Mohon tunggu...
Puspita Sari
Puspita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Tari Remo Dalam Teori Fungsionalisme

29 November 2022   13:20 Diperbarui: 29 November 2022   15:50 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara yang mempunyai seni pertunjukan yang beraneka ragam wujudnya. Kesenian Tari Remo salah satunya, kesenian yang berasal dari Jawa Timur yaitu Kabupaten Jombang di mana daerah tersebut dikenal dengan tempat pesantren serta ulama Indonesia. Tari Remo merupakan pertunjukan seni yang sudah ada sejak masa lampau hingga saat ini. Tari Remo adalah karya seni yang dapat dikaji dari berbagai sudut pandang misalnya seni rupa, seni tari, filosofi, dan fungsi. Tari Remo salah satu tari kesenian tradisional yang dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu dan ditampilkan secara perorangan maupun berkelompok. 

Kultur sejarah tari Remo yang pada awalnya merupakan tarian pengantar ludruk. Dimana pada mulanya hanya diperankan atau ditarikan oleh penari laki-laki. Hal tersebut berkaitan dengan "lakon" yang akan dibawakan pada tari ini. Kisah dari Tari Remo adalah tentang pangeran yang berjuang dalam pertempuran. Oleh sebab itu para penari laki-laki dapat memunculkan sisi maskulin yang dibutuhkan untuk menyalurkan perjuangan dari sang pangeran. 

Pada setiap gerakan Tari Remo mengandung makna dan filosofi. Seperti gerakan gedruk atau gerakan menghentakan bumi bermakna sebagai simbol kesadaran manusia atas kehidupan yang ia jalankan bumi ini. Gerakan tari ini juga mengandalkan gerak yang dinamis, dengan tambahan aksesoris lonceng yang dipakai pada bagian kaki penari. Dengan demikian kaki penari terlihat atraktif dan seiring dengan tabuhan music gamelan.

Lalu Apakah pada zaman sekarang tarian remo bisa dikembangkan baik dari segi fungsinya, memodifikasi fungsinya, atau secara lebih jauh dengan merubah total fungsinya dalam masyarakat?  Membincangkan teori Fungsionalisme tentunya tidak terlepas dari kata kunci utama, yaitu tokoh antropolog Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang lahir di Kraków, Austria-Hungaria (saat ini disebut Polandia).  Malinowski Mengatakan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme. Beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat.

Dengan kata lain pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari suatu unsur kebudayaan adalah kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari pada warga suatu masyarakat (T.O.Ihroni, 1986:59). 

Teori fungsionalisme mempunyai pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sebuh kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan keseluruhan kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan. misalnya, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan (Koentjaraningrat, 1980: 171). 

Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin mengungkapkan kesenian yang terdapat dalam masyarakat tertentu, kecuali akan mendeskripsikan bagaimana kesenian tersebut, juga harus dapat mengemukakan alasan mengapa kesenian tersebut diadakan atau diciptakan. Dengan kata lain mempertanyakan fungsi. Fungsi tersebut akan transparan dalam kaitanya dengan unsur-unsur budaya atau intuisi dalam masyarakat yang bersangkutan. 

Fungsi pada kesenian Tari Remo yaitu: sebagai simbol identitas budaya, agama, pendidikan, ekonomi, dan estetika. Dari fungsi tersebut memiliki substansi nilai nilai dan makna yang terkandung didalamnya. Di era modern saat ini, Tarian ini memiliki banyak variasi, tergantung pada wilayah atau daerah asalnya. Dengan banyaknya variasi tersebut maka muncul beberapa jenis gaya baik dari busana dan riasan. Meskipun beragam dan berbeda-beda, akan tetapi tari ini tetap memiliki khas yang tegas dan kuat. Desain panggung serta dekorasi yang digunakan untuk pemetasan tari ini menyerupai pertunjukan ludruk. Kesimpulan menurut Fungsionalisme Malinowski yang digunakan, bisa menjawab pertanyaan mengapa tari remo yang merupakan tarian tradisional yang bisa eksis hingga saat ini. Kemampuan tarian Remo dalam membaca kebutuhan masyarakat adalah kunci tarian Remo bisa eksis dan diterima masyarakat hingga sekarang dan segala bentuk serta fungsinya bisa diwujudkan.

Referensi :

1.        Adha N. Teori Fungsionalisme Dilihat Dari Sudut Pandang Antropologi. 2018;1–7. Available from: http://www.scribd.com/doc/23711839/teori-fungsional

2.        Kholifatu A, Shofiani A, Harpriyanti H, Diastuti IM, Pendidikan FI, Tengaran K. STRUKTUR MITOS PADA CERITA SENDANG SENJAYA DI. 2022;7(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun