Anak-anak muda, apalagi yang baru melaut, dimarahi atau diteriaki agar mereka tetap fokus, bertahan, lekas memperbaiki kesalahan yang baru dibuat, disiplin, cepat, gigih, dan berani; agar tidak main-main dalam bekerja serta memperhatikan segala sesuatu dengan cermat. Satu kesalahan bisa mendatangkan hal yang tak diinginkan, seperti terlepasnya tangkapan, kapal rusak, salah arah, terseret arus, tenggelam.
Di kapal, setiap orang punya tugas. Masing-masing harus melaksanakan perannya dengan teliti atau benar. Orang yang lalai dan tidak gigih akan ditegur keras. Begitulah disiplin orang laut dibentuk. Tidak sedang berlangsung kekerasan di situ. Yang berlangsung hanyalah upaya membentuk pribadi yang kuat fisik, mental, dan daya pikirnya.
Dengan latar belakang seperti itu, kita dapat memahami mengapa Epyardi berkarakter keras dan tegas. Sebagai pelaut, apalagi kapten kapal, ia tidak bisa bersikap lembek, mencla-mencel, dan plang-plongo. Kondisi laut mengharuskannya untuk berbicara keras dan tegas kepada anak buah kapal agar kapal selamat berlayar dalam amuk badai dan gelombang.
Hal lain yang juga perlu dipahami tentang karakter Epyardi, ia keras dan tegas bukan di semua situasi dan bukan kepada semua orang. Ia keras dan tegas kepada orang dan pihak yang menzalimi masyarakatnya. Sebagai contoh, ia berbicara keras kepada pengelola Aqua beberapa waktu yang lalu untuk membela 101 warga Kabupaten Solok yang diberhentikan oleh Aqua sebagai pekerja. Ia memarahi pegawai Puskesmas Tanjung Bingkung pada 12 Juni 2021 karena layanan puskesmas itu tutup pada pukul 17.00, padahal ada korban kecelakaan yang membutuhkan bantuan medis, tetapi ditolak dengan alasan di luar jam kerja.
Sumatera Barat membutuhkan pemimpin berkarakter keras dan tegas seperti Epyardi Asda untuk melecut ASN untuk bekerja secara tekun dan teliti agar kapal bernama Sumatera Barat tidak oleng dihantam badai dan gelombang zaman. Sumatera Barat membutuhkan pemimpin bertipikal seperti itu untuk memperjuangkan hak masyarakat demi mendapatkan pelayanan yang baik dari kantor pemerintah. Provinsi ini juga membutuhkan pemimpin yang berani untuk berteriak mengatakan "TIDAK" kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H