Mohon tunggu...
Wisnu Bangun Saputro
Wisnu Bangun Saputro Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelance writer

Mencoba menjadi Orang Jawa yang "JAWA"

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Kecanduan Gadget, Salah Siapa?

2 Juli 2024   01:33 Diperbarui: 2 Juli 2024   02:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecanduan Gadget Pada Anak dan Remaja (id.pngtree.com)

Teknologi yang awalnya diciptakan untuk mempermudah manusia telah mengalami perkembangan yang luar biasa sehingga berdampak pada pergeseran tujuan dari mempermudah menjadi membelenggu hingga mencoba untuk menggantikan peran manusia. Pada anak, teknologi gadget semakin memanjakan dengan berbagai fitur canggih yang di dunia nyata sulit untuk didapatkan, namun hal itu dapat menjadi bumerang bagi anak karena harus terkena dengan kenyamanan tanpa kerja keras.

Anak akan berfikir jika semua bisa didapat hanya didalam rumah tidak perlu keluar apalagi bersosialisasi secara langsung, hal ini berdampak pada sulitnya anak dalam berkomunikasi saa beranjak remaja hingga dewasa, efeknya adalah dikucilkan dari masyarakat karena dinilai apatis terhadap lingkungan dan terkesan menutup diri atau introvert.


Alat permainan edukasi (APE) dalam menanggulangi kecanduan anak pada Gadget

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh mahasiswa psikologi Untag Surabaya tersebut dapat kita lihat bagaimana petani komunikasi dalam pembentukan karakter anak, pada permainan edukatif tersebut anak dituntut untuk bisa berkomunikasi satu sama lain sehingga dapat menebak atau menyusun gambar buah yang harus dicocokkan. Selain melatih motorik dan kognitif anak dengan pada usia bermain tersebut anak lebih mudah dalam berkomunikasi dibandingkan harus mendengarkan tanpa ada gerakan.

Komunikasi guru dan murid bersifat dua arah dan langsung, sehingga efektif dimana ada feedback dari murid saat guru memberikan intruksi yaitu dalam bentuk jawaban atau tindakan dalam permainan.

Pola komunikasi ini yang seharusnya digunakan oleh orang tua dirumah, bukan berarti gadget tidak penting namun bagaimana porsi dan pengawasan orang tua dan lingkungan terhadap gadget yang harus ditingkatkan, dengan cara dampingi dan batasi penggunaan gadget pada anak diselingi dengan bermain atau bercerita dan mendongeng.

Komunikasi dan Peran Aktif lingkungan dalam pengawasan

Pola komunikasi orang tua terkadang tidak sejalan dengan pola komunikasi di sekolah, hal ini yang mengakibatkan adanya reduksi pemahaman anak dalam memahami cara berkomunikasi. Orang tua yang cenderung tidak suka bercerita kepada anak biasanya akan menciptakan karakter anak yang suka mencari perhatian dari lingkungannya dan yang paling parah akan membentuk karakter anak yang pendiam serta sulit bersosialisasi dengan masyarakat luas.

Penggunaan pola komunikasi antar personal dalam belajar merupakan hal yang lebih baik daripada komunikasi satu arah dimana guru menjelaskan murid mendengarkan. Pola komunikasi dua arah inilah yang digunakan pada alat permainan edukatif APE yang digunakan oleh Mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya itu.

Pembentukan karakter anak merupakan tanggung jawab kita semua sebagai orang tua dan guru serta masyarakat bagaimana mengawasi bersama anak dalam pergaulan dan bersosialisasi.

*)Wisnu Bangun Saputro,S.I.Kom jurnalis lepas jatimtimes.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun