Putri Apriani, No. Peserta : 85
*
Setiap hari bangun pagi buta
Saat semua mata masih terpejam
: terbuai mimpi yang janjikan cerita
Sementara kau siap menjemput dingin yang merajam
.
Pendidikanmu tak tinggi
Tak lulus dari Sekolah Dasar
Relakan sekolahmu jadi terhenti
Demi mengemban pekerjaan kasar
.
Ambil kayu
Nyalakan api
Siapkan tungku
Mulai memasak lagi
.
Ayam belum juga terjaga
Jelaga telah memenuhi dinding tua
Kusut wajahmu terkena kepulan asap hitam
Dalam hening, kau bergumul dengan kelam
.
Adik-adik tercinta
Terbangun dengan cita-cita di kepalanya
Sementara kau, pikrkan agar mereka tak melunglai layu
“Kalian harus makan, tak perlu pikirkan aku”
.
Perutmu keroncongan
Masakanmu telah habis, tak tersisa
Hanya mampu terdiam, meringis,rasa sakit ditahan
Lagi-lagi kau ucapkan “aku tak lapar, aku baik-baik saja”
**
Hingga usiamu mulai menjemput senja
Derita seakan masih saja memelukmu
Kali ini, penyakit bersarang di tubuhmu
Penyakit yang tak biasa
.
Penyakit ganas menggerogoti tubuhmu
Pucat pasi wajahmu
Tubuh bagai tinggal tulang
Bibirmu mengucapkan “ingin pulang”
: air mata berlinang
.
Hingga tiba waktunya
Kau hembuskan nafas terakhirmu
Hujan turun dari pelupuk mata
Pelangi seakan enggan tuk beradu
: kabut menyambut
.
Wanita surga
Hatimu sungguh mulia
Berkorban demi orang-orang tercinta
Meski kau merana dalam derita
.
Wanita surga
Aku panjatkan beribu doa
Untuk ibunda yang begitu aku cinta
Semoga di sisi-Nya, kau raih bahagia
**
Ilustrasi : Wanita Surga
28 Februari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H