Tak ku sangka kalau semalam adalah tidurmu yang terakhir bersama kami.
Tak ku duga bahwa senyummu semalam adalah senyum terakhir untuk kami.
Subuh tadi kau masih sempat menikmati sarapanmu pak.
Sarapan terakhir sebelum kau benar-benar meninggalkan kami.
Kau masih bisa bercengkrama dengan hangat dengan anak-anak dan cucu-cucumu.
Pak, rasanya seperti baru kemarin sore kau menemaniku diatas pelaminan.
Tanda engkau memberikan restumu kepada ku dan pria pilihan hatiku.
Pria yang akan menggantikan posisimu untuk selalu menjagaku dan mengasihiku disepanjang sisa umurku.
Pak, aku sadar bahwa hari itu tubuhmu berteriak lelah karena sakit yang derita, tapi kau tetap mencoba kuat.
Kau tetap memberikan senyum dan menerima setiap ucapan selamat dari setiap tamu yang datang, yang ikut berbahagia saat itu.
Pak, kini aku tak bisa lagi memeluk tubuh ringkihmu yang digerogoti oleh penyakitmu.
Pak, bukannya aku tidak ikhlas tapi pak kepergian mu begitu tiba-tiba.
Aku belum siap kehilangan mu pak.
Kau pergi dalam tidurmu pak.
Bahkan kau tak sempat memberikanku nasehat terakhirmu.
Pak, kini aku tau bahwa kau begitu berharga dari apapun yang ada di dunia ini.
Pak, seandainya aku bisa menggantikan hadirmu dengan setiap harta yang ku punya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H