Mohon tunggu...
Purwanto
Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - Data Diri

Purwanto, Owner Ranyono Multimedia - Dosen STT Efata Salatiga - Ketua Umum Badan Kerjasama Gereja-Gereja Salatiga - BKGS Filosofi hidup KOLOSE 3 : 23

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bonus Demografi dan Generasi Berencana pada MPLS 2024

1 Agustus 2024   14:31 Diperbarui: 1 Agustus 2024   14:48 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dr. Adistia Widiasari di  (SMA N 1 Salatiga

Materi diberikan dengan beberapa metode yaitu penjelasan dengan power point dilanjutkan interaktif diskusi dan menonton video singkat. Materi dimulai dengan penjelasan jumlah penduduk Indonesia yang selalu meningkat dimana pada tahun 2035 diprediksi negara Indonesia yang memiliki bonus demografi menjadi negara yang maju. Negara maju akan terjadi kalau SDM nya juga maju. SDM maju harus mulai dididik dan terdidik mulai dari tahun 2020 dan sekarang sudah tahun 2024. Mengapa harus mulai tahun 2020? Karena tahun 2020 dihuni oleh kurang lebih 27% remaja yang nantinya akan menjadi manusia yang produktif dan bekerja di tahun 2035.

Generasi yang produktif tidak dapat terjadi secara instan, harus melalui proses didikan secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara kognitif dapat diperoleh melalui Pendidikan formal di SMA/SMK dan PT atau kursus-kursus, secara psikomotorik melalui pergaulan dan secara Afektif melalui Lembaga keluarga dan lembaga-lembaga informal yang diikuti. Tidak kalah penting yang harus disiapkan menyambut generasi produktif sejak remaja adalah menjadikan Remaja Berencana. Remaja yang memiliki visi dan misi dalam kehidupannya, dan memiliki perencanaan yang dilakukan secara konsisten.

Remaja berencana yang mau menyambut hidupnya yang akan datang menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera, sehingga semasa remaja tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negative seperti : narkoba, minum minuman keras, kekerasan, sex bebas, pacaran melanggar norma, dll. Remaja yang mematuhi peraturan sekolah, peraturan negara dan memiliki sikap yang disiplin, tertib, sopan, ramah, rendah hati, jujur, bertanggung jawab, kritis, dan kreatif, serta inovatif. Remaja yang bisa bergaul secara benar dan memiliki komitmen mengisi masa remajanya dengan kegiatan yang inovatif dan penuh dengan karya-karya hebat.

Peserta merasa tersentuh pada saat disajikan 2 film pendek yang menceritakan anak remaja yang hamil padahal masih sekolah, sehingga rumah tangga tidak bahagia. Usia remaja yang diisi dengan malas-malas sehingga ketinggalan dari teman seusianya yang rajin dan inovatif, padahal waktu tidak bisa memutar ke belakang. Penyesalan selalu datang kemudian, untuk itu masa remaja adalah masa yang indah dan masa yang menyenangkan selayaknya melakukan hal-hal hebat yang akan menjadi bagian asset untuk masa yang akan datang menjadi generasi yang hebat.

Pemberian materi dengan tujuan para siswa yang notabene masih remaja ini menjadi Generasi Berencana dengan menerima materi pada kegiatan MPLS sangatlah tepat, karena siswa dapat paham dan melakukan instrospeksi diri untuk kemudian membuat perencanaan selama SMA/SMK ini mau menjadi remaja yang tidak produktif karena tidak memiliki perencanaan atau mau menjadi remaja yang produktif karena memiliki rencana dalam setiap aktifitas kehidupannya.

 Peran sekolah dan keluarga menjadi 2 pilar penting untuk mengayomi Generasi Berencana ini agar terus memperoleh didikan dan pengalaman hidup yang baik, sehingga tahun 2035 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan memanen hasilnya menjadi negara yang produktif karena diisi oleh warga negaranya yang produktif dan menjadi negara yang sejahtera dan damai karena diisi oleh unit terkecil masyarakat yaitu keluarga yang sejahtera dan damai juga.

Selanjutnya Wakil Sekretaris Fapsedu (Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada DP3APPKB Kota Salatiga) Sumarno, S.Ag., MM, menyampaikan materi Bonus Demografi dan Generasi Berencana, pada MPLS di SMA Negeri 2 Salatiga dan SMK Diponegoro Salatiga, pada Senin 22 Juli 2024. Menurut Sumarno, masih banyak siswa baru yang belum mengenal isue bonus demografi dan generasi berencana, maka MPLS   kali ini sebagai momentum untuk mengenalkan dan sekaligus memotivasi para siswa agar memahami persoalan bonus demografi sekaligus merencanakan masa depan untuk menggapai cita-cita mulia.

Bonus demografi dapat menjadi berkah apabila penduduk usia produktif yang jumlahnya dominan, mencapai 60 - 70 persen tersebut, mampu berkarya dan terserap pada pasar kerja secara optimal. Sebaliknya, bonus demografi menjadi musibah jika penduduk usia produktif tidak mampu berkarya dan tidak kompetitif pada dunia kerja. Para peserta didik baru tingkat SMA/SMK/MA ini merupakan investasi sumberdaya manusia yang sangat penting bagi kemakmuran masa depan bangsa, menuju Indonesia Emas 2045.

  • Terakir disampaikan oleh Purwanto, M.Pd dengan sasaran di SMA Kristen 1 Salatiga. Di hadapan 200 lebih  anak-anak kelas 1 SMA Kristen 1 Salatiga, ketua BKGS itu juga memaparkan tentang Bonus Demografi dan Generasi Berencana. Purwanto memulai paparan dengan menjelaskan bahwa BPS memperkirakan Indonesia akan menikmati Bonus Demografi  pada tahun 2020 -- 2035. Pada tahun tersebut diproyeksikan berada pada grafik tertinggi sepanjang sejarah.  Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Bonus demografi memiliki potensi dua dampak bisa positif maupun negatif. Dampak positif karena dengan bonus demografi banyak  Tenaga produktif menjadi modal utama pembangunan bila di sertai dengan kemampuan tenaga yang berkualitas. Sebaliknya menurut dosen STT EFATA Salatiga itu bonus demografi juga berdampak buruk setidaknya 1). Banyak penduduk usia produktif yang menjadi pengangguran karena lapangan kerja terbatas. 2). Transformasi digital dan revolusi industri sehingga mengurangi penyerapan tenaga produktif.

Untuk mengantisipasi hal-hal di atas maka Koordinator PPA Eklesia Salatiga itu menyampaikan : 1). Remaja perlu yang memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai remaja yang berkualitas, dengan menyiapkan dan merencanaan secara matang menuju kehidupan berkeluarga yang harmonis. 2). Remaja harus  mampu mengikuti jenjang-jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus Kesehatan Reproduksi.  Maka tujuan akhir terbentuk keluarga sejahtera dan berkualitas lebih mudah menjadi kenyataan.

(Reported by Purwanto)

Dr. Sri Suwartiningsih presentasi di SMA 1 Salatiga
Dr. Sri Suwartiningsih presentasi di SMA 1 Salatiga

Dr. Bambang Ismanto di SMK N 2 Salatiga
Dr. Bambang Ismanto di SMK N 2 Salatiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun