Baru-baru ini, saya terlibat dalam percakapan menarik dengan seorang teman tentang dilema yang dihadapi banyak orang saat membeli pakaian.
 Kami membahas pilihan antara membeli pakaian baru yang murah dengan kualitas rendah atau pakaian bekas dari thrift store yang sering kali menawarkan harga lebih terjangkau. Ini menjadi topik yang sangat relevan di tengah masyarakat dengan daya beli terbatas, terutama karena harga merek global seringkali melonjak akibat pajak dan bea masuk barang mewah. Dengan dunia belanja online yang begitu cepat dan mudah untuk check out, pilihan ini semakin penting untuk dipertimbangkan.
Obrolan ini menginspirasi saya untuk merenungkan kembali kedaulatan sandang di Indonesia.Â
Sandang, seperti pangan dan papan, adalah kebutuhan primer, namun sering dianggap kurang penting dan hanya sebagai pelengkap kebutuhan. Dalam konteks ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan, kedaulatan sering dibahas, tetapi kedaulatan sandang jarang menjadi fokus. Padahal, kedaulatan sandang adalah bagian integral dari kemandirian bangsa dan seharusnya mendapat perhatian lebih.
Kedaulatan sandang bukan sekadar kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pakaian warganya secara mandiri, tetapi juga tentang memprioritaskan bahan lokal yang ramah lingkungan, nyaman, dan berkualitas. Ini berbicara akan industri tekstil dari hulu ke hilir, mulai dari produksi bahan baku seperti kapas hingga pengolahan dan distribusi. Untuk mencapai hal ini, diperlukan dukungan pemerintah melalui kebijakan dan insentif, serta investasi dalam teknologi canggih yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi. Dengan begitu, kita tidak hanya mendukung perekonomian lokal, tetapi juga menciptakan industri yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Selain itu, kedaulatan sandang menjamin akses yang mudah dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Ini juga berarti memberdayakan petani dan produsen lokal melalui pelatihan dan bantuan teknis. Petani kapas, misalnya, akan mendapatkan pengetahuan baru tentang teknik bercocok tanam yang lebih efisien dan ramah lingkungan, benih, pupuk  serta bantuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen mereka.Â
Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan kemandirian ekonomi di sektor sandang, tetapi juga memperkuat ketahanan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani kapas dan masyarakat secara keseluruhan.Â
Bayangkan, dengan skema  kedaulatan sandang ini, setiap orang memiliki akses ke pakaian berkualitas tinggi sambil mendukung perekonomian lokal dan keberlanjutan lingkungan.Â
Lanjut, mari kita tanyakan pada diri sendiri: apakah kita benar-benar berdaulat dalam hal sandang dengan membanjirnya baju bekas dan dumping pakaian dari China di pasaran?Â
Di balik gemerlap toko-toko dan situs belanja online yang menawarkan harga miring, ada cerita pahit dari industri tekstil lokal yang makin lesu. Bagaimana nasib para petani kapas yang harus bersaing dengan produk impor murah? Bagaimana dengan pabrik-pabrik kecil yang harus tutup karena tidak mampu bersaing? Denyut nadi industri sandang lokal semakin lemah, seolah-olah kehabisan darah segar untuk terus bertahan. Saatnya kita bertanya: apakah pilihan kita sehari-hari turut membunuh atau menghidupkan kembali industri tekstil tanah air? Mari kita telusuri lebih lanjut dampak nyata dari fenomena ini dan mencari solusi untuk menghidupkan kembali kedaulatan sandang kita.