Mohon tunggu...
Wakhrudin Issa
Wakhrudin Issa Mohon Tunggu... -

Berbuat sesuatu untuk kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Para Binatang

2 Oktober 2014   15:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Syahdan, terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan dunia binatang. Konon, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka, para binatang besar itu, berencana menciptakan sebuah sekolah yang memungkinkan semua binatang menjadi pintar dan sangat cerdas, serta serba bisa. Berbagai materi wajib yang harus dimiliki oleh setiap binatangpun dibuat kurikulumnya sebagai panduan. Di dalamnya termasuk semua bidang keahlian binatang, seperti: bidang kehalian memanjat, terbang, berlari, berenang, menggali, dan lain sebagainya.

Binatang besarpun mengumpulkan binatang-binatang lain yang benar-benar ahli dalam bidang yang dibutuhkan oleh semua binatang. Pada awalnya, mereka semua dikumpulkan untuk merumuskan macam-macam bidang keahlian yang akan diajarkan kepada semua binatang. Karena banyaknya jenis keahlian, maka dibentuklah Team Perumus Khusus berdasarkan bidang keahliannya masing-masing. Setiap team perumus bermusyawarah, dan hasilnya dibukukan dalam bentuk buku panduan khusus, seperti kurikulum.

Binatang Besar memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan semua binatang, tanpa kecuali. Oleh karena itu, merekapun (sesama binatang besar, seperti: gajah, kerbau, kuda nil, buaya, harimau, dan lain sebagainya) bermusyawarah untuk menentukan bidang keahlian utama yang harus dikuasai oleh setiap binatang. Akan tetapi usaha tersebut tidak membuahkan hasil mengingat kenyataan bahwa bidang keahlian yang ada, semuanya sangat penting

Anehnya, mereka tidak dapat mengambil kata sepakat tentang subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar:


  1. pada tingkat dasar, semua murid mengikuti seluruh mata pelajaran yang diajarkan. Pada tingkat ini, setiap murid harus mengikuti mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
  2. dilakukan penjurusan sesuai bakat dan minat masing-masing binatang. Pada tingkat ini, setiap binatang bebas menentukan sesuai dengan keahlian yang ingin dikuasainya.


Tahun Ajaran barupun dimulai, dan sekolah dipenuhi para orang tua binatang, mulai dari semut, kecoa, lebah, tikus, burung pipit, elang, merpati, ular, kadal, buaya, kucing, musang, kancil, kambing, singa, macan, kerbau, sapi, gajah, kuda nil, dan lain sebagainya, yang ingin menyekolahkan anaknya agar pintar dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding orang tuanya.

Hari-hari belajar pun dimulai. Para anak binatang sungguh sangat senang karena dapat belajar dan bermain-main bersama. Bukan hanya saling mengenal diantara sesama binatang saja, akan tetapi merekapun mengetahui keanekaragaman dalam dunia binatang.

Demikian pula para orang tua binatang, mereka sangat senang melihat anak-anak mereka yang ceria, apalagi mereka sudah diperkenalkan dengan latihan dasar kebinatangan. Orang tua binatang bertambah senang tatkala anak-anak mereka bercerita tentang berbagai macam karakter dan kebisaan teman-temannya.

"Wah..., hebat anakku. Suatu saat anakku akan jauh lebih pandai dariku yang bisanya hanya mengorek-ngorek tanah saja.", cetus induk ayam yang 100% sudah mempercayakan pendidikan anaknya pada Sekolah Para Binatang.

"Iyaa..., anakku juga. Aku dan anakku memang jago lari, tapi suatu saat anakku juga akan jago berenang!", kata induk kelinci.

Dan begitu pulalah para orang tua binatang yang lain, mereka semua sangat puas dengan adanya Sekolah Para Binatang tersebut.

Pendidikanpun berlanjut dan berjalan lancar. Hingga pada suatu tingkatan (kelas) tertentu, semua anak binatang diajarkan keahlian-keahlian binatang, seperti berlari, berenang, menggali, terbang, menerkam, memanjat, dan lain sebagainya. Semuanya diajarkan, tanpa kecuali.

Dan tibalah saatnya pelajaran berenang. Setelah semua anak binatang diberi bekal teori yang cukup panjang lebar, merekapun dikumpulkan ditepian sungai untuk mempraktekannya. Dimulai dari anak katak, ia coba berenang dan hasilnya sangat memuaskan. Demikian pula dengan anak angsa, buaya, kura-kura dan itik, mereka berhasil dengan sangat memuaskan.

Dan selanjutnya, tibalah saatnya anak kelinci. Ia berusaha sekuat tenaga, tapi hasilnya..., dia tenggelam. Ia pun tak putus asa, dicoba dan diulanginya lagi untuk berenang sebagaimana petunjuk gurunya, akan tetapi hasilnya tetap sama..., ia tenggelam.
Demikian pula anak-anak domba, kucing, sapi, kerbau, dan lain-lain, mereka tetap tenggelam saat belajar berenang.
Secara khusus, sang guru berenang, Pak Bebek, memberikan waktu dan pelajaran tambahan berenang bagi semua anak binatang yang belum lulus / belum bisa berenang. Setiap pagi hari, sebelum mereka mengikuti pelajaran-pelajaran berikutnya, seperti: berlari, menggali, terbang, menerkam, dll, mereka diwajibkan latihan berenang selama 30 menit.

Saat Pelajaran Berlari, juga terjadi hal yang memusingkan Pak Harimau, Sang Guru Berlari. Pada pelajaran tersebut, hanya beberapa anak saja yang berhasil, seperti: kelinci, tikus, kijang, kucing, kuda liar, dan anak macan, sedangkan anak yang lain seperti: anak bebek, semut, domba, sapi, kerbau, burung, kuda nil, kura-kura, buaya, dll, mereka tidak lulus dan harus mengulang setiap pagi hari selama 30 menit sebelum mengikuti pelajaran berikutnya.

