Mohon tunggu...
Putera Lengkong
Putera Lengkong Mohon Tunggu... Coach OLIMPIAN Emas Indonesia di Rio 2016 dan Motivator PARA JUARA -

Putera Lengkong, MBA adalah Mental Coach OLIMPIAN EMAS Indonesia di Rio 2016 dan Motivator PARA JUARA. Pembicara Seminar, Trainer, Mentor, Coach NLP untuk Personal, Team, Business, dan Sport Excellence. Penulis 3 Buku BEST SELLER, 4 CD Audio Laris, dan Business Owner (EO dan training provider, retail, perbankan, developer properti)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

3 Profil Leadership dalam Pilkada DKI 2017

14 Februari 2017   00:11 Diperbarui: 26 April 2017   07:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sahabat Juara,

Sebagaimana kita mahfum, Rabu, 15 Februari 2017, ini Bangsa Indonesia menggelar pesta akbar demokrasi: pemilihan kepala daerah. Serentak di... provinsi dan... kabupaten/kota. Ini pesta kita bersama. Nasib daerah dan bangsa kita dalam setidaknya beberapa tahun ke depan sangat ditentukan oleh ketepatan kita memilih kepala eksekutif. Maka, setelah menimbang-nimbang dengan akal sehat, gunakanlah hak pilih anda secara bijaksana.

Saya tidak sedang membicarakan politik praktis di sini karena itu bukan ranah kepakaran saya tetapi saya akan lebih membahasnya dari sudut pandang kepemimpinan (leadership) dengan studi kasus Pilkada DKI 2017.

Nah, dari pengamatan saya, ada beberapa hal yang menarik dari perhelatan politik ini untuk kita jadikan bahan belajar, terutama berkaitan dengan leadership. Sebagai trainer leadership, saya mencermati beberapa hal berikut ini:

  1. Secara umum, publik sudah semakin cerdas dan dewasa dalam menentukan sikap. Mereka sudah bisa mengaspirasikan apa yang mereka inginkan dan maui. Terkhusus, mereka sudah mulai terbiasa dengan “kriteria pemimpin” yang mereka pandang sanggup memimpin. Dalam leadership, ini aspek kompetensi yang harus dimiliki seorang leader. Leader harus sanggup memenuhi ekspektasi tim yang dipimpinnya.
  2. Terobosan proses Pilkada berupa “debat calon pemimpin” juga makin mendewasakan publik dan calon pemimpin itu sendiri untuk sungguh-sungguh menyiapkan dan mengedepankan program. Dalam leadership ini perwujudan dari visi dan misi. Leader yang kompeten adalah leader yang tahu hendak membawa ke mana tim yang dipimpinnya (visi) dan dengan cara apa tujuan itu hendak dicapai (misi). Tidak bisa seorang leader membiarkan tim mengikutinya tanpa panduan yang jelas dan terukur.
  3. Kompeten dan punya visi-misi saja tidak cukup. Ada satu lagi kecakapan yang mencuat: artikulasi. Ini lebih spesifik dari sekadar kemampuan komunikasi. Bahwa untuk bisa dipilih menjadi pemimpin harus berani terbuka menyatakan dirinya siapa, punya gagasan apa, dan punya prestasi apa. Tanpa artikulasi yang jelas, publik tidak dapat menangkap dengan jelas sosok yang hendak dipilih. Publik tidak lagi percaya kepada calon pemimpin yang gemar “berbahasa samar-samar” atau menawarkan program-program normatif tanpa pemaparan operasional. Di era “digital leadership”, kemampuan mengartikulasikan gagasan dan pengalaman sangat penting, baik secara lisan, tulisan, maupun gambar. Semua mesti gamblang, terbuka untuk dicermati dan dikomentari, serta mudah untuk dibagikan.

Hal lain yang saya cermati dalam kontestasi politik kali ini adalah persaingan antara yang sudah pengalaman di bidang yang diperebutkan, sudah pengalaman di bidang lain, dan baru punya gagasan. Dalam konteks leadership, isu serupa juga kerap mengemuka. Leader seperti apa yang layak untuk dipercaya memimpin? Apakah petahana yang sudah terbukti kemampuannya? Apakah orang yang sudah berpengalaman memimpin di bidang lain? Ataukah beri kesempatan kepada darah segar yang belum punya pengalaman?

Menurut saya, sebagaimana sering saya sampaikan dalam seminar motivasi maupun training leadership, dalam konteks leadership semua calon berpeluang menjadi leader. Modalnya tiga hal ini:

  1. Portofolio: Calon leader yang sedang menduduki jabatan yang kini diperjuangkan untuk diduduki kembali memiliki peluang untuk meraih jabatannya karena punya rekam jejak (track record) yang sudah teruji di jabatan itu. Dengan mudah mereka bisa membeberkan apa saja yang sudah mereka kerjakan. Terlebih jika pencapaiannya bagus, mereka akan dipilih oleh mereka yang menginginkan keberlanjutan (sustainability). Sebaliknya, mereka akan ditolak oleh mereka yang menginginkan pembaruan. Leader yang bermodalkan portofolio mesti memperhatikan kedua kubu ini jika ingin kembali dipercaya.
  2. Referensi: Adalah tidak fair jika setiap jabatan yang boleh dipangku oleh mereka yang sudah menjabat di sana sebelumnya. Jika begitu, bagaimana karier seseorang bakal naik jika posisi tertentu dipertahankan untuk diduduki seorang saja terus-menerus? Para penuntut pembaruan biasa mengajukan gugatan ini. Maka, di mata mereka, calon pemimpin yang bisa menunjukkan prestasi mereka di bidang lain, tetap berkesempatan menjadi leader di bidang yang baru. Penyuka keberlanjutan tidak perlu risau akan ada guncangan besar jika organisasi mereka sudah memiliki sistem yang mapan. Tapi jadi bermasalah jika sistem belum kuat: ganti pemimpin ganti kebijakan. Berguncang deh semua.
  3. Proposal: Dunia tidak akan maju jika segala hal berdasarkan pengalaman. Penciptaan besar di jagad ini lahir dari pemikiran yang belum dipikirkan orang sebelumnya. Bahkan, di era digital leadership sekarang, banyak bermunculan pemimpin baru yang tidak punya pengalaman sebelumnya, baik di bidang itu maupun bidang-bidang lainnya. Mereka umumnya orang muda yang berangkat dari angan-angan. Imajinasi mereka tentang masa depan, dan orang diminta percaya pada imajinasi yang bahkan mereka sendiri belum meyakini benar seperti apa wujudnya nanti. Nah, publik yang betul-betul menyukai perubahan atau pembaruan yang revolusioner bakal gandrung dengan leader yang berani merintis seperti ini.

Kembali ke Pilkada, sebagaimana kita bandingkan dengan leadership, saya berpendapat, semua calon pemimpin layak dipilih dan layak menang. Tinggal Anda sebagai warga negara yang memiliki hak pilih menginginkan apa dari deretan calon pemimpin yang ada. Apa pun pilihan Anda, sebagaimana juga dalam organisasi, setiap pilihan selalu mengandung konsekuensi. Dalam leadership, hanya ketika pemimpin dan tim yang dipimpin sama-sama mau mengambil konsekuensi dari keterpilihan dan kepercayaan, maka leadership tampak mulai berhasil.

Selamat mencoblos dan selamat mengemban tugas bagi yang beroleh suara! Sukses Pilkada 2017!

Putera Lengkong, MBA

Mindset Coach Olimpian Emas Indonesia 2016

Motivator PARA JUARA

http://PuteraLengkong.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun