Calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi berita utama dalam beberapa hari terakhir. Ini disebabkan oleh kabar mengejutkan tentang dugaan upaya pembunuhan oleh seorang pria bernama Thomas Matthew Crooks.
Saat Trump berbicara di acara kampanye di dekat Butler, Pennsylvania, Crooks menembaknya dari atap gedung terdekat dengan senapan AR-15. Tragisnya, seorang penonton bernama Corey Comperatore tewas dan dua penonton lainnya terluka parah sebelum pelaku ditembak mati oleh tim penembak jitu Secret Service.
Namun, pembicaraan tentang upaya pembunuhan Donald Trump tidak berhenti di situ. Di media sosial, banyak diskusi menarik tentang dampak politik dari penembakan tersebut, termasuk bagaimana hal itu akan mempengaruhi pemerintahan Trump jika ia terpilih.
Selain itu, muncul asumsi menarik yang mengaitkan Trump dengan alur cerita Darth Sidious atau Kaisar Palpatine dari seri film Star Wars. Salah satu pandangan ini diungkapkan oleh kanal YouTube bernama TM Productions.
Meskipun hanya spekulasi, memprediksi dampak politik dari penembakan Trump memang menarik. Jadi, mungkinkah Trump mengikuti jejak cerita Darth Sidious?
Donald Trump dan Darth Sidious
Bagi yang belum pernah menonton Star Wars Episode III Revenge of the Sith, film ini menceritakan tentang seorang politisi populer bernama Palpatine. Di mata masyarakat galaksi, Palpatine dikenal karena membawa ide-ide populis yang sangat disukai.
Namun, di balik popularitasnya, Palpatine sebenarnya adalah Darth Sidious yang memiliki pandangan politik radikal. Dia ingin mengubah sistem politik galaksi dari republik menjadi kekaisaran. Menyadari ide ini sulit diterima, Palpatine merekayasa upaya pembunuhan terhadap dirinya sendiri untuk membenarkan perubahan radikal tersebut.
Salah satu strategi utama Palpatine adalah memanipulasi kelompok Jedi agar mencoba membunuhnya. Ketika upaya itu gagal, ia memanfaatkan simpati publik untuk meraih kekuasaan penuh. Dengan mengeksploitasi ancaman yang diciptakannya sendiri, Sidious berhasil mengubah Republik Galaktik menjadi Kekaisaran Galaktik, menjadikannya Kaisar yang otoriter.
Dalam politik, manuver strategis Palpatine sering dikaitkan dengan teori manajemen krisis. Naomi Klein dalam bukunya The Shock Doctrine menjelaskan bahwa krisis sering digunakan oleh pemerintah untuk memberlakukan kebijakan tidak populer atau memperluas kekuasaan. Palpatine dengan cerdik memanfaatkan krisis upaya pembunuhannya untuk keuntungan politiknya.
Secara spekulatif, teori ini juga bisa diterapkan pada upaya pembunuhan Trump. Dalam konteks spekulasi politik, insiden penembakannya bisa dimanfaatkan untuk menggalang dukungan, menciptakan narasi, "Kami melawan mereka," serta memberikan justifikasi untuk tindakan lebih tegas dengan alasan menjaga keamanan dan stabilitas.