Mohon tunggu...
Puspitasari Megahana
Puspitasari Megahana Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 12 Jakarta

Guru Penggerak Angkatan 5 Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Coaching untuk Supervisi Akademik

29 Juni 2024   20:46 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:48 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Pembelajaran Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Bagian yang paling berkesan dan mencerahkan sejauh ini dalam sesi pendalaman modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik adalah pemahaman mendalam tentang peran dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang coach dalam konteks pendidikan. Sebelumnya, saya berpikir bahwa coaching hanya melibatkan pemberian arahan dan solusi kepada murid atau guru. Namun, ternyata coaching yang efektif lebih mengutamakan mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan yang memberdayakan, dan membantu individu menemukan solusi serta potensi mereka sendiri. Pemikiran ini mengubah mindset saya secara signifikan.

Dengan pemahaman baru ini, saya menyadari bahwa sebagai pendidik dan fasilitator, tugas saya bukan hanya memberikan jawaban, tetapi lebih kepada memfasilitasi proses refleksi dan penemuan diri pada murid maupun guru. Sebelumnya, saya cenderung merasa perlu memberikan solusi dan arahan langsung, namun sekarang saya melihat pentingnya memberi ruang bagi mereka untuk menemukan kekuatan dan jawaban sendiri. Hal ini membuat saya lebih menghargai proses yang terjadi dalam coaching, di mana setiap individu didorong untuk mengambil peran aktif dalam perkembangan mereka sendiri.

Konsekuensi dari perubahan pemikiran ini terhadap praktik saya sebagai pendidik dan fasilitator adalah saya harus lebih fokus pada pengembangan keterampilan mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan yang efektif. Saya perlu lebih banyak berlatih untuk menahan diri dari memberikan solusi langsung dan sebaliknya, mengarahkan percakapan agar individu dapat menggali ide dan solusi mereka sendiri. Ini juga berarti saya harus lebih bersabar dan percaya pada kemampuan murid atau guru untuk menemukan jalannya sendiri. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih diberdayakan dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap perkembangan mereka sendiri.

Strategi utama yang perlu saya latih dan kuatkan sebagai tindak lanjut dari pembelajaran ini adalah keterampilan mendengarkan aktif dan kemampuan mengajukan pertanyaan yang memberdayakan. Untuk itu, saya bisa mengikuti berbagai pelatihan atau workshop yang berfokus pada keterampilan ini, serta berlatih secara langsung dalam sesi coaching atau simulasi. Saya juga bisa menggunakan teknik refleksi diri setelah setiap sesi coaching untuk mengevaluasi sejauh mana saya sudah berhasil menerapkan prinsip-prinsip tersebut dan mencari area mana yang masih perlu ditingkatkan.

Selain itu, penting bagi saya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para Calon Guru Penggerak dalam memahami konsep dan implementasi coaching ini. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan diskusi kelompok di mana setiap anggota dapat berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain. Saya juga bisa menggunakan studi kasus atau role-play untuk membantu mereka melihat bagaimana prinsip-prinsip coaching dapat diterapkan dalam situasi nyata. Melalui kegiatan-kegiatan ini, mereka tidak hanya akan memahami konsep secara teori, tetapi juga melihat bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari.

Dengan perubahan mindset ini, saya yakin dapat menjadi fasilitator yang lebih efektif dalam membantu Calon Guru Penggerak mengembangkan keterampilan coaching mereka. Saya berharap mereka juga akan mengalami transformasi dalam cara mereka mendekati supervisi akademik, melihatnya bukan sebagai tugas yang harus diselesaikan, tetapi sebagai kesempatan untuk memberdayakan dan menginspirasi murid mereka. Dengan demikian, dampak positif dari coaching ini akan dirasakan secara luas, tidak hanya oleh guru, tetapi juga oleh murid dan seluruh komunitas sekolah.

Transformasi ini akan membawa perubahan besar dalam cara pendidikan dijalankan, di mana setiap individu merasa didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Saya merasa terinspirasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam bidang coaching, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi dunia pendidikan. Melalui keterampilan coaching yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, suportif, dan memberdayakan, di mana setiap murid merasa dihargai dan didorong untuk mencapai yang terbaik dalam diri mereka.

Saya percaya bahwa dengan fokus yang tepat dan dedikasi untuk terus belajar, kita semua dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan. Keterampilan coaching adalah alat yang kuat untuk mencapainya, dan dengan menguasainya, kita dapat membantu membentuk generasi masa depan yang lebih baik dan lebih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun