Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selubung Netra

20 Oktober 2014   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:23 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/1/

Kata orang sedari lahir mataku indah

Wajahku cantik jelita

Kulitku putih

Hingga mereka menyebutku Haura

Sepasang bola mata hitam

Membuat siapapun ingin memandang

Tapi sayang kornea sepertinya enggan bertahta

Duniaku terasa gelap, tanpa cahaya

Duniaku seakan tak nyata

Hanya mampu teraba oleh rasa

(Ilustrasi : Dalam Selubung Putih)

.

/2/

Panggil saja aku Melati

Sejak kecil aku tinggal di panti

Ibuku mati

Ayahku kawin lagi

Kakakku pergi

Tiada lagi teman berbagi

Hanya sendiri bersama sunyi

Kini aku mengabdi

Pada “malaikat” bernama Bu Prapti

Wanita tanpa rahim nan baik hati

Aku dianggapnya sebagai anak sendiri

http://www.magic4walls.com/wp-content/uploads/2013/12/girl-lake-nature-painting-wallpaper-1920x1080.jpg
http://www.magic4walls.com/wp-content/uploads/2013/12/girl-lake-nature-painting-wallpaper-1920x1080.jpg

(Ilustrasi : Seorang Diri di Tepi Danau)

.

/3/

Aku suka melukis

Walau mata tiada mampu melihat

Aku suka melukis apa yang aku dengar

Apa yang aku rasa

Menggambarkan dunia

Senyum bahagia

Semua yang terasa nyata

Bersama suara-suara alam hujan yang merintik

Tawa ceria anak-anak

Desiran angin

Hingga percakapan jangkrik di tengah senyap malam

Aku lukiskan keindahannya dengan segenap rasa

Dan aku tiada sesal

Mengadu sedu pada sang nasib

Bahagia aku melukis indah dengan mata sanubari

http://www.designsnext.com/wp-content/uploads/2014/01/Sweet-love-painting.jpg
http://www.designsnext.com/wp-content/uploads/2014/01/Sweet-love-painting.jpg

(Ilustrasi : Tangan-tangan Hangat)

.

/4/

Mata sanubari kekuatanku

Menyemai benih harapan dalam indah lukisan

Memanen buah kesuksesan, berbagi pada tersayang

Untuk ibu, sosok yang kurindukan

Untuk ayah, dengan segala harapku akan perjumpaan

Untuk kakak, yang melanglang buana dalam setiap nafasnya

Untuk bu Prapti, yang sabar setia mendampingiku

Aku lukiskan setulus hati akan kasih sayangku

Pada kanvas kehidupan ini

Dengan tetes haru dan suka cita

Mata sanubari temani aku

Cerahkan hari-hariku bersama keindahanmu

(Ilustrasi : Cinta dan Keanggunan)

.

/5/

Kini aku telah tumbuh menjadi seorang gadis

Mimpiku menjadi seorang pelukis tergapai sudah

Seringkali aku mengadakan pameran lukis

Kanvas, kuas, dan cat air adalah sahabat terbaik dikala aku gundah

.

/6/

Pada sebuah pameran

Aku berkenalan dengan seorang pemuda

Namanya Yudha

Seorang dokter muda nan rendah hati

Ia mengatakan akan mencari pendonor kornea untukku

Aku bahagia, aku terharu

Mimpiku melukis dunia sesaat lagi kan menjadi nyata

.

/7/

Tibalah pada akhirnya

Aku memandang dunia dengan segenap nyata

Rupa-rupa alam yang indah merona

Wajah-wajah orang tersayang

Kulihat ayah, dalam tubuh senjanya, datang menemuiku.

“Anakku, kau telah tumbuh menjadi sosok yang cantik jelita.”

“Matamu indah menawan, demikian pula dengan sanubarimu.”

Dan ketika Yudha turut menghadirkan sosok dirinya padaku

Ia pun seraya tersenyum, berkata:

“Melati, maukah kau menjadi pendamping mata sanubariku?”

“Bersama kita melukis dunia, dengan kebahagiaan nyata.”

.

/8/

Pada Yudha, dengan segala kerendahan hatimu

Kiranya tiada cukup aku berucap sekedar terima kasih

Izinkanlah aku melukis rupa kebaikanmu

Yang membaur bersama warna-warni cinta

14137283561153738580
14137283561153738580

(Ilustrasi : Melukis Bahagia)

.

Oleh : Fadli Hermawan dan Putri Apriani

*

Catatan :

Haura adalah gadis berkulit putih bermata hitam

Puisi terkait : Mata Cahaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun