Meminjam istilah dari Suzane Keller dalam bukunya Penguasa dan Kelompok Elite : Peranan Elite Penentu dalam Masyarakat Modern, orang kuat di tubuh partai inilah yang disebut sebagai "elit penentu" karna memiliki kemampuan untuk menentukan arah dan kebijakan partai. Selain itu adanya orang kuat partai sendiri memungkinkan terjadinya seperti yang diulas oleh Migdal dalam State in Society : Studying How States and Societies Transform and Constitute One Another yaitu terjadinya personalism, clientalism dan relasi patron client.Â
Terpilihnya Indah Damayanti Putri secara aklamasi selama 3 periode berturut turut menjadi ketua umum DPD II Golkar memungkinkan apa yang diungkapkan Migdal, yaitu tidak adanya faksi di tubuh Partai, sehingga personalism, clientalism dan patron client berjalan dengan baik, apalagi pada Pemilihan legislative 2019 Indah Damayanti Putri berhasil mengantarkan anaknya terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Bima, melihat kondisi tersebut tidak heran rasanya jika kepemimpinan Indah Damayanti Putri di tubuh partai dapat disebut seperti apa yang diungkapkan oleh Ernesto Dal Bo dkk dalam Political Dynasties, Review Of Economic Studies yaitu sebagai kekuasaan yang melahirkan kekuatan. Â Â Â Â
Orang Kuat Lokal /Local Strongman
Adanya orang kuat di aras local bukanlah fenomena baru dalam ilmu politik, Migdal dan Sidel pernah mengulas hal demikian, bedanya Migdal mengungkapkan local strongman terbentuk (bisa sukses) karena adanya pengaruh mereka own rules dan bukan karena aturan yang secara resmi dibuat. Sementara Sidel lebih melihat local strongman karena adanya pengaruh mereka dalam melakukan stationary bandits, penjelasan Sidel ini kemudian bisa lihat dalam tulisannya Capital, Coercion And Crime, Bossism In Philippines.Â
Di Kabupaten Bima sendiri, fenomena orang kuat local rasanya tidak bisa lepas dari peran Indah Damayanti Putri sebagai kepala Daerah. Selama kepemimpinanya, baik di Partai Politik dan pemerintahan, Indah Damayanti Putri melakukan kontrol sosial seperti yang diungkap Migdal yaitu terciptanya strategies of survival pada masyarakat lokal. Meski isu pembangunan dan korupsi acapkali mewarnai pemerintahnnya, namun Indah Damayanti Putri tetap menjadi figure populis di kalangan masyarakat.
Kuatnya pengaruh Indah Damayanti Putri ini selain sebagai perempuan yang mewakili kesetaraan gender secara politik, bisa dilihat juga sebagai adanya konfigurasi dari perilaku pemilih yang ada di Kabupaten Bima. Dalam hal ini bisa dilihat dengan adanya pemilih tradisional yang oleh Nyimas Latifah menyebutnya sebagai pemilih mayoritas di Indonesia.
Pemilih tradisional yang lebih mengedepankan nilai, sosial, budaya serta asal usul ini adalah pemilih yang tidak bisa terlepas dari adanya modal kultural yang telah dimiliki dan melekat pada Indah Damayanti Putri. Karena pemilih tradisional ini mudah dimobilisasi, maka tidak heran rasanya jika keberhasilan kepemimpinan Indah Damayanti Putri tidak terlepas dari adanya peran pemilih tradisional yang dipercaya merupakan penyumbang suara terbesar pada setiap Pilkada.Â
Satu hal yang perlu di garis bawahi, bahwa pemilih tradisional merupakan uninformed voters, sebabnya mengapa acapkali popularitas di media masa dan media sosial kerap berbanding terbalik dengan hasil dari Pilkada, Kekalahan Syafrudin M.Nur dan Ady Mahyudi pada Pilkada Kabupaten Bima 2020 adalah contoh yang mendekati ini,
Melihat fenomena tersebut, rasanya tidak heran jika menyematkan Indah Damayanti Putri sebagai orang kuat lokal di Kabupaten Bima, mengingat tidak adanya figure populis dan lebih lebih keberpihakan pemilih tradisional yang sejauh ini masih melekat pada kepemimpinan Indah Damayanti Putri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H