Mohon tunggu...
Puspita ChandraUtami
Puspita ChandraUtami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Fisika Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mulai dari Pelajar hingga Orang Tua, Sarung Goyor Menjadi Sumber Penghasilan

5 September 2022   00:45 Diperbarui: 5 September 2022   00:55 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto bersama dengan salah satu pemilik usaha sarung goyor. (Dokpri)

Kabupaten Pemalang, Sarung goyor merupakan kerajinan tekstil khas Pemalang, tepatnya di Desa Wanarejan Utara.  Sarung ini dibuat melalui proses dan memiliki tekstur yang istimewa. Dikutip dari pemalangdaily.com, sarung goyor diprakarsai oleh Tasman, seorang buruh tenun di Solo, Pekalongan, dan Jepara. Lalu, beliau kembali ke Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang untuk memperkenalkan tenun kepada warga sekitar.

"Sarung goyor sudah menjadi pekerjaan turun-temurun sejak 3 generasi lalu dan masih eksis sampai sekarang, bahkan menembus pasar internasional di negara bagian Timur." ujar Kepala Dusun RW 5 , Car'an saat diwawancarai oleh tim KKN UNNES GIAT 2 Desa Wanarejan Utara.

Sumber: Salah satu motif dari sarung goyor. (Dokpri)
Sumber: Salah satu motif dari sarung goyor. (Dokpri)

Perajin sarung goyor terdiri dari berbagai kalangan usia, mulai dari kalangan remaja hingga orang tua merupakan perajin sarung goyor. Kalangan remaja pun ikut andil dalam tahapan produksi sarung goyor sebagai penenun. Alasan utama mengapa kalangan remaja ikut andil sebagai pengrajin sarung goyor ini karena keinginan mereka untuk membantu orang tua.

Aditya (17), seorang pemuda asal RW 2 Desa Wanarejan Utara yang memilih kerja paruh waktu sebagai perajin tenun sarung goyor. Ia masih duduk di bangku kelas 11 sekolah menengah atas. Ia bekerja paruh sebagai perajin tenun sepulang sekolah.

"Saya kerja sambilan sebagai penenun karena ngga pengen merepotkan orang tua dan kalau saya kerja kan bisa dapat uang saku tambahan di sekolah. Saya melakukannya saat pulang sekolah dan liburan. Jadi, tidak bakal menganggu pelajaran di sekolah." jelasnya.

Selain pelajar, mayoritas ibu rumah tangga di Desa Wanarejan Utara memilih untuk bekerja paruh waktu sebagai perajin sarung goyor. Mereka tidak perlu repot-repot keluar rumah untuk bekerja dan tetap bisa mengurus rumah tangga. Bahkan, lansia pun bekerja paruh waktu demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sumber: Bahan produksi sarung goyor. (Dokpri)
Sumber: Bahan produksi sarung goyor. (Dokpri)

"Saya kerja ini buat kebutuhan rumah tangga. Kalau ini kan di rumah, jadi bisa sambil mengurus pekerjaan rumah. Kalau di luar kan belum tentu dapat pekerjaan karena usia sudah bukan usia kerja." ujar Nuriah (54), warga RW 2 Desa Wanarejan Utara.

Nuriah mengatakan bahwa menjadi buruh tenun hanya sebatas menambah pemasukan keluarga, sehingga tidak hanya mengandalkan suami. Menurutnya, penghasilan seorang buruh rata-rata bisa mencapai 30 hingga 60 ribu rupiah, bergantung pada bagian yang dikerjakan.

"Ada yang 65 ribu, ada yang 60 ribu, ada yang kasaran sampai 35 ribu rupiah. Kalau ini namanya nglerek, upahnya 60 ribu rupiah." tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun