”

“Ib.. ibu.. ibu peri?”

“Panggil saja aku Peri Nirmala, lalu apa maksudmu memanggilku?”

“A.. aku butuh bantuanmu Peri Nirmala. Suamiku meninggal dua hari yang lalu, dan aku ingin dia hidup kembali.” Jawab Sita sambil menghapus air matanya.

“Hhmm..baiklah..”

“Apa engkau akan mengabulkan keinginanku?”

“Besok pagi akan aku ajak kau ke sebuah tempat dimana kau bisa memilih jasad untuk menggantikan jasad suamimu.”

“Baiklah, Peri Nirmala, terimakasih.”

Dan dalam sekejap Peri Nirmala menghilang dari hadapan Sita. Sita melamun, merasa takjub dengan kejadian yang baru saja ia alami.

.

Keesokan paginya, Sita dan Peri Nirmala pergi untuk mencari tubuh pengganti jasad Dodi – suami Sita. Lelaki berkulit putih, dengan tinggi badan sekitar 170 cm dan berat sekitar 60 kg. Tubuh itu, persis sekali dengan tubuh Dodi, ya sempurna. Setelah menemukan tubuh yang cocok. Peri Nirmala membaca mantra sambil mengayunkan tongkat ajaibnya, mencoba memanggil roh Dodi yang belum sampai pada pintu akhirat. Kemudian menyatukannya dengan jasad yang telah dipilih Sita tadi.

“Aku akan mengabulkan permintaanmu dengan beberapa syarat.”

“Apakah syarat itu Peri Nirmala, aku akan coba mengikuti syarat yang kau ajukan.”

“Baiklah, dengarkan aku baik-baik, bila kalian telah kembali bersama nanti, hiduplah dengan bahagia, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan ingat, setiap ucapan Dodi yang menurutmu salah, maka usianya akan dikurangi satu hari, sesuai dengan mesin waktu yang akan kuberikan nanti kepada kalian berdua.”

Upacara reinkarnasi selesai. Roh Dodi telah bersatu dengan jasad lelaki tadi.

**

Sita begitu bahagia, hidupnya terasa begitu sempurna, karena Dodi kembali hidup, meski Dodi hanya rohnya, sementara jasadnya merupakan tubuh orang lain. Mereka memutuskan pindah keluar kota, mencoba membangun hidup yang baru. Kebahagiaan pun bertambah ketika Sita mengandung anak pertama mereka.

.

Namun kebahagiaan rasanya hanya mau mampir sebentar, hingga akhirnya...

Malam hari, di ruang tamu :

“Mas, apakah aku masih terlihat cantik?”

“Tentu sayang, kau masih begitu cantik seperti dulu.”

“Ah, tapi kan wajahku banyak jerawatnya?”

Dodi terdiam.

“Mas, apakah tubuhku masih selangsing dulu?”

“Tubuhmu lebih seksi begini sayang, dengan perut buncitmu seperti itu.”

“Jadi aku sudah tidak langsing lagi? Kamu bilang perut buncit itu seksi? Kamu pasti bohong kan Mas?”

Dodi, terdiam lagi.

.

Pagi hari, di dapur :

“Mas apakah masakanku enak?”

“Dari dulu masakanmu selalu enak sayang.”

“Apa kau yakin masakanku enak? kata Mama masakanku selalu asin.”

Dodi tak menjawab.

.

Siang hari, di Dokter Kandungan :

“Mas, kamu ingin punya anak lelaki atau perempuan?”

“Aku sih inginnya anak lelaki.”

“Tapi aku ingin anak perempuan, jadi menurutmu bagaimana Mas?.”

Dodi tak menjawab lagi.

.

Sore hari, di Toko Pakaian :

“Mas, kamu lebih suka kemeja biru atau merah?”

“Yang biru aja sayang, lebih kalem warnanya.”

“Kenapa nggak yang warna merah sih sayang? Jadi menurutmu pilihanku jelek?”

Lagi-lagi Dodi tak menjawab.

**

Mentari belum muncul, dingin masih menyandera tubuh. Sita terbangun, Dodi sudah tak ada disampingnya. Matanya berputar ke seluruh kamar, tak ada. Tubuhnya dengan susah payah beranjak dari tempat tidur, mencoba mencari suaminya itu, tetap tak ada. Hanya sepucuk surat yang tertinggal di atas meja riasnya.

Sayang maafkan aku, aku harus pergi, meninggalkanmu lagi, sisa usia dalam mesin waktuku telah habis. Jaga dirimu baik-baik.

Dari Suami yang begitu menyayangimu – Dodi.

.

Pukul sebelas malam. Lagi-lagi Sita memanggil Peri Nirmala, dengan permintaan yang sama, agar Dodi bisa ber-reinkarnasi kembali.

“Peri Nirmala, bisakah kau menolongku kembali? Tolong ijinkan suamiku ber-reinkarnasi satu kali lagi, aku begitu menyesal telah menyia-nyiakannya”

“Sepertinya sulit, karena kau telah melanggar janjimu.”

“Tolong aku Peri, tolong aku, berikan aku kesempatan satu kali lagi. Bukankah kau menawarkan dua permintaan yang dapat kau kabulkan?”

“Baiklah.. Tapi.. ”

“Tapi apa Peri? Tolong katakan saja, demi suamiku,”

“Aku akan mengabulkan permintaanmu kali ini, tapi dengan satu syarat.”

“Apa syaratnya?”

Peri Nirmala mengabulkan permintaan Sita yang terakhir, namun dengan satu syarat, Sita tak bisa lagi memilih jasad yang akan menggantikan jasad suaminya. Segala keputusan reinkarnasi ada di tangan Peri Nirmala. Sita mengangguk, menyetujui syarat yang diajukan Peri Nirmala.

*

Upacara reinkarnasi selesai. Aku keluar ruangan. Aku terkejut tatkala aku bercermin dan melihat tubuhku yang sekarang. Penuh bulu, dua telinga yang lancip, sebuah ekor, dan miaauuww.. Aku seekor kucing! Reinkarnasiku meleset.

Sumber Gambar : Felis Silvestris Catus

.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun