Mohon tunggu...
puteriamelia
puteriamelia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama saya Puteri Amelia, saya merupakan mahasiswa UNINDRA. Salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Efek Visual dan Audio Drama Korea pada Pemerolehan Bahasa Kedua

20 Desember 2024   14:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   14:16 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Popularitas budaya Korea, khususnya drama Korea atau K-Drama, telah menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia. Tak hanya menjadi hiburan semata, K-Drama juga menawarkan pengalaman unik dalam belajar bahasa Korea. Melalui kombinasi elemen visual dan audio yang khas, drama ini berkontribusi besar terhadap proses pemerolehan bahasa kedua dengan cara yang menyenangkan dan mendalam.

Salah satu kekuatan utama K-Drama terletak pada elemen visualnya. Selain menampilkan aktor/aktris yang ganteng dan cantik, K-drama menampilkan adegan-adegan yang tidak hanya menampilkan dialog, tetapi ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan latar cerita yang memberikan konteks tambahan. Dengan elemen ini, penonton dapat lebih mudah memahami makna kata-kata atau frasa meskipun mereka belum sepenuhnya menguasai bahasa tersebut. Misalnya, saat seorang karakter mengucapkan gomawo (terima kasih) sambil tersenyum hangat, makna dari ucapan itu menjadi lebih jelas. Visual seperti ini memperkuat hubungan antara kata-kata dan maknanya, sehingga mempermudah proses pembelajaran bahasa. Selain itu, detail latar belakang, seperti suasana pasar tradisional atau lingkungan sekolah, memberikan wawasan tambahan tentang budaya Korea, yang berperan penting dalam memahami konteks penggunaan bahasa.

Selain aspek visual, elemen audio dalam K-Drama juga memainkan peran penting. Penonton disuguhi pelafalan, intonasi, dan ritme bahasa Korea yang autentik, langsung dari penutur asli. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengenal cara bicara yang alami, yang sering kali sulit ditemukan dalam materi pembelajaran formal. Frasa sederhana seperti annyeonghaseyo (halo) atau saranghae (aku cinta kamu) sering muncul dalam dialog, memberikan paparan berulang yang sangat bermanfaat. Nada suara dan emosi yang menyertai dialog tersebut juga membantu penonton menangkap nuansa bahasa secara lebih mendalam. Dalam adegan emosional, misalnya, nada suara yang berubah-ubah memberikan pelajaran tambahan tentang bagaimana intonasi dapat memperkuat pesan verbal.

Yang membuat pengalaman menonton K-Drama begitu istimewa adalah sinergi antara elemen visual dan audio. Penonton tidak hanya mendengar kata-kata, tetapi juga melihat bagaimana kata-kata itu digunakan dalam berbagai situasi sehari-hari. Hal ini membantu mereka memahami konteks sosial, budaya, dan emosional dari penggunaan bahasa tertentu. Sebagai contoh, penggunaan kata oppa (kakak laki-laki) dalam K-Drama sering kali disampaikan dengan intonasi manja atau ekspresi kasih sayang. Dengan cara ini, penonton tidak hanya mengenal kata tersebut, tetapi juga memahami kapan dan bagaimana kata itu digunakan secara tepat. Selain itu, gestur-gestur kecil, seperti membungkuk saat mengucapkan terima kasih, memberikan wawasan tambahan tentang etika berbicara dalam budaya Korea.

Rutin menonton K-Drama juga dapat meningkatkan kemampuan mendengar dan berbicara. Banyak penonton yang tanpa sadar meniru pelafalan atau ungkapan yang sering mereka dengar, sebuah proses yang dikenal sebagai "shadowing." Dengan mencoba meniru cara bicara para aktor, penonton dapat melatih pelafalan dan intonasi mereka, sehingga kemampuan berbicara pun meningkat secara alami. Selain itu, penonton sering kali terbiasa dengan struktur kalimat sederhana, seperti pertanyaan dan pernyataan yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Proses ini memungkinkan mereka untuk membangun fondasi yang kuat dalam memahami tata bahasa dan pola komunikasi.

Namun, seperti halnya metode pembelajaran lainnya, menonton K-Drama juga memiliki keterbatasan. Dialog dalam drama sering kali menggunakan bahasa informal, slang, atau idiom yang mungkin tidak sesuai untuk situasi formal. Selain itu, kecepatan dialog atau istilah-istilah budaya yang asing bagi pemula bisa menjadi tantangan tersendiri. Beberapa ekspresi, seperti ungkapan tradisional atau permainan kata, mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut agar benar-benar dipahami. Oleh karena itu, penting bagi penonton untuk melengkapi pengalaman menonton mereka dengan sumber pembelajaran lain, seperti buku teks, aplikasi, atau kursus formal. Pendekatan yang seimbang akan membantu memastikan bahwa pembelajaran bahasa menjadi lebih efektif.

Drama Korea tidak hanya menawarkan hiburan yang memikat, tetapi juga peluang besar untuk mempelajari bahasa dengan cara yang menyenangkan. Melalui kombinasi elemen visual dan audio yang kaya, K-Drama memungkinkan penonton untuk mempelajari bahasa secara holistik, mulai dari pelafalan hingga pemahaman konteks budaya. Bahkan, banyak penonton yang melaporkan peningkatan kosakata mereka karena terbiasa mendengar kata-kata baru dalam berbagai konteks. Meski demikian, agar pembelajaran ini memberikan hasil yang optimal, menonton K-Drama perlu dilengkapi dengan metode pembelajaran lainnya. Dengan begitu, K-Drama dapat menjadi alat edukasi yang luar biasa dalam mendukung pemerolehan bahasa kedua. Di samping itu, proses pembelajaran ini dapat menjadi lebih menyenangkan karena diiringi dengan cerita yang menghibur, menjadikan drama Korea sebagai salah satu cara belajar yang efektif dan tidak membosankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun