Saat aku menghembuskan nafas kekecewaan,
kau belai dengan lembut tanganmu hingga ku terdiam damai,
Saat ku tengadahkan wajahku dengan penuh amarah,
Kau elus pipiku hingga membuatku tersipu
Saat ku menangis dalam kesedihan
Kau usap hidung mungilku hingga ku rasakan bahagia itu
Namun,
Sebungkah asaku menghilang, dan gurat diwajahku semakin terlukis jelas
Dan kutak mampu lewati getirnya rasa itu
Tergambar jelas kenangan dikala senja
di antara rimbun bambu kuning,
Dan kala daun kering singgah di pundakku
semakin kurasakan perih yang menusuk, merejam, meremas uluku
Senja yang temaram
tapakmu semakin menghilang, hanya dengkuran burung malam,
Menyiarkan ratapan penuh kerinduan
Dan guratan guratan diwajahku
menghiasi pipiku yang lentur tak berdaya,
dan ku tergolek diam menatap awan gelap yang semakin menutup purnamaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H