Mohon tunggu...
Puspita Melati
Puspita Melati Mohon Tunggu... Guru - Karena Karya Kita Ada

Hai sobat kompasiana, perkenalkan saya Puspita Melati, saat ini saya sebagai pendidik di SMA N 2 Kebumen dari tahun 2015 hingga sekarang dengan mengampu mata pelajaran Seni Budaya. Berawal dari mengikuti sanggar tari di daerah sejak usia 8 tahun, saya merasa memiliki potensi diri dalam bidang seni khususnya tari, sampai pada akhirnya mengikuti berbagai event di ajang seni, hingga memilih jurusan pendidikan seni tari untuk karir ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dacocan Method, Solusi Pembelajaran Membaca dan Menulis Bagi Siswa Disleksia

26 Desember 2022   08:27 Diperbarui: 26 Desember 2022   08:29 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puspita Melati

SMA N 2 Kebumen , Puspita Melati, Kebumen, Indonesia

email : puspitamelati96@guru.sma.belajar.id

Abstrak

Kemampuan membaca dan menulis merupakan modal  dasar bagi siswa sekolah dasar dalam mempelajari seluruh aspek mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Bagi penderita disleksia hal tersebut menjadi hal yang sulit untuk dipelajari karena kurangnya kemampuan dalam memahami kata, angka maupun cara penulisan. Penerapan pembelajaran selama ini kepada siswa disleksia cenderung sama seperti siswa normal pada umumnya. Hal ini didasarkan   pada  ketidaktahuan guru terhadap siswa yang mengalami disleksia maupun  sulitnya  guru mengajarkan siswa penyandang disleksia. Bagi siswa disleksia sudah seharusnya memperoleh strategi pembelajaran yang berbeda dengan siswa lain, dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yag disampaikan dapat diterima oleh siswa disleksia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian spiral Kemmis dan Taggart. Pada penelitian ini terdapat empat tahapan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflection).

Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan membaca dan menulis  yang dilakukan melalui 7x pertemuan dalam pelaksanaan proses penelitian terhadap subjek penelitan. Setelah dilakukan penerapan Dacocan Method, subjek penelitian mengalami perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil post-test yang dilakukan sejumlah dua kali dalam dua siklus. Akumulasi prosentasi kenaikan perkembangan kemampuan menulis dan membaca subjek penelitian mencapai dari pre-test hingga post-test yang terakhir adalah 45%. Sedangkan hasil ketercapaian pelaksanaan kegiatan adalah 76%.

Kata Kunci: Kemampuan membaca dan menulis, disleksia, dacocan method

1. Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan nasional. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan, tak terkecuali siswa berkesulitan belajar spesifik. Persamaan hak asasi manuasi dalam bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Diskriminasi terhadap anak yang memiliki kesulitan belajar merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Namun, yang terjadi dalam dunia pendidikan, guru hanya sebatas mentransfer pengetahuan tanpa mengetahui latar belakang siswa secara kejiwaan, karena kebutuhan siswa pada dasarnya adalah berbeda-beda. (Muniksu, 2021). Guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan memberikan bimbingan yang tepat sasaran kepada siswa-siswanya.

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki intelegensi normal atau diatas normal, akan tetapi mengalami satu atau lebih dalam aspek-aspek yang dibutuhkan untuk belajar. Istilah kesulitan belajar terjemahan dari learning disability, sebenarnya  tidak tepat, seharusnya diterjemahkan sebagai ketidakmampuan belajar (Mulyono, 2006:6 dalam (www.kompasiana.com).  Pada penelitian ini peneliti fokus pada permasalahan anak disleksia yakni anak berkesulitan belajar membaca dan menulis. Disleksia merupakan anak berkesulitan belajar spesifik dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain. Gejala yang sangat menonjol kesulitan dalam mempelajari komponen – komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen kata – dan kalimat. Kejadian disleksia di dunia berkisar 5-17% pada anak usia sekolah. Disleksia adalah gangguan yang paling sering terjadi pada masalah belajar. Kurang lebih 80% penderita gangguan belajar mengalami disleksia. 5-10 % anak-anak dan orang dewasa terkena disleksia (Wolfensberger & Ruijssnaars, 1997 dalam Arsip Pendidikan). Data menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah di Indonesia sekitar 50 juta, sehingga diperkirakan 5 juta di antaranya mengalami disleksia. masyarakat di Indonesia belum banyak yang mengetahui mengenai disleksia, sehingga ketika orang-orang menemukan anak belum mampu membaca dan menulis  dianggap sebagai anak yang bodoh atau malas. Padahal jika dilihat, anak-anak disleksia secara fisik memiliki penampilan yang normal seperti anak-anak pada umumnya. Penggunaan  bahasa lisan, komunikasi dan interaksipun dilakukan secara normal.

Berdasarkan hasil observasi dan assesment di SD Negeri 2 Bangunrejo, menunjukkan bahwa terdapat seorang siswa yang mengalami disleksia. Masalah yang dimiliki oleh anak tersebut adalah memiliki kesulitan untuk mengenal beberapa huruf yang terkadang masih terbolak-balik. Sehingga diperlukan sebuah teknik khusus untuk mengajarkan huruf pada anak disleksia, khususnya pada huruf yang sering terbolak-balik. Mengenal huruf adalah modal yang sangat penting dalam kemampuan untuk membaca dan menulis. Namun ternyata penerapan proses pembelajaran selama ini kepada siswa disleksia cenderung sama seperti siswa normal pada umumnya. Hal ini didasarkan pada ketidaktahuan guru terhadap siswa yang mengalami disleksia maupun sulitnya guru mengajarkan siswa penyandang disleksia. Bagi siswa disleksia sudah seharusnya memperoleh strategi pembelajaran yang berbeda dengan siswa lain, dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yag disampaikan dapat diterima oleh siswa disleksia, melalui media pembelajaran yang mendorong anak untuk belajar secara aktif dan mandiri serta melibatkan semua pengalaman penginderaanya secara terpadu untuk memahami konsep pembelajaran.

Kemampuan membaca dan menulis merupakan modal  dasar bagi siswa sekolah dasar dalam mempelajari seluruh aspek mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Bagi penderita disleksia hal tersebut menjadi hal yang sulit untuk dipelajari karena kurangnya kemampuan dalam memahami kata, angka dan cara penulisan. Kemampuan membaca di sekolah dasar membantu siswa mengkomunikasikan ide dan perasaannya dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan bahasa perlu dilatih sebagai upaya untuk memotivasi dirinya untuk mendalami mata pelajaran, terlebih di era pendidikan ini, gerakan literasi mulai dilaksanakan sebagai langkah awal dimulainya pembelajaran. Kesulitan membaca inilah yang akan terus menerus dibawa siswa jika tidak segera dideteksi dan dilatih. Siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis juga akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain (Pratiwi& Ariawan. 2017). Hal tersebut diharapkan guru dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis menggagas sebuah ide yaitu “Dacocan Method” : Solusi Pembelajaran Membaca dan Menulis bagi  Siswa Disleksia di SD Negeri 2 Bangunrejo . Adanya metode tersebut diharapkan siswa disleksia dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis sebagai bekal dalam memperoleh pengetahuan serta pengalaman baru yang diperolehnya dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

  • Bagaimana aktivitas siswa dalam menggunakan Dacocan Method  sebagai solusi pembelajaran membaca dan menulis bagi siswa disleksia di SD Negeri 2 Bangunrejo?
  • Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan Dacocan Method  sebagai solusi pembelajaran membaca dan menulis bagi siswa disleksia di SD Negeri 2 Bangunrejo?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan denan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

  • Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam menggunakan Dacocan Method  sebagai solusi pembelajaran membaca dan menulis bagi siswa disleksia di SD Negeri 2 Bangunrejo
  • Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kemampuan membaca dan menulis

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini  dilakukan di SD N 2 Bangunrejo, selama 3 bulan pada Desember 2021 - Februari 2022. Menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wina Sanjaya (2011:26) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian ini dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif. Bersifat  partisipatif karena peneliti  terlibat langsung dalam semua tahapan penelitian yang  meliputi penentuan topik, perumusan masalah, perencaaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya.Bersifat kolaboratif karena penelitian ini melibatkan guru kelas selaku kolaborator dalam penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian spiral Kemmis dan Taggart. Pada penelitian ini terdapat empat komponen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observation), dan refleksi (reflect). Berikut ini adalah keterangan dari masing-masing tahapan:

  • Perencanaan (Plan)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyusun rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan masalah dan gagasan awal. Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Perencanaan berupa penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Dacocan Method yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran.

  • Tindakan (Act)

Tahap yang kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Pada tindakan, diterapkan melalui media pembelajaran yakni Dacocan Method yang telah peneliti siapkan.

  • Pengamatan (Observe)

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dilakukan sebagai upaya dalam mengamati pelaksanaan tindakan. Peneliti melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar dan peningkatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

  • Refleksi (Reflection)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan pembimbing untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil yang Dicapai Siklus 1

  • Perencanaan (Plan)

Tahapan perencanaan pada penelitian ini berupa assesmen. Tahapan assesmen ini bertujuan untuk mencari siswa yang termasuk kategori anak disleksia. Hasil assesmen menunjukkan dihasilkannya satu siswa penyandang disleksia. Kegiatan asesmen dilakukan di SD N 2 Bangunrejo. Tahapan selanjutnya yaitu pembuatan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa untuk mengetahui siswa tersebut termasuk dalam kategori siswa disleksia atau tidak. Selanjutnya melakukan observasi kelas di sekolah. Peneliti melakukan observasi di SD N 2 Bangunrejo, berdasarkan hasil informasi dari guru kelas terdapat satu siswa sebagi penyandang disleksia. Selanjutnya yakni pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran.

  •  Tindakan (Act)

Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan Dacocan Method melalui metode permainan. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pertemuan pertama

Peneliti melakukan observasi berupa pengamatan langsung terhadap subjek penelitian yang telah dipilih dengan melakukan pre-test. Instrumen yang digunakan berupa soal-soal yang mencakup aspek visual, auditori dan asosiatif. Soal yang diberikan sejumlah 20 buah. Instrumen soal dibuat berdasarkan kesulitan yang biasanya dialami oleh anak disleksia. Ini betujuan untuk mendeteksi sejauh mana subjek penelitian mengalami disleksia. Setelah dilakukan pre-test, subjek penelitian mengerjakan dengan tepat sejumlah tujuh soal. Sehingga diperoleh hasil prosentasi 35% dari kemampuan membaca dan menulis sebelum dilakukan tindakan. Pada pertemuan awal ini peneliti mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh subjek penelitian secara dominan. Hasil dari pertemuan pertama ini menjadi dasar materi pada tahap tindakan yang akan dilakukan.

2. Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua peneliti mulai memberikan tindakan pertama Dacocan Method yaitu dengan Alfabethic Dance, Colour Wax, dan Smart Card and Sand Combination. Peneliti memberikan materi untuk mengenal huruf-huruf yang sulit dan masih terbalik oleh subjek penelitian bedasarkan hasil pre-test yaitu p,q,b,d,s,z. Subjek penelitian diminta untuk mengikuti apa yang diinstruksikan oleh peneliti dalam setiap bagian Dacocan Method. Tindakan diawali dengan Alfabethic Dance yang disertai musik gembira dan semangat.Subjek penelitian melakukan gerakan huruf-huruf yang dicerminkan oleh peneliti yang kemudian diikuti oleh subjek penelitian. Kemudian subjek penelitian membentuk huruf-huruf yang telah dipelajari melalui Alfabethic Dance dengan plastisin atau dikenal dengan Colour Playing Wax. Aktivitas selanjutnya subjek penelitian membaca kata-kata yang tertera dalam kartu, kemudian menuliskannya di atas pasir (Smart Card and Sand Combination). Masing-masing bagian Dacocan Method memiliki alokasi waktu sekitar 30 menit.

3. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga dilakukan tindakan kedua Dacocan Method. Peneliti mengulang kembali huruf-huruf yang telah dipelajari sebelumnya dengan sekilas. Selain itu pada tahap ini peneliti juga mengenalkan huruf sulit selanjutnya yaitu m, n, u, h, y, l, i. Subjek penelitian diminta untuk mengikuti apa yang diinstruksikan oleh peneliti dalam setiap bagian Dacocan Method. Tindakan diawali dengan Alfabethic Dance yang disertai musik gembira dan semangat. Subjek penelitian melakukan gerakan huruf-huruf yang dicerminkan oleh peneliti yang kemudian diikuti oleh subjek penelitian. Kemudian subjek penelitian membentuk huruf-huruf yang telah dipelajari melalui Alfbethic Dance dengan plastisin atau dikenal dengan Colour Playing Wax. Aktivitas selanjutnya subjek penelitian membaca dan menulis kata-kata yang  tertera dalam kartu di atas pasir (Smart Card and Sand Combination). Masing-masing bagian Dacocan Method memiliki alokasi waktu sekitar 30 menit.

4. Pertemuan keempat

Pada pertemuan keempat dilakukan post-test. Instrumen yang terdiri atas 20 soal pada pre-test diujikan kembali pada subjek penelitian. Hasil yang didapatkan adalah subjek penelitian mendapatkan poin 12. Sehingga diperoleh hasil prosentase sebesar  60%. Apabila hasil ini dibandingkan dengan pre-test diperoleh kenaikan prosentase sebesar 25%. Hasil dari post-test yang pertama ini kemudian menjadi landasan untuk melakukan siklus yang kedua. Ternyata subjek penelitian masih mengalami kesulitan dalam mengenal dan membedakan huruf m,n,u,h,y.

  • Pengamatan (Observation) 

Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dan keaktifan belajar siswa selama diterapkannya Dacocan Method. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu mencatat kejadian yang terkait dengan keaktifan belajar siswa dan serta kendala-kendala yang dihadapi. Adapun kendala yang dihadapi peneliti ketika melaksanakan kegiatan yakni kurangnya adaptasi anak terhadap peneliti pada pertemuan awal, sehingga anak cenderung tidak mau mengikuti pembelajaran. Selain itu, sulitnya anak untuk di atur, bahkan lebih suka bermain dan berlarian sendiri, sehingga anak tidak mau menirukan pembelajaran yang diberikan peneliti. Walaupun pada akhirnya kedekatan antara peneliti dan subjek penelitian mampu dibangun sehingga sangat mendukung proses penelitian.

  • Refleksi (Reflection) 

1. Pertemuan pertama dalam siklus pertama mengalami beberapa kendala karena kurangnya frekuensi pertemuan antara peneliti dan subjek penelitian sehingga proses pre-test belum berjalan secara kondusif. Ini dikarenakan subjek penelitian masih anak-anak dan perlu ada pendekatan  khusus. Pada tindakan pertama peneliti masih menemui kesulitan yaitu subjek penelitian terlalu aktif sehingga cukup sulit dikontrol. Subjek penelitian lebih memilih untuk bermain. Pada pertemuan selanjutnya sebagai tindakan kedua, subjek peneliti sudah sedikit mampu dikontrol oleh peneliti. Kemauan subjek peneliti sudah mulai ada, namun untuk menyesuaikan dengan perintah peneliti belum terlaksana. Sehingga subjek peneliti lebih tertarik membentuk huruf sesuai kemauan sendiri. Pada siklus yang kedua, subjek penelitian dan peneliti kedekatanya sudah mulai terbangun sehingga dalam prosesnya tidak terlalu menghadapi banyak kendala. Subjek penelitian sudah cukup baik membaca 1 -2 kata, sedangkan menulis subjek penelitian baru bisa 1 kata dengan bantuan ejaan.

3.2 Hasil dan Pembahasan Siklus II

  • Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan dari hasil siklus pertama perlu dilakukan penekanan khususnya dalam hal mengenal huruf wm,m,n,u,h,y. Sehingga perlu adanya pengulangan pada siklus berikutnya.

  • Tahap Tindakan

1. Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama tahap yang dilakukan selanjutnya adalah tindakan pertama setelah post-test yang pertama. Aktivitas yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan tindakan sebelumnya, hanya saja pada huruf-huruf yang subjek penelitian masih merasa sulit yaitu m,n,u,h,y lebih ditekankan lagi oleh peneliti.Subjek penelitian diminta untuk mengikuti apa yang diinstruksikan oleh peneliti dalam setiap bagian Dacocan Method. Tindakan diawali dengan Alfabethic Dance yang disertai musik gembira dan semangat. Subjek penelitian melakukan gerakan huruf-huruf yang dicerminkan oleh peneliti yang kemudian diikuti oleh subjek penelitian. Kemudian subjek penelitian membentuk huruf-huruf yang telah dipelajari melalui Alfbethic Dance dengan plastisin. Aktivitas selanjutnya subjek penelitian membaca dan menulis kata-kata yang tertera dalam kartu di atas pasir. Penerapan dacocan method dengan pengembangan 2 – 3 kata dalam membaca dan menulis Masing-masing bagian Dacocan Method memiliki alokasi waktu sekitar 30 menit.

2. Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua tahap yang dilakukan selanjutnya adalah tindakan kedua. Aktivitas yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan tindakan sebelumnya, hanya saja pada huruf-huruf yang subjek penelitian masih merasa sulit yaitu m,n,u,h,y lebih ditekankan lagi oleh peneliti. Subjek penelitian diminta untuk mengikuti apa yang diinstruksikan oleh peneliti dalam setiap bagian Dacocan Method. Tindakan diawali dengan Alfabethic Dance yang disertai musik gembira dan semangat. Subjek penelitian melakukan gerakan huruf-huruf yang dicerminkan oleh peneliti yang kemudian diikuti oleh subjek penelitian. Kemudian subjek penelitian membentuk huruf-huruf yang telah dipelajari melalui Alfabethic Dance dengan plastisin. Aktivitas selanjutnya subjek penelitian membaca dan menulis kata-kata yang tertera dalam kartu di atas pasir. Masing-masing bagian Dacocan Method memiliki alokasi waktu sekitar 30 menit.

3. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga dilakukan post-test yang terakhir. Instrumen yang terdiri atas 20 soal pada pre-test diujikan kembali pada subjek penelitian. Hasil yang didapatkan adalah subjek penelitian mendapatkan poin 16. Sehingga diperoleh hasil prosentase sebesar 80%. Apabila hasil ini dibandingkan dengan post-test yang pertama diperoleh kenaikan prosentase sebesar 20%. Apabila hasil ini dibandingkan dengan pre-test diperoleh kenaikan prosentase sebesar 45%.

Berikut disajikan tabel perbandingan hasil dari siklus 1 hingga siklus ke 2 secara keseluruhan berdasarkan lembar observasi peneliti.

  • Siklus
  • Presentasi
  • 1.
  • 35%
  • 2.
  • 60%
  • 3.
  • 80%

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa

Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat pada grafik 1 berikut:

grafik-63a8f30408a8b53a5a09e152.png
grafik-63a8f30408a8b53a5a09e152.png
                                             

Berdasarkan hasil observasi pada siswa disleksia mengalami peningkatan pembelajaran dengan menggunakan Dacocan Method sebesar 45%. Hal ini terlihat dari pembelajaran yang dilakuakn selama 2 siklus.

  • Pengamatan (Observation)  

Hasil pengataman diperoleh hasil siswa sudah mampu membaca hingga tiga kata dan anak telah menulis satu kata tanpa ejaan huruf.

  • Refleksi (Reflection) 

Hasil refleksi pada siklus kedua subjek penelitian dan peneliti kedekatannya sudah mulai terbangun. Peningkatan yang dialami subjek adalah 45% sedangkan target yang ingin dicapai adalah 50%. Oleh karena itu perlu adanya siklus ketiga.

  • Potensi Khusus

Dacocan Method sebagai salah satu metode belajar dengan menggunakan beberapa media yang sangat berpontensi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis bagi siswa disleksia karena mengembangkan aspek visual, auditory, kinesthetic, dan  tactile yang diterapkan pada sebuah permainan. Adapun potensil hasil yang dihasilkan diantaranya:

a. Memproduksi masal dan mendistribusikan modul pembelajaran dacocan method 

b. Melakukan pelatihan pembelajaran melalui dacocan method untuk siswa disleksia pada tingkat sekolah dasar.

c. Artikel ilmiah yang akan dipublikasikan melalui jurnal pendidikan khusus dan seminar dengan topik terkait

4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, upaya pengajaran dengan menggunakan metode dacocan menerapkan 3 tahapan yang terdiri dari Alfabethic Dance, Colour Wax, Smart Card and Sand Combination. Pelaksanaan proses penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi terhadap subjek penelitan dilakukan melalui 2 siklus yakni siklus pertama terdiri dari 4 pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 3 pertemuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, upaya pengajaran dengan menggunakan Dacocan Method menunjukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis  yang dilakukan melalui dua siklus. Akumulasi prosentasi kenaikan perkembangan kemampuan menulis dan membaca subjek penelitian dari pre-test hingga post-test yang terakhir mencapai 45% sedangkan target  yang  ingin dicapai adalah 50% oleh karenanya masih diperlukan siklus ketiga.

4.2 Saran

Pelaksanaan pada penelitian ini masih cukup sederhana, walaupun cukup memberikan dampak perubahan pada siswa disleksia. Untuk itu peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengembangan dan variasi dari Dacocan Method berupa media yang digunakan sehingga siswa disleksia lebih tertarik. Pada pengenalan kalimat ditingkatkan dari 2-3 kata menjadi 3-4 kata dengan menggunakan huruf-huruf  maupun kata-kata yang dirasa sulit oleh siswa disleksia. Selain itu dilakukan pengembangan juga pada siklus-siklus berikutnya agar hasil peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa lebih optimal.

5. Daftar Pustaka

 

Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Muniksu, I Made Sukma . 2020. Jurnal Ilmiah . Mengenal Siswa Disleksia Sejak Sekolah Dasar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar http://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW/article/view/2083/1762Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT RinekaCipta.

Mulyono. 2006. Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan khusus di Indonesia. Diakses dari www.kompasiana.com 

Rustinah. 2009. “Dyslexia atau Disleksia : Kesulitan Mengeja, Membaca dan Menulis”. Diakses dari http://www.ubb.ac.id//

Saraswati.“Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan  Mengenai Anak dan Pendidikan”.Diakses melalui http://saraswati.web.id/profil/berbagi-link/kompilasi-peraturan-perundangundangan-mengenai-anak-dan-pendidikan/

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta.

Pratiwi, I. M., & Ariawan, V. A. N. (2017). Analisis Kesulitan Siswa dalam Membaca
Permulaan di Kelas Satu Sekolah Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 26(1), 69–76. Diakses dari https://doi.org/10.17977/um009v26i12017p069

Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun