Refleksi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Sebagai seorang Guru Penggerak, visi pribadi saya adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang inspiratif dan inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai, termotivasi, dan diberdayakan untuk mencapai potensi maksimal mereka. Saya percaya bahwa setiap siswa adalah individu yang unik dengan kemampuan dan bakat masing-masing, yang perlu didukung dan dikembangkan melalui pendidikan yang holistik. Nilai-nilai seperti integritas, rasa hormat, dan kolaborasi akan menjadi landasan dalam setiap interaksi di kelas, dengan harapan menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, kreatif, dan berdaya saing global.
Proses merumuskan visi dan prakarsa perubahan ini membantu saya lebih memahami pentingnya peran guru dalam membentuk masa depan siswa. Dengan visi yang jelas dan prakarsa perubahan yang konkret, saya dapat lebih fokus dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memberdayakan.
Dalam visi pribadi saya, nilai-nilai seperti Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Peserta didik menjadi fondasi utama. Filosofi yang saya yakini adalah bahwa setiap murid memiliki keunikan dan potensi yang harus dikenali dan dikembangkan melalui pendekatan pendidikan yang holistik dan inklusif. Harapan saya adalah menciptakan lingkungan belajar yang mendorong rasa ingin tahu, inovasi, dan rasa percaya diri.
Prakarsa perubahan dari visi yang disepakati meliputi pengembangan program mentoring untuk murid, integrasi pembelajaran berbasis proyek, serta peningkatan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan. Kesimpulan dari proses membuat visi dan prakarsa perubahan ini adalah pentingnya kolaborasi antara guru, murid, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik murid.
Paradigma inkuiri apresiatif memiliki kekuatan besar dalam memotivasi dan memberdayakan siswa. Dengan fokus pada kekuatan dan potensi positif, guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan holistik siswa.
Inkuiri Apresiatif (IA) sebagai paradigma, menekankan pada pendekatan yang menghargai kekuatan dan potensi yang ada, daripada berfokus pada kekurangan.Â
Karakteristik IA mencakup fokus pada hal-hal yang positif, pertanyaan yang memotivasi, dan kolaborasi untuk menciptakan masa depan yang diinginkan. Contoh situasi IA adalah ketika guru mengajak murid untuk mengeksplorasi pencapaian terbaik mereka dan bagaimana itu bisa diperluas, bukan contoh situasi IA adalah berfokus pada masalah dan kekurangan murid tanpa menawarkan solusi yang membangun.
Inkuiri apresiatif membantu saya untuk selalu melihat sisi positif dalam setiap situasi dan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Pendekatan ini sangat berguna dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih optimis dan memberdayakan.
Refleksi tentang IA sebagai paradigma menunjukkan bahwa pendekatan ini memperkuat rasa percaya diri dan motivasi, serta membangun hubungan yang positif antara guru dan murid. Daftar prakarsa perubahan diri yang perlu diwujudkan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan meliputi peningkatan keterampilan komunikasi, penerapan strategi pengajaran yang inklusif, dan terus memperbaharui metode pembelajaran yang inovatif.
Kesimpulan refleksi tentang kekuatan paradigma Inkuiri Apresiatif bagi Guru Penggerak adalah bahwa IA mampu mengubah cara pandang dan pendekatan dalam pendidikan, menciptakan budaya yang menghargai dan memberdayakan semua pihak. IA sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi) membantu Guru Penggerak dalam memimpin perubahan di sekolah dengan cara yang terstruktur dan berbasis pada kekuatan yang ada.
Pendekatan BAGJA membantu Guru Penggerak dalam memimpin perubahan di sekolah dengan memberikan struktur yang jelas dan fokus pada tindakan positif. Dengan menggunakan BAGJA, guru dapat lebih efektif dalam mengidentifikasi kekuatan, mengembangkan ide-ide baru, dan menjaga komitmen terhadap perubahan.
Kesimpulan refleksi 5M (Mendeskripsikan, Merespon, Mengaitkan, Menganalisis, Merancang ulang) setelah eksekusi rencana BAGJA menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam memfasilitasi perubahan yang berkelanjutan dan berpusat pada pengembangan potensi positif.
Setelah menerapkan rencana BAGJA, refleksi 5M (Mendeskripsikan, Merespon, Mengaitkan, Menganalisis, Merancang ulang) menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam mendorong perubahan positif. Saya dapat melihat peningkatan partisipasi siswa, suasana kelas yang lebih positif, dan perkembangan karakter yang lebih baik. Pendekatan BAGJA memberikan kerangka yang solid untuk mengelola perubahan secara efektif, memungkinkan saya sebagai Guru Penggerak untuk lebih baik dalam mendukung dan memberdayakan siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H