Sahabat Juara,
Aneh adalah “mau hasilnya tapi nggak mau prosesnya”. Atau, “ingin sukses tapi nggak mau seperti mereka yang sudah sukses”. Mau tahu apa keanehan itu? Sambil cek ya, apakah anda bagian dari keanehan itu?
Sebagai salesmanship trainer, saya sudah sangat sering membawakan kelas-kelas pelatihan untuk mereka yang baru pertama kali menjadi sales, untuk mereka yang sudah nyebur sebagai sales namun tak kunjung mahir merenangi lautan bisnis, dan untuk mereka yang sudah kampiun sebagai sales dan haus-lapar untuk naik kelas dan melipatgandakan hasil.
Masing-masing kelas ada keunikannya. Kelas pertama adalah “kelas bersih-bersih”. Saya sebut demikian karena umumnya pikiran mereka “dunia sales itu kotor”, atau minimal di benak mereka “menjadi sales itu memalukan”. Kelas bersih-bersih ini penuh kelucuan. Kebanyakan peserta adalah mereka yang terjerumus karena dijerumuskan, terjerumus karena tidak tahu kalau terjerumus, dan terjerumus karena tidak punya pilihan lain. Sangat sedikit yang menyadari bahwa mereka terjerumus di tempat yang tepat.
“Karena melamar kerja di mana-mana nggak diterima, saya terpaksa membuka lowongan kerja di media massa dan memasukkan lowongan,” ungkap mereka membuka pintu kejujuran. Saya biasanya mengajukan pertanyaan pendek: apa yang menarik perhatian anda sehingga mengirimkan lowongan? “Iming-iming penghasilan besar,” jawab mereka pendek, sependek pengetahuan mereka bagaimana cara mendapatkan penghasilan besar itu.
Kelas kedua adalah mereka yang sudah lama sebagai sales, dan menerima kenyataan bahwa hidup mereka dihidupi dari pekerjaan sebagai sales, namun pemahaman mereka tentang sales sangat terbatas. Setahu mereka, sales itu sekadar berjualan. Ada barang dijual. Ada orang berjualan. Barang dan orang sumber uang. Itu saja. Mereka belum paham peta bisnis yang kompleks sehingga tidak tahu bagaimana memperbesar skala penjualan, melipatgandakan penjualan dengan pengungkit yang tersedia, dan bahkan gagap ketika tiba-tiba ditugaskan memimpin orang lain. Mereka adalah golongan orang-orang yang sudah tepat sebagai sales namun belum mampu menarik orang untuk bergabung bersama mereka.
Kelas ketiga adalah mereka yang sudah melampaui fase sebagai sales biasa. Mereka tidak lagi berjualan dengan cara berjualan. Mereka sudah tahu bagaimana mengelola relasi sehingga relasi itu sendiri yang akhirnya menjadi mitra untuk hasilkan penjualan lebih besar. Sales ini sudah paham bagaimana memahami manusia—lebih dari sekadar pelanggan. Dan mereka sudah melampuai fase-fase sebagai sales, mulai dari yang dasar seperti saya sebutkan di depan hingga menjadi seperti sekarang.
Untuk sampai kelas ketiga tersebut, seorang sales mesti menempuh kelas-kelas sebelumnya supaya apa yang sudah mereka ketahui teruji di lapangan, dan supaya pemahaman mereka tentang salesmanship pada akhirnya mereka temukan dari pengalaman di lapangan.
Nah, perusahaan yang bonafid, seperti klien-klien yang saya dampingi, tahu betul bagaimana melahirkan sales yang masuk kategori “kelas ketiga” tersebut. Mereka paham, sales seperti itu tidak akan lahir dengan sendirinya tanpa keseriusan perusahaan melatihnya. Atau, jika ada, butuh waktu lama dan biaya besar—yang sebagian terbuang percuma—karena mereka mesti jatuh-bangun sendiri menjadi sales yang mumpuni. Tidak bisa begitu. Sales yang hebat itu dilahirkan lewat dilatih, dilatih, dan dilatih.
Untuk itu, di perusahaan hebat, sales pasti mendapatkan pendampingan dan pelatihan secara terjadwal dan terukur. Mereka mendapatkan mentoring, coaching, dan training dari salesmanship trainer tepercaya seperti saya kerap diundang. Beruntunglah anda yang menjadi bagian dari perusahaan hebat yang peduli pada karier dan kompetensi sales-nya.
Sama beruntungnya dengan sales yang bekerja di perusahaan training saya Ekselensi Training Indonesia. Sebab, secara langsung dan tidak langsung, mereka mendapatkan apa yang saya berikan kepada perusahaan klien. Secara langsung mereka saya latih menjadi sales yang mumpuni. Secara tidak langsung mereka bisa belajar di kelas-kelas saya ketika mereka mengasisteni saya. Bayangkan, berapa biaya yang harus mereka keluarkan jika mereka harus belajar sendiri, apalagi secara privat, kepada mentor seperti saya?
Inilah sebagian kecil rahasia “untungnya menjadi seorang sales”, yakni penghasilan yang bisa ditentukan sendiri mau seberapa besar, jejaring yang makin meluas, dan belajar tiada putus. Rahasia lain akan saya beberkan di tulisan saya berikutnya. Yang terang, lewat tulisan ini, anda mulai bisa bayangkan bagaimana “hasil yang besar dicapai lewat cara apa”. Anda mau hasil besar? Baik. Mau menempuh prosesnya? Luar biasa baik!
Salam Juara!
Putera Lengkong, MBA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H