Mohon tunggu...
puspito pirenaningsih
puspito pirenaningsih Mohon Tunggu... -

Lelaki kurus tinggi langsing yang berkaca mata minus dan suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cermin Retak

29 Juli 2010   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah Anda membayangkan adik atau putri Anda yang belum genap 18 tahun hamil di luar nikah? Kompas.com Ahad, 25 Juli 2010 mengutipkan sebuah survey yang dilakukan oleh departemen pendidikan Inggris, yang menyatakan: 1 dari 6 remaja putri yang belum genap 18 tahun mengalami kehamilan. Dan 36% mencoba melakukan pengguguran, sedang selebihnya melanjutkannya, sampai melahirkan.

Negara-negara terutama Eropa merupakan wilayah yang tergolong sangat maju. Dan tak sedikit negara-negara berkembang mencoba meneladani tingkat kemajuan mereka. Tak terkecuali Inggris, negara monarkhi parlementer itu menjadi kiblat negara-negara yang masih setia berkutat dengan kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan.

Minimal tiada negara yang sedemikian sopannya, terutama dalam kompetisi persepakbolaannya. Terlihat interaksi antara penonton dan pemainnya tak ada yang membatasi. Hingga interaksi antar mereka terjalin erat, sebagaimana penjual dengan pembeli di pasar tradisional: saling menyapa. Meski tak ada pembatas, antar mereka saling menghormati peran masing-masing.

Kalaupn ada insiden yang menghinggapi, dan ketegangan antar mereka tak terhindarkan, insiden itu tak menjadi hal yang luar biasa; ada kelukaan misalnya. Paling hanya saling melotot dan setelah itu usai. Hal yang sangat berlawanan dengan kompetisi di negara-negara berkembang. Meski telah dibatadi dengan pagar yang menjulang, insiden besar tak sedikit meruyak kompetisi.

Upaya menjaga jarak antar individu sangat berkembang di negara-negara maju. Bahkan sikap individualistik merupakan sifat yang bersetubuh dengan perilaku keseharian mereka. Tak terkecuali persinggungan generasi muda (baca: anak) dengan generasi tua( baca: orang tua), tak sedikit kalaupun mereka bertatap muka namun tak saling menyapa.

Survey di atas semakin mentahbiskan sikap individualistik melanda generasi muda. Dan kepraktisan menggejala, terutama dengan kecanggihan teknologi yang mereka cecap dalam keseharian. Sehingga ketika darah mudanya bergejolak, apalagi tanpa pendampingan oleh generasi yang lebih mapan dan matang, maka penyimpangan baru pun bermunculan.

Dan pendidikan seks yang mereka terapkan dalam persekolahan pun melahirkan penyimpangan. Mereka memahami seks sekadar sebagai rekreasi, pelepasan dari keresahan kemudaan mereka. Apalagi ketika keresahan darah muda itu tanpa kendali budi pekerti, maka kehamilan remaja putri meski belum menikah pun hanya menunggu bom waktu. Dan serpihan-serpihan itu akan mendera sepanjang waktu.

Akankah pendidikan seks yang negeri berkemajuan itu, yang tak sedikit menjadi kiblat pola pendidikan seks di negeri berkembang akan diterapkan di negeri kita? Atau mendidik generasi muda dengan menalarkan alat reproduksi bukan sekadar rekreasi namun juga regenerasi, sehingga harus dipraktekkan ketika telah memasuki gerbang pernikahan.

Minimal, dengan melihat cermin retak pola pengasuhan generasi muda lewat dunia persekolahan, terutama pendidikan seks, maka pola pendidikan di negeri ini harus juga menyangkut akal budi; tanpa menelantarkan akal pikiran. Karena, tanpa mengembangkan akal budi, akal pikiran cenderung melahirkan penyimpangan-penyimpangan baru.

Akhirnya generasi mapan dan matang harus mau dan mampu menemukan pola pendidikan yang pas dan khas. Minimal mampu meminimalisir lahirnya penyimpangan-penyimpangan baru. Dan mampu juga melahirkan kreativitas-kreativitas yanglugas dan bernas. Sehingga generasi muda takkan terengah-engah di tengah ribuan wajah lelah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun