Mohon tunggu...
Puspo Lolailik Suprapto
Puspo Lolailik Suprapto Mohon Tunggu... Lainnya - Esais/Bookstagrammer

Nulis apa saja :)

Selanjutnya

Tutup

Book

Kiat-kiat Menjadi Diktator : Dari Melanggengkan Masa Kekuasaan hingga Sistem Berbagi ke Orang Terdekat

14 Juli 2024   12:57 Diperbarui: 16 Juli 2024   12:15 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak penerbit di Indonesia mengandalkan buku pengembangan diri sebagai pilar utama untuk penjualannya. Mulai dari, buku panduan asmara, buku mengatur keuangan, hingga buku tentang cara beternak belut. 

Namun, bagaimana kalau ada buku pengembangan diri untuk menjadi diktator? Adakah tips dan trik khusus? 

Melanggengkan Masa Kekuasaan

Di bab pertama, Mikal, penulis dari buku ini, mengaitkan topik utamanya dengan Indonesia, terutama ketika dia membahas tentang Keuntungan Menjadi Diktator. Salah satu manfaat yang menarik perhatian saya adalah lamanya masa kekuasaan presiden. 

Tentunya, hal ini membuat saya ingat pada seorang jenderal yang tersenyum, di mana fotonya selalu terpajang di kelas-kelas sekolah selama lebih dari 30 tahun.

Komunisme Menjadi Alat Dukungan

Di bab berikutnya yang berjudul Cara Menjadi Diktator, Mikal menghubungkannya dengan sejarah Indonesia. Dia mencatat bahwa komunisme pernah menjadi alat untuk mendapatkan dukungan yang tak terbatas dari Amerika Serikat (AS) untuk menjadi diktator, contohnya di Kongo dan Cile.

Sedangkan di negara Indonesia, ada Soeharto yang juga menggunakan strategi yang sama untuk melanggengkan masa diktatornya selama 47 tahun sebelum kiat-kiat ini diungkap oleh seorang jurnalis asal Norwegia. Kondisi tersebut tidak hanya menghilangkan pemimpin komunis dan Presiden Soekarno, tetapi juga ribuan hingga jutaan rakyat. 

Di sinilah, Mikal menyadari bahwa setiap zaman memiliki cara dan pemimpinnya masing-masing. Mikal juga mengatakan bahwa meskipun negara masih menjalankan sistem demokrasi, maka semua masalah diatasi melalui Pemilihan Umum (Pemilu).

Manipulasi Pemungutan Suara di Pemilu 

Ketika rezim otoriter hendak dimulai di negara demokrasi, trik kotor ini kerap kali digunakan meskipun terasa tidak menyenangkan, seperti yang ditegaskan oleh Mikal :

Kalau kau melakukannya dengan benar dan mendapatkan hasil yang kau inginkan tanpa banyak kehebohan, maka pemilu akan menambah legitimasimu. - hal 35.

Mikal juga mengungkap cara untuk melakukan kecurangan dalam pemilu, yaitu dengan Ballot Stuffing atau Penggelembungan Suara. Trik ini merupakan trik paling dasar dari manipulasi pemungutan suara. Bahkan dalam bentuk ekstrem sekalipun Ballot Stuffing juga bisa melanggar hukum matematika.

Sebagai contoh, Putin, diktator Rusia. Pada pemilu Presiden tahun 2012 di Grozny, Putin diklaim mendapatkan 1.482 suara. Padahal, di daerah tersebut hanya ada 1.389 pemilih. Namun kenyataannya, Putin berhasil memperoleh 107% suara di dapil tersebut. 

Tetapi, ternyata strategi ini juga sudah diterapkan di Indonesia. Seperti, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024, ditemukan banyak kasus penggelembungan suara. Salah satunya di tempat pemungutan suara 34 Rengas Ciputat Timur, yang mana salah satu kandidatnya melonjak sekitar 1.000% dalam perolehan suaranya dari 86 suara menjadi 886 suara. Miris!

Sistem Berbagi ke Orang Terdekat

Selain penggelembungan pemungutan suara, Mikal menemukan masih banyak orang yang iri terhadap diktator-diktator ini. Pemilu yang jujur masih tidak bisa membuat pesaingnya puas, apalagi yang curang. Oleh karena itu, sebagai pemimpin tunggal, penting untuk tidak pelit dalam berbagi. Namun, sistem berbagi ini bersifat selektif dalam artian hanya berlaku untuk orang-orang terdekat saja. 

Orang-orang terdekat bisa berasal dari keluarga, rekan politik, bahkan mitra bisnis. Hubungan yang saling menguntungkan ini saling terbentuk, dan membuat kekuasaan diktator ini bisa bertahan lebih lama dan kerabat-kerabatnya bisa hidup makmur.

Contohnya, istri diktator Rumania yang sukses meraih gelar doktor kehormatan meskipun hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Atau, gaya hidup mewah dari para pangeran Arab yang mengadakan pesta narkoba dan memiliki binatang-binatang peliharaan yang unik.

Sistem berbagi ini juga merupakan kunci kesuksesan dari Soeharto dalam menjalankan Orde Baru-nya. Beliau membagikan kekayaan negara kepada orang-orang terdekatnya, seperti perwira yang setia diberi kilang minyak, rekan bisnis mendapat konsesi, dan politisi menduduki posisi strategis. Adil, kan?

Inilah 4 praktik licik yang selalu berhasil diterapkan di negara Indonesia. Walaupun negara demokrasi, di mana pengadilannya independen, tetapi sistem-sistem ini tetap menjadi pondasi kokoh menuju kediktatoran.

Untuk itu, jika Anda membaca buku ini sebagai hiburan, pasti akan membuat kamu tertawa terbahak-bahak. Namun, jika Anda memperhatikan buku ini lebih mendalam sebagai gambaran masa depan suram bagi Indonesia, Anda akan menyadari bahwa ada seseorang yang sudah menerapkan kiat-kiat menjadi diktator ini.

Identitas Buku 

Judul: Kiat Menjadi Diktator

Penulis: Mikal Hem

Penerjemah: Irwan Syahrir

Penerbit: Marjin Kiri

Terbit: 2023

Jumlah:191 + vi halaman;14 x 20,3 cm

ISBN: 978-602-0788-46-3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun