Mohon tunggu...
puspita palupi
puspita palupi Mohon Tunggu... -

suka menulis tetapi belum pernah menyelasaikan tulisan yang sudah dibuat -.- udah keburu kehabisan ide!!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aku, Kami, Kita dan Bahasa

25 September 2012   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebagaimana yang kita ketahui, bahasa Indonesia adalah bahasa nasional negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu dari beragamnya bahasa daerah di negara kepulauan kita.

Bahasa Indonesia dan siswa SMA? Apa yang terjadi?

Kenyataan yang sekarang kami hadapi sebagai  pelajar Indonesia khususnya saya adalah ketika seorang guru Bahasa Indonesia menjelaskan materi pelajaran kepada siswa di kelas. Mata menahan kantuk yang tak terkira, badan mulai miring kanan miring kiri menjaga diri agar tidak jenuh atau malahan tangan menumpu dagu seolah memerhatikan guru secara penuh akan tetapi pikiran melayang entah kemana. Kejenuhan yang hamper selalu kami rasakan ketika guru bahasa Indonesia menampakkan batang hidungnya di kelas kami.

Saya sendiri, seorang pelajar SMA yang merasa sangat bosan ketika belajar Bahasa Indonesia, rasanya yang dipelajari hanya itu-itu saja, memelajari tentang paragraf deduktif, induktif, unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, wawancara dan masih banyak lagi. Tidak ada perubahan materi dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Kadang saya sendiri merasa bingung untuk apa saya memelajari Bahasa Indonesia, memang terdengar egois tapi itulah kenyataannya.Pelajar kebanyakan lebih mementingkan Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia bahkan saya sendiri seperti itu. Alasan mengapa memilih Bahasa Inggris adalah karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang mungkin saja bisa membawa kami ke luar negeri. Apalagi dengan diujian nasionalkannya bahasa inggris. Seolah bahasa inggris dan bahasa Indonesia memiliki tingkat kederajatan yang sama.

Kenyataan yang terjadi di SMA saya, sekolah berasrama yang berada di pedalaman Aceh di ujung pulau Sumatera dan di tepi Samudera Hindia yang luas masih menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Padahal peraturan sekolah dan asrama sudah melarang penggunaan bahasa daerah kecuali pada hari libur dengan alasan agar bahasa daerah tidak di telan oleh zama di era globalisasi ini. Akan tetapi, meskipun peraturan dan konsekuensi yang berat sudah diterapkan, tidak sedikit siswa yang melanggar karena kehidupan sehari-hari mereka di rumah yang menggunakan bahasa daerah. Mirisnya lagi, kosakata bahasa Indonesia siswa SMA saya sangat minim. Kadangakala saya merasa kesal karena kata-kata yang mudah dan sering didengar tapi tidak mengerti dan berulang kali ditanyakan kepada saya apa maksudnya. Bukankah begitu miris? Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk pembelajaran di sekolah, di buku-buku pelajaran di sekolah, akan tetapi kata-kata yang ada di dalamnya sulit untuk di cerna. Diperparah lagi rendahnya minat baca siswa.

Sungguh, ada rasa ingin menikmati indahnya pelajaran bahasa Indonesia, tidak adanya rasa jenuh, tidak adanya lirikan ke arah jam dinding yang seolah bergerak sangat pelan. Ingin kami, semoga kami mampu membuat generasi di bawah kami mencintai bahsa Indonesia, bukan seperti kami yang hendak berlari meninggalkan. Tapi apa daya, jiwa kembali memanggil untuk mengibarkan bahasa Merah Putih di lubuk setiap orang Indonesia. J

Beralih ke masalah lain,

Guru Bahasa Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke memiliki pandangan bahkan pengertian yang berbeda. Coba saja satukan seluruh guru Bahasa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, adakan diskusi tentang Bahasa Indonesia pasti banyak pendapat yang berbeda sehingga membuat murid-murid bingung. Seandainya, bahasa Indonesia adalah bahasa yang pasti, dengan system penulisan atau rumusnya yang pasti juga seperti bahasa inggris, mungkin tidak terlalu banyak perbedaan yang akan terjadi di tengah-tengan pengajar BahasaIndonesia.

Generasi muda yang mulai enggan untuk memelajari bahasa Indonesia, generasi muda yang lebih mementingkan bahasa inggris, generasi muda yang tidak mengetahui maksud dari kata-kata bahasa Indonesia yang seribng digunakan di media massa, generasi muda yang mulai kehilangan niat membangun negri.

Siapa yang akan membawa kemajuan di dunia bahasa Indonesia?

Kita kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun