Mohon tunggu...
Puspita Setyaningrum
Puspita Setyaningrum Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru. Bagi saya mengajar itu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik Model Driscoll

19 Desember 2022   09:53 Diperbarui: 19 Desember 2022   10:01 8932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada hal menarik saat saya melakukan praktik coaching pada sesi demonstrasi kontekstual ini, saya harus berperan menjadi pengamat. Reaksi saya saat itu langsung senang. Saya merasa ada ilmu baru lagi yang harus saya pelajari.

2. SO WHAT

Perasaaan saya saat awal melakukan praktik coaching, saya merasa bingung dan ragu. Namun itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat menaklukkan keraguan tersebut. Beruntung dalam ruang kolaborasi, kami diberi kesempatan untuk mempraktikkan coaching dengan rekan CGP. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun belum maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang kontinyu agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan. Meskipun belum sempurna, namun tidak ada salahnya untuk terus berlatih dan berusaha.

Selain itu, saya juga merasa bahagia saat coachee mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan. Saya melihat rekan saya (coachee) yang melakukan praktik coaching merasakan hal yang sama. Mereka terlihat senang ketika mampu menemukan solusinya sendiri sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal yang sama juga saya rasakan, dengan melakukan coaching saya berusaha untuk memberikan pembelajaran diri serta pengalaman hidup coachee sehingga harapannya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalnya. Bahkan setelah melakukan praktik coaching pun, saya masih merasakan hal yang sama. Saya merasa senang dan yakin bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan dirinya, semakin maksimal potensinya.

Tentunya praktik coaching ini akan semakin maksimal jika kita sering mempraktikkannya. Usaha itu yang sedang saya lakukan saat ini. Jika ada rekan saya yang mendatangi saya untuk meminta solusi, saya mencoba untuk mengajak berdialog dengan teknik coaching. Harapannya, saya bisa menstimulasi dan mengeksplorasi ide-ide kreatifnya agar mereka bisa memaksimalkan kinerjanya. Karena saya meyakini, dengan proses coaching, potensi coachee akan maksimal. Mereka akan lebih bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya sendiri.

3. NOW WHAT

Coaching bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Dalam hal ini, maka tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai. Tentunya, hal ini akan berbeda cerita jika saya mengambil langkah yang tidak sesuai dengan tujuan coaching. Pengalaman hidup dan pengembangan diri yang akan dialami coachee tentu akan berbeda. Mereka hanya dapat mengikuti saran atau masukan yang diberikan coach tanpa menemukan  sendiri solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini juga membuat potensi diri yang dimiliki coachee tidak akan tumbuh  dan berkembang.

Lantas bagaimana saya mendapatkan informasi tambahan tentang praktik coaching ini? Selain dari modul 2.3 ini, informasi dan pengetahuan tentang coaching ini juga akan saya dapatkan dari berbagai sumber referensi misalnya artikel ilmiah, buku, video contoh praktik coaching, narasumber, dan lain-lain. Tentunya ini juga membutuhkan dukungan-dukungan dari berbagai pihak, di antaranya pimpinan sekolah, rekan sejawat, keluarga, dan masyarakat sekitar.

Harapannya, apa yang sudah saya pelajari ini tentang coaching ini dapat saya diseminasikan dengan rekan sejawat agar mereka juga dapat "menuntun" dan memberdayakan potensi murid dan rekan sejawat supaya tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Semoga.

Demikian refleksi saya setelah mempelajari modul 2.3 ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu'alaykum wr wb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun