Suara tangismu memekik malam yang hening
Wajahnya tak mampu sembunyikan aliran bening
Gurat lelahnya seakan hilang sekejap
Melihat senyummu indah mengecap
**
Ratusan jejak telah kau tapaki
Merangkai beribu mimpi juga imaji
Mencoba genggam erat realita
Membuka tirai cakrawala
*
Adikku sayang,
Bukanlah aku yang menjadikanmu setegar karang
Namun terkadang,
Hidup memaksamu bak gemintang
Terus benderang
Walau hatimu kerontang
Walau langkah kaki bagai ditepi jurang
Walau berbagai macam ujian coba menghadang
Pasrahkan segala, panjatkan doa berdentang
Kelak kau kan temukan gemilang
*
Tiga belas tahun berlalu
Guratkan rindu
Bertemankan syahdu
Bahwa hidup tak selalu semanis madu
Hanya kepada-Nya segala doa tertuju
Semoga tercapai segala cita dan cintamu
Semoga terpuji segala lakumu
Segala pinta hendak meramu
Memelukmu penuh haru
*
Tiga belas tahun yang lalu, dari rahim ibuku, kau dilahirkan. Pada tengah malam, suara tangismu pecahkan sunyi. Aku tak ingin melihatmu, aku takut. Pada saat itu aku hanyalah bocah kecil yang tak ingin berbagi, berbagi kasih sayang ibu dan bapak. Sehari, dua hari, tiga hari, kemudian aku memberanikan diri, melihat wajah mungilmu, melihat wajah teduhmu yang membuat seluruh egoku luruh. Terkadang aku ikut tersenyum bila melihatmu tersenyum. Terkadang aku ikut tertawa bila melihatmu tertawa. Dan terkadang air mataku pun menetes bila melihatmu menangis. Adikku, tak terasa, tiga belas tahun berlalu. Dua puluh dua bulan hidup tanpa seorang ibu pastilah begitu berat ya untukmu? Tenang ya, ada aku yang begitu menyayangimu, ada aku yang akan mengerahkan segenap tenagaku untukmu. Walau aku pasti tak sesempurna ibu. Selamat Ulang Tahun Adikku..
--- oOo ---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H