Saat Pelajaran Terbang, lebih parah lagi karena semuanya hampir tidak lulus, kecuali anak dari keluarga burung. Mereka yang tidak lulus, seperti: anak-anak domba, kelinci, kancil, buaya, kuda, gajah, macan, jerapah, dll, tetap harus mengikuti Pelajaran Terbang Tambahan 30 menit setiap pagi hari sebelum mengikuti pelajaran yang lain.

Demikian pula dengan pelajaran yang lain seperti: memanjat, menerkam, dan menggali, mereka semua (para anak binatang) wajib mengikuti jam pelajaran tambahan yang diberikan secara khusus.

Dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu, para orang tua binatang menjadi heran melihat perubahan sikap dan tingkat laku anak-anaknya. Sebagai contoh pada:


  • Keluarga Bebek, ia sangat heran ketika melihat anaknya setiap hari belajar dan berlatih menerkam, menggali dan memanjat pohon. Pak Bebek tak pernah sekalipun melihat anaknya berlatih berenang.
  • Keluarga Kelinci, ia sangat heran ketika melihat anaknya setiap hari terus belajar dan berlatih menerkam, menggali, berenang, memanjat pohon dan lain sebagainya. Pak Kelinci tidak pernah sekalipun melihat anaknya berlatih berlari.


Demikian pula dengan keluarga binatang lainnya, mereka binggung ketika melihat anak-anaknya yang setiap hari di rumahnya berlatih keahlian binatang lain selain keahlian seperti yang mereka (para orang tua binatang) miliki.

Wal hasil ...,
pada akhir Tahun Ajaran Sekolah Para Binatang .....,
terjadi keanehan yang sangat memusingkan pihak sekolah dan membuat bingung semua orang tua para binatang, melihat kenyataan bahwa: "Semua anak binatang sudah lagi menguasai keahlian mereka masing-masing yang diwariskan secara turun-temurun oleh orang tua masing-masing binatang".
Dapatlah dibayangkan jika setiap hari dan setiap saatnya, mereka (anak para binatang) dipaksa untuk melakukan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan keahlian bawaan mereka dari orang tuanya, hingga akhirnya:


  1. anak burung sudah tidak mahir terbang, apalagi berenang dan memanjat pohon
  2. anak kucing sudah tidak lagi pandai menerkam dan berlari, apalagi berenang dan terbang
  3. anak kelinci sudah tidak mahir lagi berlari, apalagi berenang, terbang, menerkam, dan memanjat
  4. anak harimau sudah tidak lagi pandai berlari dan menerkam, apalagi berenang dan terbang


Dan seterusnya dan seterusnya, mereka semua (para anak binatang) telah berubah dan lupa dengan bakat dan sifat alamiah mereka.
Mereka semua telah berubah menjadi makhluk asing di lingkungannya sendiri.

Dengan dan tanpa disadari oleh semua orang tua para binatang, mereka menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya pada sekolah negara yang dipimpin oleh sang raja hutan, yang berkuasa melalui suatu pertarungan dan pengorbanan harta dan nyawa, yang menghalalkan segala cara. Sudah dapat dipastikan bahwa dalam kurikulum mereka, pastilah menyembunyikan semua hal yang dapat menjatuhkan martabat dan kedudukan mereka, para penguasa dan kroninya. Dan satu-satunya hal yang dimungkinkan dapat menjatuhkan mereka (para penguasa) adalah dalam bidang rohani (agama), demi menjaga kewibawaan dan citra baik tentang dirinya, maka materi pendidikan agama tetap diadakan dengan catatan:


  • diberikannya tambahan materi pendidikan sebagai tandingan pendidikan agama, seperti: Pendidikan Moral Kebinatangan
  • materi pendidikan agama dipaksa dan dibuat agar tidak bertentangan dengan Pendidikan Moral Kebinatangan
  • jumlah jam pelajaran pendidikan agama dibuat sedikit mungkin, dengan alasan berbagi dengan jam pelajaran yang lain
  • guru pendidikan agama juga harus lulusan sekolah yang juga diselenggarakan oleh pihak Dinas Pendidikan Para Binatang itu sendiri
  • dan sejuta alasan lain yang semuanya dikondisikan sesuai dengan keperluan untuk melanggengkan kekuasaan mereka, untuk memutar-balikkan fakta bahwa yang mereka lakukan itu benar, dan juga sekaligus untuk menghilangkan citra dan ketergantungan masyarakat dari para ulama.


Tahun berganti tahun, kerajaanpun telah berganti raja, para anak binatang telah tumbuh dewasa dalam kebutaan dan ketidak-tahuan mereka akan jati diri dan tujuan untuk apa mereka diciptakan. Sebagian besar dari mereka benar-benar telah lupa dan ikut menghalalkan segala cara sebagaimana yang dicontohkan oleh para pejabat dan penguasanya. Sekolah Para Binatang benar-benar telah berhasil menciptakan satu generasi baru, dimana hampir semua binatang telah kehilangan sifat murninya sebagai binatang, dan sebagai gantinya adalah generasi baru para binatang yang memiliki sifat unggul dari semua binatang buas, seperti:


  • menghalalkan segala cari untuk memenuhi kebutuhannya
  • menghalalkan segala cara untuk melampiaskan nafsunya
  • hatinya sudah tidak bergetar lagi tatkala mendengar nama Tuhan, dan lain-lain.


================

Saudaraku ....
Perhatikanlah anak-anak kita !
Lihatlah ulah para pelajar di negeri ini!
Bukankah generasi muda yang konon calon pewaris negeri ini, kini memiliki sifat seperti bin...a...tang????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun